Saat pulang kerumah semuanya terlihat begitu sakit di mata Shaka.
Ini baru seminggu Shaka tak mendengar ocehan sang papa yang minta menantu-menatu, bahkan mau cari istri baru saja sekarang ceritanya tapi, malas juga katanya, dasar papanya.
Tengah malah, hampir saja jam dinding bunyi. Papahnya ingin keluar.
"Mau kemana pah?" Selembut mungkin pada papanya yang sudah tua dan seperti anak kecil.
Papanya menoleh. Menatap sinis Shaka
ingatkan baru seminggu Shaka tenang dan sekarang papanya memulai drama baru yang ada saja ceritanya.
"Cari anak angkat aja sekarang! Atau istri lagi tapi, wanita sekarang susah dapet yang baik dan sesuai mood," ucapnya panjang lalu menatap sang putra lagi dengan sinis.
"Papa capek ngurus anak yang suka kebebasan mulu padahal dah wajib nikah, bahkan usianya aja kayak nya lupa?" Sindir keras sang papa.
Shaka melangkah mendekat. Papanya tiba-tiba mundur kebelakang.
"Wajib menikah kamu itu! Papa gak bisa terus terusan liat kamu lajang mulu sakit mata papa, hampir pingasan kepala papa pening mikirnya, mata papa juga sepet ngeliat kamu luntang-lantung tanpa istri, masa liat kamu di goda janda sebelah di goda tetangga sebelah mulu inget bahkan dia masih sma, cari dong! Lagian kamu ini masa gak peka apa tiap hari papa harus cuci mata liat cucu papa sendiri bukan cucu tetangga, ngertiin dong, mata papa ini mata tua butuh ngeliat yang indah-indah bukan yang jelek mulu tiap pagi."
"Ngeliat kamu habis renang bisa pingsan papa, ngeliat kamu berangkat kekampus terus kerja bahkan keluar nongkrong papa bisa struk tuba-tiba, kamu itu terlalu mandiri, atau kamu jangan-jangan? Kamu jajan cewek seksi di..."
"ASTAGHFIRULLAH!"
"Papa ngomong apa lagi sih pah, ya enggak lah buat apa Shaka belajar kuliah kerja kalo hidup cuman cari penyakit masyarakat penyakit hati, dosa juga!"
Papanya menatap penuh selidik.
"Atau? Gay?"
"ALLAHUAKBAR!" Shaka harus tahan untuk tidak membungkus mulut papanya.
"Masih malem mendingan papa istirahat sapa tahu besok papa liat menantu cantik." Saran Shaka seketika itu Papa terdiam acuh pergi.
Orang tua satu itu membuat Shaka tambah pusing sekarang dari tugas kampus dan besok gajian karyawan juga hampir tutup buku bulan ini dan di tambah tuntutan sang papa untuk nikan-nikah. Sabar!
Kelakuannya yang seperti anak-anak sedikit demi sedikit yang ngambek, padahal tentang pasangan hidupnya Shaka, itupun harus pelan-pelan tak bisa namanya buru-buru.
"Tapi pah papakan kasih waktu saka sebulan?" Kata Shaka mengejar sang papa yang masuk kedalam kamarnya.
"Gak jadi! Papa kasih paling lambat seminggu paling cepet besok jumat, abis sholat jumat kamu bawa calonnya kenalin ke papa awas kamu kalo gak sampe bawa, papa mau cari anak lain aja biar bisa kasih cucu dan kasih papa keahagiaan ngeliat anak nikah!"
Pening sudah kepala Shaka sekarang.
Bukan papanya yang beruban tapi, Shaka akan terlihat lebih tua duluan.
***
Di kampus Miria tiba-tiba di tarik Shaka dan itu menjadi tontonan sekaligus pemandangan satu kampus kejuruan dan bahkan membut bunga kampus Saskia Marcella Ziya cemburu.
Gimana bisa seorang upik abu kayak Miria di pegang cowok populer sekaligus anak emas kampus bahkan anak orang kaya di kota ini dan megang tangannya!
"Seumur umur gue sekolah bahkan satu kampus sama Shaka sama sekali gue gak pernah liat dia pegang cewek manapun bahkan dia anti sentuhan cewek alesannya takut batal wudhunya dan sekarang dia pegang Miria Zahra Syafir duluan! Dengan mudahnya, gue gak bisa biarin itu keterusan!" Kata Kia kesal.
"Loh Kia? Lo kenal ama anak babu itu!" Tanya ILena
"lah iyaa lo kenal?" Tanya Yuma juga menatap bingung Saskia.
"Dia anak satu sekolahan dulu sama gue dia juga pernah kerja tempat gue bantuin ibunya jadi pembokat terus Shaka itu kakak kelas kita dia kelas dua belas terus kita kelas sepuuh, kita barusan masuk kelas sebelas dia lulus dan Shaka itu anti cewek tapi, upik abu itu!" Kedua temannya Uma dan Lena menyabarkan Saksia agar tak marah.
"Sabar dong Lo, harus.. nanti ada keriput di sini di sini peeawat lagi Lo dari awal kemarin Lo abis banyak buat menghilangakn kerutan itu Sayangku," kata Ilena mencoba membujuk Kia.
"Kia.. bener deh kata Lena.. lo harus tetap cantik walaupun Lo harus cemburu okay." Kata Yuma membuat Kia mendengus dan pergi meninggalkan keduanya.
"Lah.. maen pergi aja!" Kata ilena yang bingung. Yuma langsung mengejar Kia yang ilena juga ikut mengejarnya.
Di sini Miria menyentak tangan Shaka dan membuat Shaka mengangkat kedua tangannya dengan menyerah.
"Ok.. sorry gue gak sengaja.. gue cuma mau bilang ke elo tentang pernikahan dan gue mohon sama lo bantuin gue kali ini," ucapnya.
Miria menatap benci.
"Ka.. berapa kali sih gue bilang gue gak mau titik gak ada koma buat kelanjutan masalah." Kata Ria kesal.
"Tapi, masih ada lembaran kosong selanjutanya ada sepasinya kan? Kan? Ayolah Ria bantu gue." Memohon Shaka sebenarnya anti memohon tapi Miria orang yang tahu dirinya seperti apa dan untuk ke orang lain rasanya Shaka sedang mempermalukan dirinya ke orang lain.
Lah Miria bukan orang lain gitu? Bukan!
"Shaka!"
"Ria plis... bokap gue sakit dan dia udah tua banget anak-anak yang lain jauh dari dia dan yang ada di dekat nya cuamn gue Ria, Gue gak mau tiap hari di kutuk, inget kan lo pelajaran agama islam yang bilang kata-kata orang tua itu doa nah Bokap gue ngeri doannya tiap Hari Ri!" Ria menatap lain arah banyak dari mereka menatap dan memperhatikan Miria dan Shaka.
"Hiss.. ya udah iyaa gue bantuin Lo ketemuin gue ama Bokap Lo."
Shaka menatap Miria dengan binar bahagia.
"Beneran lo yakin, Alhamdulillah makasih Ria, bener-bener temen perempuan sepanjang masa Lo, Yok bernagkat !" Ajaknya.
"Lebay lo." Seketika itu Shaka tersenyum tipis misi keduanya berhasil dan akhirnya Shaka bisa membawa Ria kerumah di kenalkan pada sang papa.
Sampai di rumahnya Ria sama sekali tak menyangka kalo rumah Shaka sebesar ini dan hanya berdua dengan ayahnya.
Ya Ria tahu, Shaka hidup berdua dengan sang ayah dan para pelayan yang tak banyak.
"Ayo sampe.. lo mau di dalem mobil terus..." Katanya sambil tersenyum tipis.
"Eh iya.." Ria mengangguk berdem dan keluar dari mobil mengikuti langkah Shaka yang masuk kedalam rumah.
Shaka melihat papanya sedang asik duduk santai di kursi pijat dengan masker dan juga spa yang Bibi lakukan pada kulit papanya.
"Pah." Yanuar tak pernah mendengar anaknya memanggilnya seperti itu lagi sejak ibunya tiada.
Nada nya memanggil sangat Yanuar rindukan.
Pura-pura tak merespon tapi masker wajah yang di buka Shaka tiba-tiba.
"Anak bandel... Sha.. eh siapa ini!" Suaranya yang tadi membentak marah dan akan mencaci maki Shaka langsung berhenti saat melihat Miria.
Wajah manis dengan cantik yang natural kulitnya putih namun, tak terlalu putih seputih porselen. Hidungnya sedikit mancung rambutnya diikat biasa dan terlihat kalo mata panda perempuan itu pekerja keras.
Tangannya juga terlihat lentik tampilan sederhana apa adanya sopan dan pemalu.
"Besok..."
"Papa!" Shaka menghentikan ucapan sang papa seketika itu Ria mendekat memperkenalkan diri.
"Selamat Siang Om, Maaf ganggu waktu istirahatnya, Saya kesini di mintain tolong Shaka katanya Om terlalu maksa dia nikah dan saya sedikit keberatan?"
Sang papa menatap putranya.
"Dia udah ekting bagus banget yaa sama kamu.. kita ngobrol berdua dulu yuk." Ajaknya dengan santai dan lembut perlakuan manisnya membuat Shaka jengah.
"Dah kan pah, sekarang Ria mau kerja lagi dan..."
"Diem kamu.. papa mau ngobrol sama calon menantu papa, kamu kalo gak bisa diem papa kurung di kamar. "
Nahkan ucapannya, memangnya Shaka kucing.
"Nah, Siapa tadi, Ria ya. Gini Ria kamu mau enggak nikah sama anak saya, Saya bakalan kasih apapun yang kamu butuhkan selama kamu jadi menantu saya dan saya juga suka sama kamu sebagai anak perempuan sekaligus menantu saya tanpa seleksi... Ria saya butuh kamu buat jadi istrinya Shaka saya udah tua saya juga kasian kalo liat dia hidup sendirian nantinya."
"Tapi, om... Ria gak bisa langsung mutusin ini, apa Ria harus, bukannya Shaka lebih baik sama yang lain yang lebih baik dari saya." Ria merendah.
Yanuar, Papa Shaka tersenyum manis.
"Kalo udah ketemu yang cocok apa lagi yang mau di cari, langsukan aja."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments