Ade sedang duduk di tepi lapangan basket bersama teman- teman kelas dua belas lainnya, mereka sedang pelajaran olahraga. Kebetulan guru mereka sedang berada di ruang guru. Sebagian anak bermain basket, sebagian lagi duduk di tepi lapangan. Sedangkan anak perempuan lebih banyak bergerombol dan merumpi.
“Gimana hasil balap tadi malam?” Tanya Addo salah seorang teman Ade.
“Gue yang menang.” Jawab Ade pendek.
“Ya jelas lo lah yang menang, apalagi cuma lawan anak bau kencur gitu. Eh, tapi denger- denger tadi malem lo bawa cewek ya?” Tanya Rizky yang ikut nimbrung.
“Iya, gue juga denger dari si, siapa ya namanya? Dari sekolah sebelah.”
“Ferdi? Kapan lo ketemu dia?” Tanya Ade.
“Lah, si Ronald kan tetangga dia.” Jawab Rizky.
Ade bangkit dari duduknya dan menuju lapangan basket untuk bermain basket. Seketika anak- anak perempuan yang tadinya merumpi tidak jelas, serentak menonton aksi Ade di tengah lapangan bersama teman- teman yang lain. Begitu juga anak- anak yang tidak sengaja melewati pinggir lapangan, langkahnya terhenti dan terpaku pada permainan Ade.
Sementara dari kantin yang berada tidak jauh dari lapangan, Tara terus memperhatikan Ade dengan tatapan tajam. Dia masih belum terima atas kekalahan tadi malam. Tiba- tiba Tara berdiri, membuat dua orang disebelahnya menoleh bersamaan.
“Mau kemana lo?” Tanya Nevan salah seorang teman akrab Tara.
“Cabut.” Jawab Tara pendek dan berjalan keluar kantin menuju cagiva merahnya.
Kedua teman Tara hanya memandang kepergiannya. Tara memang tidak beda jauh dengan Ade. Walau Tara masih kelas sebelas, tapi catatan pelanggarannya tidak kalah jauh di banding Ade. Sebenarnya Tara sudah melampaui Ade, karena sekarang dia menambah lagi catatan buruk itu.
“Mau kemana kamu?!” Tanya Pak Yanto.
“Keluar bentar, Pak.” Jawab Tara santai dan berjalan menaiki cagivanya.
“Tara! Kembali kesini!” teriak Pak Yanto saat Tara sudah berada diluar gerbang sekolah. Namun, Tara tidak memperdulikannya.
🍂🍂🍂
Tara berada di depan sebuah rumah, dia memperhatikan rumah tersebut. Tatapannya terlihat sangat kesal dan dingin. Tadi malam dia berhasil mengikuti pemilik rumah ini dan akhirnya Tara dapat mengetahui tempat tinggal orang itu. Tiba- tiba ada seseorang yang keluar dengan ponsel berada di telinga, membuat Tara tersenyum miring.
“Sudah dulu ya, Ma.” Ucap orang itu dan mengakhiri percakapan via telepon. “Cari siapa?” Tanya orang itu pada Tara.
Tara hanya diam, dia mengamati orang didepannya dari atas sampai bawah. Orang di depan Tara mengerutkan dahinya bingung.
“Cari siapa?” Tanya orang itu lagi.
“Bener ini rumahnya Ade?”
“Iya.” Rena mengangguk ragu. “Cari Kak Ade? Dia sekolah.”
“Gue nggak nyari dia. Gue juga satu sekolah sama dia.” Jawab Tara, dia masih berada di atas motornya. “Dan lo?”
“Ehm, Rena.”
“Lo cewek yang tadi malam 'dibawa' Ade, kan?”
Rena kembali mengerutkan dahinya, dia bingung dengan maksud dibawa tadi malam. Tapi akhirnya Rena hanya mengangguk.
“Bukannya ini masih jam sekolah ya?”
“Pinter juga Ade milih cewek.” Jawab Tara tidak peduli dengan pertanyaan Rena.
“Maksudnya apa?”
“Lo tinggal disini? Gue denger bokap- nyokap Ade nggak ada di rumah.”
“Iya, memang.”
Seringai Tara makin lebar, dia sudah mendapatkan ide untuk membalas perbuatan Ade dulu. Sebenarnya Rena sudah akan meninggalkan Tara, karena menganggap kedatangan Tara sama sekali tidak jelas.
“Wah, ternyata Ade menang banyak.”
Rena sudah benar- benar muak terhadap Tara, dia langsung masuk rumah tanpa memperdulikan Tara. Rena menutup pagar rapat- rapat. Sedangkan Tara tersenyum puas dan dia memutuskan untuk kembali ke sekolah, karena sekarang hampir jam istirahat kedua. Rena memperhatikan Tara dari kamarnya, melihat Tara sudah pergi dia mengambil ponsel. Rena mengirim beberapa kalimat pada Ade.
“Orang aneh.” Gumam Rena.
Tidak lama ada sebuah balasan masuk ke ponselnya. Rena bergegas membaca balasan tersebut. Setelah dibaca, Rena kembali mengirim pesan pada Ade. Namun, Ade sudah tidak membalasnya lagi.
🍂🍂🍂
Tara sampai pada waktu yang tepat, dia tersenyum sopan saat melihat ada Pak Cecep seorang satpam sekolah. Sedangkan Pak Cecep hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Tara yang baru saja membolos. Setelah memarkir motornya, Tara segera menuju kantin. Disana kedua temannya sudah menunggu.
“Kemana aja lo?” Tanya Nevan.
“Ada urusan, pesenin gue minum dong!” pinta Tara.
Bambang atau yang biasa dipanggil Bams langsung berdiri dan menuju salah satu penjual di kantin ini. Tidak lama Bams kembali dengan tiga gelas minuman.
“Eh, tadi malam kalo nggak salah liat Kak Ade bawa cewek ya? Tumben- tumbenan tuh orang datang bawa cewek.” Kata Bams meminum es tehnya.
Tara meminum es jeruknya sebelum menjawab, sedangkan Nevan hanya memandang kearah mereka berdua. Karena memang tadi malam Nevan tidak datang.
“Lo nggak salah liat dan gue udah tau siapa tuh cewek.” Jawab Tara tersenyum miring.
“Siapa?”
“Namanya Rena, tadi gue baru ketemu tuh cewek.” Jawab Tara kalem.
“Lo tau rumahnya?”
“Dia tinggal di rumah Ade.”
Seketika Nevan dan Bams membulatkan matanya dan mengerutkan dahi, bukan terkejut karena Ade yang membawa pulang perempuan. Namun, karena Tara yang tidak seperti biasa, karena biasanya Tara tidak acuh pada para perempuan yang mencoba mendekati dirinya. Tapi, sepertinya kali ini berbeda, karena Tara sampai menghampiri perempuan itu.
“Lo punya rencana apa?” Tanya Nevan datar. Mendengar pertanyaan Nevan, Tara hanya menunjukkan seringainya.
Tiba- tiba ada seseorang masuk kantin dan menyebabkan semua pandangan terfokus pada orang itu. Orang itu sendirian dan dia menuju meja yang ditempati oleh Tara dan teman- temannya. Namun, Tara bersikap santai, dia sudah dapat menebak apa yang selanjutnya akan terjadi. Sama seperti Tara, Nevan dan Bams hanya menunggu dengan tenang.
“Ngapain lo ke rumah gue?!” Tanya Ade langsung tanpa basa- basi.
Tara memyeringai. “Bertemu seseorang…”
Ade masih diam, menunggu kelanjutan penjelasan Tara. Tangan Ade mulai mengepal kesal.
“Rumah lo sepi, jadi ya gue langsung masuk aja. Udah gitu nggak di kunci lagi.” Cerita Tara.
“Dan gue ketemu cewek. Lo bayangin body- nya, cuy.” Kata Tara pada kedua temannya dan bersiul pelan.
“Body- nya kenapa?” Tanya Bams penasaran.
“Kayak biola Spanyol.”
“Gitar kali.” Celetuk Nevan.
Ade sudah sekuat tenaga menahan emosi, dia harus dapat mengendalikan emosinya. Karena sekarang dia tidak ingin membuat keributan.
“Dan yang lebih penting, kulitnya mulus, putih...” Cerita Tara dengan melirik Ade.
Ade menyeruak maju dan langsung melayangkan tinjunya tepat kearah rahang Tara. Tara terhuyung hingga terjatuh dari kursinya, dia cepat- cepat berdiri. Darah segar keluar dari ujung bibirnya, Tara menghapus bercak darah itu kasar. Dia terlihat masih santai.
“Lo apain dia?!” Tanya Ade tajam.
“Gue apain ya? Gue nggak bisa gambarin secara detail, ya lo pasti tau sendiri lah. Gimana kalau cowok ketemu cewek cantik.”
“Brengsek lo!”
Ade kembali melayangkan tinjunya tepat di ulu hati Tara, dia kembali terhuyung hingga jatuh. Bams dan Nevan berdiri tidak jauh di belakang Tara, mereka sedang berusaha mengkoordinir anak- anak yang berebut hendak menonton aksi perkelahian antara Ade dengan Tara. Ade mencengkeram kerah baju Tara kasar.
“Jangan pernah lagi lo deket- deket dia!” ucap Ade tajam, matanya berkilat emosi. Ade menghempaskan kasar tubuh Tara ke belakang, dan dia langsung berjalan meninggalkan kantin.
“Paling enggak sekarang kemenangan di tangan gue.” Gumam Tara dengan senyum sinisnya dan melihat kepergian Ade.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Nurfajrin fajrin
Sudah mampir
2020-11-27
1
Erlina Khopiani
hadir
2020-10-16
1
Sept September
like ya
2020-10-08
1