Sherina menatap langit-langit ruangan kampus saat Dosen Rangga menjelaskan sesuatu. Murid lain pada mendengarkan namun tidak dengan Sherina.
Di kampus tersebut. Rangga adalah dosen favorit karena tampan dan baik. Dosen tersebut merupakan dosen ramah pada mahasiswanya.
Sedangkan Sherina pada waktu itu. Tatapan kosong dan wajahnya murung, mengingat pernikahan Mama Nindi yang akan di laksanakan besok tersebut.
"Sherina ... Apakah kamu mendengarkan penjelasan saya?" tanya Rangga kepada Sherina.
Sherina murung saja dan tidak menjawab pertanyaan Rangga. Sehingga Rangga kesal dan menyuruh Sherina untuk menjelaskan mengenai materi yang sudah di jelaskan Rangga dari tadi.
"Sherina ...! Maju kedepan!" kata Rangga kepada Sherina.
"Oke Pak." Sherina maju kedepan dan bingung menjelaskan dari mana.
"Tolong kamu jelaskan sekarang! Penjelasan mengenai semua itu." Sambil mengangkat tangan.
"Ahhhh, aku gak tahu Pak ... Mau menjelaskan dari mana?" kata Sherina kepada Rangga.
"Maka nya, kamu itu, jika saya menjelaskan tolong kamu simak." Baru kali ini Rangga tegas kepada mahasiswinya.
Semua menertawakan Sherina. Wajahnya sudah merah dan geram. Karena di permalukan di depan teman-temannya.
"Ahhhhhh rasain Loh," sambung Ceri, yang tidak terima karena Sherina anak dari pelakor yang sudah merebut paman nya. Dari Tante Kayla.
"Kau ...!" Sherina geram, mengangkat tangan nya dan ingin menokok kepala Ceri karena sudah naik darah.
Rangga yang melihat Sherina angkat tangan nya. Langsung memegang tangan mahasiswi nya tersebut, takut terjadi perkelahian lagi diantara mereka berdua.
"Sudah Sherina, tidak perlu emosi soalnya kamu yang salah." Rangga menyalahkan Sherina, mengapa tidak mengikuti pembelajaran dengan serius.
"Pak terus bela saja mahasiswi Bapak! Tidak perlu bela saya." Sherina menatap kearah Rangga.
Rangga yang melihat bola mata Sherina.
Seperti ada kesedihan yang tidak bisa di ungkapkan di depan umum. Rangga melihat tatapan Sherina seperti kosong dan wajahnya cenderung murung.
Rangga menyuruh sehabis pelajaran selesai tersebut. Sherina di suruh menghadap keruangan nya, untuk berkonsultasi mengenai masalah Sherina seorang diri.
"Silahkan duduk, kamu harus simak baik-baik nanti, jika kamu tidak bisa menyimak dan mendengarkan saya ! Keluar dari ruangan ini karena saya tidak suka yang malas." Rangga masih sabar, menghadapi Sherina.
"Baik Pak, terima kasih." Sherina duduk kembali ke kursi.
Ceri yang menatap sinis, langsung menyerukan, anak pelakor gak tahu diri dan tidak tahu porsinya.
"Uhhhh anak pelakor." Saat Sherina mau duduk ke bangkunya.
Suara pelan tersebut, masih terdengar di telinganya dengan jelas, tidak suka kalau Ceri menyebutnya sebagai anak pelakor bahwa orangtua nya yang salah.
Sherina tidak mau di sama ratakan. Bahwa yang berulah adalah Mama Nindi, yang sudah merebut Paman kandungnya.
"Apa kamu bilang? Saya anak pelakor ...! Mendekati bangku Ceri dan Sherina mengangkat tangan nya.
"Sherina ...!" teriak Rangga dari depan.
"Kita selesaikan masalah ini di luar." Menunjukan tangan ke arah Sherina.
"Sherinaaaaaaa ...!" teriak Rangga lagi dengan lantang.
"Iya Pak." Sherina kembali ke bangkunya.
Plakkkkkkkkkkkkkkkk
Ceri memukul meja seakan tidak terima. Sherina melabraknya.
"Dasar anak pelakor. Orang tua kamu sudah mengambil suami dari Tante Kayla! Puas kamu menyakiti Tante Saya." Ceri memukul meja dengan keras.
"Bukan saya yang menyakiti Tante kamu, tetapi Mama saya yang menyakiti Tante kamu tersebut." Suara lantang Sherina.
Sherina memang sudah menolak pernikahan tersebut. Bagaimana lagi mau di kata, jika Mama Nindi sudah cinta kepada Anton, sebagai anak Sherina tidak bisa melarang lagi orangtuanya tersebut.
"Sama saja kan! Kamu kan anaknya, kamu sama Mama kan sama, gak jauh beda karakternya," teriak Ceri dari belakang ketika Sherina berdiri di depan karena mendapatkan hukuman dari Rangga.
"Ceri, diam!" bentak Rangga kepada Ceri.
Akhirnya Ceri diam, namun rasa bencinya belum hilang. Benci banget melihat pelakor tersebut, sebab karena mama Sherina. Bahwa tante Kayla harus menjadi janda.
Ceri tidak terima, tante Kayla menjadi janda karena ulah mama Sherina. Sebab pemikiran orang lain menjadi janda sudah di cap buruk oleh tetangga.
"Kamu kenapa?" tanya Rangga kepada Sherina karena terlihat murung.
Dosen Rangga mengajak mahasiswinya tersebut. Mengobrol secara santai dan lembut, supaya Sherina bisa memilah kata-kata Rangga. Supaya merasa tidak tersakiti.
"Pak, saya tidak bisa bicara disini," Sherina menunjukan wajah sedih dan berkaca-kaca mengenai pernikahan mama Nindi.
Rangga mengerti bahwa ruangan kampus bukan tempat yang tepat, untuk mengobrol masalah pribadi mahasiswinya tersebut dan Rangga meminta terhadap Sherina jika mau datang keruangan pribadinya, untuk konsultasi masalah pribadi.
"Baiklah, jika kamu bersedia, bisa menceritakan masalah pribadi kamu di ruangan saya."
Rangga menyuruh duduk Sherina, dengan syarat Sherina harus menyimak materi yang di sampai kan Rangga. Sebab materi tersebut berguna untuk anak-anak didiknya.
Rangga memang Dosen yang detail dalam menjelaskan pelajaran. Serta cara bicara yang santai dalam menjelaskan di depan muridnya membuat seluruh anak-anak kampus merasa nyaman.
Jika Dosen ini satu hari saja, tidak nampak di kampus. Maka murid-muridnya, akan mencari Rangga. Sebab sehari tidak melihat Dosen Rangga mereka gelisah.
Mereka rindu melihat wajah tampan dan canda dari Dosen tersebut, bahkan banyak mahasiswi yang tergila-gila dengan Rangga karena Dosen Rangga orangnya sangat simpel dan lembut.
Hati wanita mana yang tidak luluh, ketika melihat cara bicara pria santun dan lembut ketika berbicara. Rangga dalam prinsipnya tidak mau berpacaran dengan mahasiswi di kampus.
Dosen Rangga adalah pemilik kampus ternama tersebut. Namun Dosen Rangga merupakan Dosen sekaligus pemilik kampus tempat Rangga mengajar.
Tetapi hanya sebagian orang yang mengetahui, bahwa Rangga merupakan owner kampus tersebut, sebab di sembunyikan dengan rapat oleh Rangga sebab Rangga tidak mau orang lain mengetahui hal ini.
Saat jam pelajaran sudah selesai, anak-anak kampus pada pulang. Saat Rangga membereskan buku-buku dan bergegas hendak keruangan nya, melihat Sherina murung Sherina sendiri dan tidak berniat untuk keluar dari ruangan tempat mengajar tersebut.
"Sherina, pulanglah. Jam pelajaran sudah selesai." Rangga menghampiri Sherina namun Sherina diam, seperti banyak pikiran dan mata masih terlihat sembab.
Rangga sudah 3 kali, mengulang untuk menyuruh Sherina pulang. Namun Sherina tetap diam dan tak menjawab, Dosen Rangga mendekati Sherina, memegang bahu Sherina untuk bertanya.
"Sherina ada apa? Apakah kamu punya banyak masalah?" tanya Rangga.
"Tidak ..."
"Jika tidak, pulanglah. Hari sudah mau sore nanti gelap,"
"Pak, saya tidak mau pulang."
"Ada apa? Cerita sama, Bapak." Rangga mengayomi mahasiswinya tersebut.
"Tidak usah, Pak. Ini masalah pribadi, jadi lebih baik saya pendam."
" Jika kamu pendam sendiri, maka kamu yang akan down sendiri," Rangga meminta Sherina untuk terbuka tentang masalah pribadinya tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
🤗🤗
semangat 🌹🌹meluncur
2023-08-06
0