Awal daripada muara itu....
"Buruan dong Rin kita udah telat tau." ucap Zalina yang berjalan tergesa-gesa di lorong rumah sakit.
"Ya, ya Ijal cantik, manis, rajin menabung aku 'kan udah buru-buru nih, kamu jalannya cepet banget tau ga sih, tungguin dong!" ucap Rindu.
"Aku gak mau kita kena omel sama Karu (kepala ruangan)lagi, gak ingat kamu kemaren dia ngomelin kita gara-gara telat masuk ruangan habis jam makan siang," ucap Zalina yang masih berjalan cepat menuju ruangan nya.
Zalina dan Rindu, dua mahasiswa kebidanan yang sedang praktek di salah satu rumah sakit di kota Malang, menyelesaikan tugas pendidikan kebidanan mereka. Mereka saat ini sedang bertugas diruang kebidanan, setelah sebelumnya bertugas di ruang anak.
"Iiijjjaaall ... aapess-"
"Ijal ... ijal, nama aku Zalina Z-A-L-I-N-A lho Rin, emang kamu mau potong kambing lagi ganti-ganti nama aku seenak jidat mu!" seru Zalina.
"Wkwkwk, iya ... iya ... Zalina," cengir Rindu. "Eh Lin, menurut aku kita nih apes tau ga sih bisa ditempatin di ruangan yang Karu nya galak, moodyan gituuu, temen kita yang lain mah enak Lin ga ada mereka ngeluh ngeluh kena omel ama Karu."
"Bersyukur aja Rin, daripada kita di tempatin di kamar mayat, kamu mau?" tanya Zalina.
"Hiiiii ... ogahhh! kamu aja kali Lin," ucap Rindu.
Zalina terus berjalan tergesa-gesa dan sedikit berlari kecil karna jam di pergelangan tangan nya menunjukan 10 menit lagi jam 07.00 WIB. Ketika ingin berbelok ke arah kanan dari lorong yang di lewatinya tanpa sengaja dia menabrak seseorang.
Bruuuukkkk ...
"Awww ...."
Pletakkk ...
Bunyi suara kaget Zalina bersamaan dengan bunyi benda yang tercampak ke lantai.
"Mm-mmaaafff ... Pak, Om, eh Mas maaf banget saya enggak sengaja Pak eh Om saya buru-buru," ucap Zalina gugup sambil tutup mulut kemudian menangkupkan kedua tangan di dada.
"Ck, pria tinggi tegap dengan dada yang bidang tersebut hanya berdecih pelan dan kemudian memungut benda yang terjatuh tadi yang ternyata sebuah handphone, pria tersebut membolak balik Hp tersebut dan memperhatikan benda pipih yg layar depan nya sudah retak seribu.
Zalina yang ketakutan dan gugup pun hanya bisa menelan ludah dan bergumam "Matilah aku mana Hp ny retak parah lagi," batin Zalina.
"Pak maafkan saya, saya benar-benar ga sengaja."
Tapi lagi-lagi pria tersebut hanya diam saja dengan tatapan datarnya memperhatikan Zalina dengan sorot mata yang tajam, seolah tidak peduli diapun berlalu pergi sambil memasukkan Hp tersebut kedalam saku celananya.
"Eh Pak-" panggil Zalina, tapi tidak di dengarkan pria tersebut karna berlalu pergi.
"Lhoo, kok kamu masih disini Lin, kirain dah masuk ruangan, itu siapa?" tanya Rindu menunjuk pria yang barusan berlalu di depannya.
"Gak tau Rin, aku ga sengaja nabrak dia barusan, nah ... kamu dari mana? kok lama banget?"
"Aku balik ke parkiran Lin, botol minum aku ketinggalan," ucap Rindu sambil menunjukkan botol minum yang di ambilnya. "Makanya Zalina sayang, jalan tu pakai mata lagian pake larian juga nabrak kan kamu. untung yang di tabrak ganteng, hehehehe ... " ucap Rindu sambil cengengesan.
"Dimana-mana jalan pakai kaki Rindu, melihat baru pakai mata," jawab Zalina.
"Eh Lin, kenalan ga td sama yang ditabrak, walau cuma sekilas tapi kayaknya ganteng terus keren lagi, badan tinggi pake kemeja putih di gulung gayanya macam pengusaha berduit, walau udah agak tuir sih, tapi lumayan lah, lumayan banyak malahan, hehehe ... tapi kok wajaahnya kayak familiar ya ... " ucap Rindu.
"Ck, au ah gelap ... " ucap Zalina yang terus melangkah menuju ruangannya.
*krieeeettt ...
"Permisi kak," ucap Zalina dan Rindu barengan ketika membuka pintu. Karna mereka berdua langsung menatap karu dan senior lainnya yang sudah ada didalam ruangan. Tapi dengan gaya cueknya para senior itu pun hanya diam dan sibuk dengan kegiatannya masing masing.
Zalina dan Rindu segera pergi ke loker untuk meletakkan tas mereka.
"Kamu liatkan Lin, songong tau ga gaya mereka itu, pengen aku remas aja muka-muka songong mereka itu," ucap Rindu.
"Emang kamu berani?" tanya Zalina sambil memainkan alisnya.
"Hehehe, enggak sih," jawab Rindu cengengesan sambil garuk kepala belakang pake jari telunjuknya.
"Eeleehh ... " jawab Zalina sambil mengibaskan tangannya berlalu meninggalkan Rindu.
"Zalina ... Zalina ... tungguin dong," teriak pelan Rindu yang mengejar langkah Zalina.
Zalina dan Rindu ikut bergabung di meja senior mereka, dan siap untuk menjalankan perintah dari para senior mereka.
"Rindu," panggil salah seorang senior.
"I-iya kak," jawab Rindu gugup.
"Nanti kamu pergi ke ruang rawatan, dan kamu ganti perban pasien yang habis SC ya, perintah salah seorang senior."
"Baik kak," jawab Rindu.
"Kamu jangan ya kak, baik kak, kamu kerjain yang benar. jangan cuma ganti perban aja saya juga harus turut serta." ucap senior yang bernama marta itu.
"I-iya kak," jawab Rindu gugup sambil matanya melirik ke Zalina.
Zalina hanya tersenyum tipis tanpa berani memberikan suara, karna dia ingat betul bagaimana kemarin Rindu sang sahabat nya itu habis dibentak dan dimarahi oleh senior mereka yang bernama marta itu, karna Rindu harus berulang kali gagal memasang abocath (jarum infus) pada pasien, yang pada akhirnya pemasangan infus pun diambil alih oleh kak Marta.
"Dan kamu Zalina, tolong persiapkan pasien yang akan melakukan SC jam 9 ini, karna sebentar lagi pasien akan diantar ke ruang operasi," ucap kak Marta.
"Baik kak," jawab Zalina percaya diri.
Zalina dan Rindu yang saat ini sedang bertugas di ruang kebidanan itu pun menjalankan tugas mereka dengan baik. Rindu langsung menuju ruang perawatan dan bersiap mengganti perban pasien Post SC. Zalina juga mulai mempersiapkan pasien yang akan melakukan SC. Mulai dr pemasangan infus, mencukur bul* ke**luan, pemasangan kateter dilakukan Zalina dengan cekatan.
Zalina anak yg pintar dan cepat menguasai hal apapun yang dipelajarinya. Sehingga ia pun jarang kena marah dan omelan dari senior di ruangannya. Malu bertanya jalan-jalan, begitu pikir Zalina memikirkan penggalan sebuah pepatah. Zalina kerap bertanya pada senior senior nya, hal apapun yang tidak ia ketahui atau pun ragu, walau dapat tatapan mata yang tajam, ucapan yang ketus dari mulut senior nya tapi Zalina anggap angin lalu, karena ia sadar untuk mendapatkan ilmu itu memang tidak mudah dan bisa dari siapa saja.
Dengan langkah yang penuh semangat Zalina mendorong pasien yang berada di kursi roda untuk dia antarkan ke ruang operasi. Ruang operasi yang berjarak dari ruang kebidanan tersebut harus melewati ruang Radiologi yang terletak bersebelahan dengan ruang Radiologi. Pasien tersebut harus diserahkan pada perawat yang bertugas di ruang operasi, setelah pasien diserahkan, Zalina kembali menutup pintu ruang operasi tersebut. ketika membalik badan, Zalina mendengar namanya dipanggil oleh seseorang.
"Hai Zalina, habis antar pasien yang mau operasi ya," ucap seseorang.
"Eh, ya Kak. Kak Aldo dinas pagi juga?" tanya Zalina.
"Sebenarnya jadwal aku libur hari ini tapi karna salah satu teman yang shift pagi ada keperluan penting dan minta tolong gantiin jadinya aku masuk deh," ucap pria yang bernama Aldo. "O ya Lin, ntar kita makan siang bareng yuk?" ajak Aldo.
"Hmmmm ... gimana ya, maaf ya kak lain kali aja ya, soalnya aku bawa bekal hari ini," tolak Zalina dengan halus.
"Ya udah deh," jawab Aldo dengan hembusan nafas pelan dan terdengar sedikit kecewa.
"Kalo gitu Zalina permisi dulu ya kak, mau lanjut tugas lagi," pamit Zalina yang hendak berlalu dari depan Aldo.
"Zalina!" panggil Aldo kembali sehingga membuat langkah Zalina kembali berhenti dan menoleh ke belakang.
"Ya kak," jawab Zalina pelan.
"Kamu enggak lagi menghindari aku kan?" tanya Aldo.
"Mm-maksud Kak Aldo apa ya?" jawab Zalina gugup, Zalina bukan tidak mengerti maksud pertanyaan Aldo, hanya saja dia sedang tidak ingin membahasnya. Apalagi ini sedang dalam jam dinas dan mereka masih dengan tugas nya Masing-masing
"Lin, kamu tau kan maksud saya apa, kamu juga tau kalo saya dengan sengaja mendekati kamu, dan kamu pun tau itu artinya apa. Aku masih berharap Zalina," ucap Aldo dengan mata sendunya.
Zalina tampak menarik nafas dan Menghembuskan pelan sebelum berbicara, "Kak Aldo, ini masih jam tugas kak gak enak diliat yang lain kalo kita bicara hal pribadi."
"Kalo begitu ayok kita ngobrol jam istirahat nanti atau pulang dinas aku antar kamu pulang ya Lin biar bisa ngobrol bentar," ucap Aldo.
Zalina tampak mengerutkan kening dan berfikir sebentar. "Baiklah Kak, nanti pulang dinas kita barengan ya."
"Yessssss, semangat Aldo sambil menarik kepalan tinju dr arah atas kebawah sambil tersenyum senang, sampai jumpa ntar sore Zalina," ucap Aldo sambil tersenyum.
"Kalo gitu aku permisi dulu ya kak," ucap Zalina sambil berlalu, Zalina yang berjalan hanya bisa menarik nafas dan menghembuskan kembali memikirkan apa saja yang harus dia katakan dengan Aldo nanti sore.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
a
apakah profesi author bidan? kalau iya sama dong kita lulusan bidan juga 😊
2023-08-26
0
Jaspit Elmiyanti
lanjut thor...
2023-08-25
1
Silvi Aulia
semangat
2023-07-26
1