Si Bodoh Itu

Sherina Layla selalu merenung di kampus.

Mahasiswi fakultas ekonomi semester 4 tersebut. Seperti tak ada gairah bersemangat ketika berada di kampus.

Para mahasiswi lain pun sering menjauh darinya. Karena mereka mengetahui bahwa Mama Sherina adalah pelakor perusak rumah tangga orang lain.

Keponakan dari Tante Kayla tersebut. Merupakan satu kampus dengan Sherina.

Awalnya Sherina tidak tahu bahwa Ceri adalah keponakan dari Tante Kayla.

"Lihat tuh, anak pelakor! Diam-diam saja dari tadi, gak banyak ngomong tuh." Sakit hati Ceri harus di balas, dia tahu penderitaan dan sakit hati Tante Ceri, atas ulah si pelakor.

Sherina yang sedang membaca buku. Fokus mendengar pembicaraan tersebut, saat orangtuanya di sebut pelakor, kemarahan semakin memuncak.

Menghampiri Ceri, lalu menarik tangan Ceri dan menjambak rambut perempuan tersebut dengan kasarnya. Harga diri orangtuanya di jatuhkan di depan mahasiswi lain.

"Sudah aku bilang! Apa pun yang menjadi masalah pribadi, jangan dibawa kesini." Menjambak Ceri.

"Ahhhhhhhh sakit." Ceri meraung kesakitan.

"Tolong bantu gue ..." Teriak Ceri meminta tolong.

"Apaan sih kamu ini? Ini teman saya!" ada teman Ceri yang membela perempuan tersebut.

"Apa kamu bilang? Kamu tidak melihat harga diri orangtua aku di rendahkan sama dia!" semakin menjambak rambut Ceri.

Ceri membahas rasa sakit yang dirasakan Tantenya, akibat ulah orangtua Sherina, hingga Tante dan Pamannya sering berantam di rumah.

"Hey ... Tidak akan mungkin aku begini! Jika tidak ada asap atau api," jawab Ceri ketus dan gerutu.

Sherina tahu bahwa semua ini adalah salah Mamanya, tetapi Ceri sudah mempermalukan di depan teman-teman yang lain, hingga harga diri seorang anak, ikut di injak-injak.

Akibat kesalahan orangtua, anak lah yang menjadi korban dari perlakuan orangtua yang kejam. Sudah berulang kali Sherina menasehati Mamanya, supaya jangan berhubungan lagi dengan Paman Anton.

Awalanya Nindi mengikuti kata anak, tetapi lama-kelamaan. Nindi tidak bisa mengikuti lagi keinginan anaknya, karena cintanya sudah besar kepada Anton.

Rangga saat jam mata pelajaran telah tiba.

Segera masuk ke fakultas ekonomi tersebut.

Rangga terkejut terjadi kegaduhan kedua kali oleh mahasiswi yang sama.

"Sudah ...! Sudah ... Sudah ..." Teriak Rangga.

Saat Dosen Rangga masuk, semua tenang dan kembali ke bangku masing-masing.

Mereka terdiam, karena Dosen Rangga termasuk Dosen yang digemari oleh anak kuliah karena humble.

Lalu Dosen Rangga, memanggil Ceri dan Sherina untuk kedepan, menceritakan masalah mereka, soalnya Rangga tidak tahu inti masalah mereka dari dulu, karena kedua orang tersebut memilih diam.

"Sherina dan Ceri maju ...!" Teriaknya dari depan.

Sherina dan Ceri lalu maju, mereka melihat kearah Dosen tersebut, lalu Dosen tersebut menyuruh mereka untuk saling berdamai.

"Tolong jelaskan, apa yang menjadi keributan diantara kalian!" Menoleh kearah kedua mahasiswinya, sambil memegang pena.

Keduanya terdiam, tidak mungkin masalah pribadi di jelaskan. Dihadapan semua teman-temannya, karena hal tersebut tidak wajar menurut mereka berdua.

"Kenapa kalian berdua dia?" tanyanya kepada mereka berdua.

"Kita bisa jelaskan masalah ini Pak, ketika sedang di ruangan Bapak saja. Masalah ini mengenai masalah pribadi." Kata Ceri malu untuk bercerita.

"Baik, saya akan mendengarkan inti masalah kalian berdua."

Rangga menyuruh mahasiswinya tersebut.

Untuk konsultasi kepadanya, mengenai masalah yang belum bisa terselesaikan.

Sudah dua kali. Dosen Rangga menemui mereka bergelut dan adu mulut. Rangga ingin bertanya kepada dua mahasiswi cantik tersebut.

"Sini kalian?" meminta mereka berdua untuk duduk.

Mereka berdua lalu duduk, mereka menunduk malu karena sudah membuat onar di dalam ruangan kampus, keduanya saling menata sinis dan penuh benci.

"Tolong jelaskan kepada Saya? Mengapa kalian bertengkar? Jangan takut untuk bercerita kepada Saya." Kata Rangga sambil menyandarkan tangan di dagu.

"Cepat ..." Teriak Rangga karena keduanya tidak mau cerita.

"Begini Pak, Si ini ..." Tiba-tiba diam, takut berbicara, itulah Sherina.

"Kenapa? Tolong di lanjutkan lagi pembicaraannya." Kata Rangga mencoba meluruskan mereka berdua.

"Begini Pak, si Ceri merendahkan harga diri saya! Orangtua saya di bilang pelakor oleh Ceri." Kata Sherina menceritakan inti permasalahan.

Sherina tidak bisa menerima, bahwa harga diri orangtuanya di injak-injak, walau pun Mama Nindi perempuan tidak benar di mata orang lain.

"Saya mengatakan fakta, sebab Mama kamu pelakor kan! Yang sudah merebut suami dari Tante saya." Jawab Ceri yang juga merasa tidak terima.

"Hey ...! Hentikan, orangtua saya bukan pelakor atau perempuan tidak benar," masih membela sang Mama walau pun jalan yang diambil salah.

"Sherina ..." Teriak Ceri yang tidak suka di keraskan.

"Sherina, duduk ..." Dosen Rangga menyuruh duduk Sherina yang berdiri tersebut.

"Oke."

" Orangtua siapa yang pelakor?" tanya Dosen Rangga.

"Sudahlah Pak, tidak perlu ikut campur dengan urusan pribadi kami, sudah fokus ngajar saja." Ucap Sherina tidak suka di kepo.

"Saya bertanya? Kamu tidak perlu begitu dengan saya? Masalah ini tidak akan terbongkar kemana pun." ucap Rangga kepada Sherina.

"Terserah Bapak deh!"

"Ya elah. Anak pelakor saja ngegas minta ampun dah." Ceri berusaha membuat emosi Sherina semakin tinggi.

"Kamu tidak perlu ikut campur, saya bukan anak pelakor," jawab Sherina, terjadilah suasana semakin tegang.

"Terus kalau bukan anak pelakor apa?" tanya Ceri memukul meja sang Dosen.

Dosen Rangga semakin pusing, ketika keduanya tidak bisa meredam amarah mereka yang semakin memuncak dan tinggi tersebut.

"Saya anak terlahir sah dari pernikahan yang sah." Sherina berdiri dan menghantam balik meja tersebut.

Dosen Rangga semakin pusing melihat kegaduhan keduanya, keduanya semakin sengit dalam menyerang. Hingga masalah pribadi pun mereka bahwa dalam kampus tersebut.

"Sudah! Masalah pribadi, jangan dibawa dalam kampus," Dosen Rangga memperingatkan keduanya.

Keduanya tak peduli, masih melanjutkan pertengkaran tersebut. Sebab keduanya tidak saling terima dan saling menuduh.

"Hey anak pelakor," teriak Ceri.

"Dari pada Tante loh bucin! Terlihat bodoh sih memang, bucin sama pria genit seperti Om Anton, entah apa yang dipertahankan dari laki-laki genit." Emosi Sherina meledak, tetapi Sherina sebenarnya tidak tega, mengatai tante Kayla seperti itu.

Namun karena sudah terbawa emosi, hingga emosi tersebut. Tidak bisa terkontrol lagi oleh Sherina, Dosen Rangga tidak berpihak kepada keduanya. Sebab omongan keduanya bisa menyakiti hati orang lain.

"Hey hentikan! Jika kalian masih ribut, akan saya panggil orangtua kalian!" bentak Rangga sambil menghantam meja.

Plakkkkkkkkkkkkkkkk

Bunyi suara meja tersebut, membuat keduanya diam. Rangga mulai mengintrogasi keduanya, mengenai permasalahan keduanya. Sampai saat ini masalah keduanya tidak bisa di selesaikan mereka dengan cara pribadi di luar kampus.

"Baik, Pak." Sahut mereka kompak.

"Duduk!"

Rangga menyuruh mereka duduk dan tidak boleh ada yang bersuara. Keduanya harus diam berapa menit baru berbicara kepada Rangga. Atas masalah mereka.

Terpopuler

Comments

Lena Laiha

Lena Laiha

yang sabar ya Sherina

2023-08-05

0

Neng zahra

Neng zahra

Duh si ceri resek banget, di ulang ulang lagi anak pelakor terus .ceritanya seruu ,greget semangat tor:)

2023-08-05

0

Sri Rahayu

Sri Rahayu

kasian anak cuma dapat malu karena kelakuan orang tua

2023-07-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!