Ayo, kita putus saja!

Cahaya mentari menyorot masuk tanpa permisi melalui jendela kamar Mutia yang terhalang tirai, dengan perlahan dan pasti sinarnya menyentuh wajah manis berpipi chubby yang tertidur pulas.

Mutia masih terpejam, matanya sudah sebesar jengkol akibat menangis semalaman karena memikirkan perselingkuhan Dirga dan Lala. Mutia terus menyalahkan dirinya sendiri, apa yang salah dan apa yang kurang darinya. Mutia banyak berubah untuk menjadi wanita idaman Dirga.

Pagi-pagi sekali pintu kamar Mutia sudah diketuk dari luar. "Muti! Muti!"

suara Lala terus menggema di telinganya, lamat-lamat Mutia membuka matanya, ingin sekali dia berkata kasar ke wajah Lala karena sudah menggangu tidurnya.

Dengan malas Mutia mulai bangkit dari ranjang dan membuka sedikit pintu kamarnya. "Ada apa?"

"Ck, kubluk banget sih, lu, kaya kebo, Dirga di bawah, tuh."

"Maaf, tolong sampaikan kepadanya aku sedang kurang sehat."

Lala merasa heran, biasanya Mutia akan melompat kegirangan jika Dirga datang menemuinya. Mutia tak menunggu lama, ia kembali menutup pintu kamarnya.

Selang beberapa menit pintu itu kembali diketuk, bukan suara Lala yang memanggil melainkan Dirga.

"Mutia! Kamu sakit? Ayo kita ke dokter."

Mendengar suara orang yang ia sukai Mutia kembali terisak, Dirga merupakan lelaki pujaannya, satu tahun Mutia mengagumi Dirga secara diam-diam dan memberanikan diri untuk bercerita kepada Lala.

Lala terus membujuk Mutia untuk percaya diri dan segera mengungkapkan perasaannya kepada Dirga dan ia tidak menduga dalam satu Minggu mendekati Dirga upaya kerasnya membuahkan hasil, Dirga menerima cintanya.

Mutia sering mendengar Dirga berkata cinta di telinganya, tidak pernah menaruh curiga jika Dirga mengkhianatinya karena selama ini Dirga begitu baik kepadanya.

Mutia membuka pintu kamarnya dengan sedikit saja, ia tidak ingin Dirga melihat wajahnya yang mulai membengkak.

"Aku tidak perlu ke dokter, aku hanya butuh istirahat."

"Boleh aku masuk, aku khawatir padamu."

"Tidak perlu, aku hanya ingin istirahat."

"Baiklah, hubungi aku jika kamu butuh sesuatu." Muti hanya mengangguk dan kembali menutup pintu.

Dirga mengerutkan alisnya, dia turun dari tangga dan duduk di sofa. Lala cemburu karena Dirga begitu perhatian terhadap Mutia.

"Kenapa? Kecewa banget kayanya."

"Tidak biasanya, kan, Mutia seperti ini. Apa dia tahu kalau aku telah selingkuh denganmu?"

"Mana aku tahu, bukannya bagus ia tahu, jadi kamu tidak bisa mencari alasan untuk putus darinya, kan? Lagi pula sejak awal bukan aku selingkuhan kamu tapi dia."

"Iya, tapi entah kenapa rasanya aneh sekali."

"Jangan bilang Kalau kamu sudah mulai mencintainya!"

"Sst, pelankan suaramu nanti Mutia dengar." Lala cemberut sembari melipat tangan di dada. "Bukan salahku menduakan kamu, ya. Kan ini semua rencana kamu, sejak awal aku sudah menolak tapi kamu terus memaksa."

"Iya, tapi aku cemburu melihatmu, apa itu tadi? Membawanya ke dokter, cih."

"Sudahlah, jangan salahkan aku, seharusnya kamu puas rencanamu telah berhasil."

"Ya, ya. Kamu benar. Semakin hari tubuhnya semakin besar dan wajahnya semakin bulat." Lala terkekeh.

Dirga bangkit dari duduknya. "Aku mau belikan ia bubur ayam, wajahnya terlihat pucat dan pasti dia sedang kelaparan.

"Haduh, kamu makin perhatian saja. Awas aja kalau kamu sampai jatuh cinta dengannya."

"Sst, jaga kalimatmu, kalau ada yang dengar gimana?" Dirga terlihat kesal. Lala semakin cemburu. "Ayo, cepat! Gak usah pake ngambek segala." Dirga menarik lengan Lala untuk mengikutinya.

Setelah hampir satu jam, Dirga dan Lala kembali, mereka berdua berdiri di depan kamar Lulu menunggu Mutia membukanya.

"Ya?" Mutia membuka kamarnya.

"Ini untuk sarapan, kamu punya obat?" Mutia mengangguk. "Oke, kamu sarapan dulu dan minumlah obat, aku akan izinkan kamu untuk istirahat hari ini."

"Terima kasih." Muti kembali masuk, sekilas ia melihat Lala yang sedang bersandar di tembok dengan tangan dilipat di dada.

Lala tidak bisa lagi menahan rasa cemburunya Kepada Muti, ia bergegas turun di ikuti Dirga.

"Apa? Mau ngambek lagi?"

"Ga tahulah, bodo amat."

Dirga menggandeng Lala dan mengajak naik ke mobil untuk pergi berdua ke tempat kerja. Sudah langganan Dirga mengantar dan menjemput Mutia dan Lala. Tanpa mereka ketahui, Mutia memperhatikan mereka berdua dari kamarnya.

Mutia semakin kecewa kepada mereka berdua dan banyak menduga-duga sejak kapan mereka bersama, lalu bagaimanakah dengan dirinya, apakah Mutia Sedang di selingkuhi atau justru sebaliknya, Mutia memejamkan mata sesaat karena nyeri di hati.

***

Selepas senja, Dirga dan Lala sudah kembali dari pekerjaan, Dirga sudah membawa satu bungkus nasi plus pecel lele untuk Mutia.

"Pengertian sekali," protes Lala.

"Sudahlah, jangan memulai keributan denganku." Lagi, Lala cemberut mendengar jawaban dari Dirga.

Dirga segera naik ke atas di mana kamar Mutia berada, di ketuknya kamar Mutia secara perlahan. Mutia sudah terlihat sedikit lebih baik dari tadi pagi.

"Boleh aku masuk?" tanya Dirga memohon dengan wajah penuh harap.

"Ya, masuklah."

"Bagaimana keadaanmu?"

"Sudah lebih baik." Mutia mengambil dua buah botol air mineral dari dalam lemari es satu pintu yang berada di kamarnya.

"Syukurlah." Dirga terus memperhatikan gerak gerik Mutia. "Apa aku punya salah denganmu?"

Muti terdiam, hatinya dilema antara mengatakan atau tetap merahasiakannya. Mutia berharap apa yang di lihatnya kemarin bukan lah mereka. Tapi, Mutia jelas-jelas melihatnya kemarin dan itu nyata bukanlah mimpi.

"Aku melihat kamu dan Lala di konser musik." Mutia berbalik dan membawa air mineral itu ke atas meja.

"Benarkah? Jadi, kamu juga hadir?Apa yang kamu lihat?" Jawaban Dirga benar-benar tidak terduga oleh Mutia.

"Kalian berciuman." Kejujuran Mutia membuat Dirga menahan napasnya sesaat.

"Maaf." Singkat tanpa ada embel-embel di belakangnya.

"Aku pikir kau akan mengelak, tapi ternyata tidak."

Mereka berdua mematung, tak ada lagi pembicaraan untuk beberapa saat, Dirga membuka bungkusan nasi dan pecel lele yang ia bawa dan memberikannya kepada Mutia.

"Selanjutnya kita bagaimana?" tanya Mutia.

"Maaf, aku belum bisa memutuskan apa-apa."

"Aku atau Dia yang diselingkuhi?" Dirga tidak menjawab. "Oh, aku mengerti."

Mutia heran bagaimana bisa dirinya jadi orang yang hadir di antara Dirga dan Lala, sedangkan hubungannya dengan Dirga saja Lala yang menjodohkannya. Apa yang sedang Lala lakukan, apa dia sedang bermain dengan perasaan Mutia.

Mutia terus memutar otak untuk mencari segala kemungkinan, pantas saja sudah satu Minggu ini Lala terlihat menyebalkan, selalu mengacuhkan dirinya.

"Baiklah, Ayo kita putus saja, Aku tidak mau jadi benalu di antara hubungan kalian."

"Tidak, Aku mulai mencintaimu, Mutia."

Mutia terkekeh merasa lucu. Tapi, jantungnya masih berdebar kencang mendengar kata cinta dari Dirga, padahal ia sedang merasakan sakit hati kepada Dirga.

Terpopuler

Comments

Kiaaflyv 🦋

Kiaaflyv 🦋

wkwkwk sengklek akibat tebasan esklibur

2023-08-22

0

Ayano

Ayano

DIA GAK BUTUH CINTA ELU, SAKLEK
DIA CUMA BUTUH ELU PERGI DARI UNIVERSENYA DIA
HUSH HUSH🗡🗡🗡🗡

2023-08-22

0

Ayano

Ayano

MAMPUS 🤣🤣🤣
Kamu ketauan pacaran lagi

2023-08-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!