Rapat Luar Kota

Alexa akan mengadakan meeting di luar kota.

Sekretaris juga akan ikut mendampinginya nanti, tetapi Alexa belum menemukan potensi yang bagus dari diri Lara.

"Sanjaya, jam 9 pagi. Nanti kita berangkat keluar kota, di sana akan ada meeting dengan para klaim." Katanya, saat ada Sanjaya di ruangannya.

"Baik Pak ... Lara sekretaris baru di ajak juga Pak?" tanya Sanjaya kepada Bosnya tersebut.

"Tidak perlu, yang ada buat malu nanti." Alexa belum mau beradaptasi dengan orang baru.

"Pak. percayalah bahwa Lara adalah sekretaris berpotensi." Membela Lara. Sanjaya tidak akan pernah memburukkan Lara di depan Alexa.

"Berpotensi dari mana! Saya belum menemukan potensi dari dalam diri sekretaris baru itu!" Alexa bilang tidak mau membawa tetap tidak mau.

Alexa memang sedikit cuek dengan orang baru. Apalagi jika orang baru tersebut tidak menyenangkan dan tidak bisa menunjukan keahlian dalam diri.

Alexa Bos profesional dalam menjalankan tugas sebagai Ceo. Alexa ingin anak buahnya di kantor juga profesional dalam menjalankan tugas. Sesuai dengan pangkat mereka miliki masing-masing.

"Te_Tetapi Pak ...! Lara itu sudah menjadi sekretaris selama 3 tahun." Tetap membela Lara.

"Sudah. Hentikan! Kamu tidak perlu membela sekretaris baru itu." Alexa merasa jengkel saat Sanjaya membela Lara.

Alexa memang keras kepala. Jika dia bilang tidak maka tetap tidak, bahkan kehadiran sekretaris baru membuatnya tidak bergairah melihat Lara.

Meski pun Lara cantik. Melebihi kecantikan Istri, namun tidak ada seleranya Alexa melihat perempuan itu.

Alexa pulang sebentar kerumah. Tetapi dalam perjalanan. Alexa kembali memikirkan jika tidak ditemani sekretaris, maka dirinya yang akan ribet sendiri dalam mengeluarkan berkas-berkas ketika rapat.

"Tetapi jika gue gak pakai sekretaris, nanti gue sendiri yang ribet." Gumamnya dalam hati.

Alexa memang pria tidak mau ribet. Jika rapat semua pembahasan yang akan di rapatkan harus ada, jika tidak maka Alexa akan marah-marah pada anak buahnya.

"Ya sudah lah, gue ikut kan saja." Kata Alexa dalam hati.

Saat menyetir. Alexa mengambil hpnya lalu menghubungi Sanjaya, untuk meminta kepada Sanjaya, untuk memberi kabar pada Lara, untuk ikut keluar kota nanti sore.

Mereka akan pergi berdua keluar kota.

Tanpa di dampingi siapa pun, karena Alexa ingin melihat cara kinerja sekretaris tersebut.

"Sanjaya, nanti kamu kabari Lara. Bahwa akan ikut keluar kota." Ujar Alexa simpel dan padat.

"Baik Pak."

Alexa memang ogah untuk pergi bareng.

Tetapi karena urusan kerja harus bisa di terima oleh nya, begitu pula dengan Lara setelah di beri tahu Sanjaya.

Bahwa sore nanti akan keluar kota bersama Ceo tampan terkejut, langsung syok jantungnya, selama ini di kantor pun Lara jarang berbicara pada Bosnya tersebut.

"Kak. Bagaimana ini? Aku saja jarang berbicara padanya?" kata Lara kepada Sanjaya.

Yang lebih syoknya Lara. Adalah saat pergi berdua dengan Bosnya tersebut, selama ini Lara tidak pernah pergi berdua dengan pria jika keluar kota.

"Sudahlah. Ini malah lebih bagus, untuk menunjukan kinerja kamu sama dia." Jawab Sanjaya sambil tersenyum dan memberikan semangat kepada Lara bahwa dia pasti bisa.

"Kak, gimana jika aku tidak bisa ... Kakak tahu sendiri, bahwa Bos kita tersebut sangat rewel orangnya." Lara tahu tentang kejelekan Alexa yang terlalu tegas.

"Biarkan saja ... Tidak perlu di lawan nantinya ketika kamu berdua."

Lara harus menerima kenyataan. Bahwa nanti sore akan berdua pergi rapat bersama bosnya tersebut.

Sampai di rumah. Alexa memberi tahu pada Istri Nayla, bahwa nanti sore akan ada rapat bersama klaim di luar kota dan Alexa akan pergi bersama staff yang lain termasuk Sanjaya.

Alexa berbohong pada Istri sendiri, akan keluar kota bersama Sanjaya, jika memberitahu pergi bersama Lara sekretaris baru tersebut. Mungkin Nayla akan marah pada suaminya tersebut.

Nayla memang tidak membolehkan Alexa pergi sama perempuan. Jika ada urusan pekerjaan, lebih baik HRD nya Sanjaya yang menemani.

Dari pada takut di nimbrung oleh Lara. Sejak ada sekretaris baru tersebut, membuat Nayla lebih was-was dalam mengawasi suaminya tersebut, tidak akan di biarkan insan lain mencuri hati suaminya.

Nayla sangat menyanyangi suami nya.

Posesifnya muncul karena tidak mau kehilangan suami tercinta dan tidak mau ada orang lain yang hadir dalam hidup mereka.

Tetapi ada gundah gulana Alexa. Saat Istrinya tidak mau mempunyai anak, karena takut badannya berubah menjadi gemuk. Sedangkan Alexa, ingin mempunyai anak kandung tanpa mengadopsi anak.

Mereka sama-sama normal. Masih belum terlalu tua, masih bisa mengurus anak dan membesarkan anak berdua, tetapi sang Istri tidak mau.

Alexa tidak mungkin menuruti kata Istri.

Alexa ingin berbicara serius mengenai ini hal ini terhadap istri, bahwa Alexa ingin mempunyai anak dari Nayla.

"Aku ingin punya anak." Alexa berbicara serius mengenai hal ini.

"Apa? Punya anak. Kamu membahas anak terus, kamu pikir aku mau memberikan anak sama kamu." Nayla semakin ngegas, bahwa Alexa hanya menyakiti hatinya.

Sudah berulang kali Nayla berbicara, bahwa anak adalah masalah sensitif untuk dibahas dalam rumah tangga. Karena dari awal menikah Nayla sudah berbicara kepada suaminya tidak ingin punya anak.

Alexa menuruti semua keinginan Nayla sebelum menikah. Tak akan mau membahas hal itu ketika sudah menikah dan sekarang Nayla menagih janji Alexa, saat pria itu membahas mengenai anak.

Mereka dulu sudah sepakat, untuk menyepakati keinginan Nayla tidak mau punya anak. Namun mengapa kini Alexa harus membahas hal tersebut ketika mereka sudah membangun rumah tangga selama 5 tahun.

"Karena aku pengen saja, melihat orang lain dan teman-teman aku sudah punya anak dan hatiku juga mengatakan itu." Alexa menoleh kearah istri.

Nayla teguh dengan pendiriannya, bahwa anak akan merepotkannya suatu saat nanti jika sudah melahirkan. Waktu yang banyak habis dan seperti hidup di dalam banyak tekanan.

"Punya anak tidak gampang dan banyak tekanan!" kata Nayla.

Punya anak memang banyak tekanan, namun setiap orang mampu melewati proses tersebut. Menjadi orangtua adalah dambaan setiap orang, namun Alexa hanya heran dengan istrinya yang tidak mendambakan kehadiran anak dalam rumah tangga mereka tersebut.

"Coba kamu pikir! Jika tua nanti yang mengurus kita siapa?" tanya Alexa kepada Nayla.

"Aku masih bisa pakai pembantu, untuk mengurus diri aku sendiri," jawab Nayla merasa banyak uang dan apa saja bisa di lakukannya, ketika banyak uang.

"Karena uang banyak, apa saja bisa di lakukan sama kamu. Tetapi coba kamu pikir adakah kebahagiaan ketika kita tidak punya anak nanti?" tanya Alexa supaya istri lebih memikirkan kedepannya, dari pada menyesali prinsipnya kedepannya ketika di hari nanti sudah tua.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!