Kesempatan

Aku menarik tanganku agar terlepas dari genggaman Mas Erlang, dan hal itu membuat pria yang ada dihadapan ku terbangun dari tidurnya.

Gelagapan dia, dia mengucek matanya sambil menguap lebar, lalu setelah itu langsung menatap ku dengan tatapan cemasnya.

''Sayang, kamu sudah bangun? Tunggu di sini, Mas ambilkan makanan untukmu,'' berdiri dia dari duduknya, lalu kedua telapak tangannya langsung meraup pipiku. Netranya menatap aku lekat dengan tatapan sendu, seakan aku adalah wanita yang teramat berarti bagi nya.

''Tidak usah. Aku tidak butuh makan. Jangan pedulikan aku, teruslah kamu bersikap kejam kepada ku, agar rasa benciku kepada mu semakin bertambah,'' tolak ku sembari mengibas kasar tangan pria yang sudah menjadi suamiku selama setahun lamanya. Aku mengalihkan wajahku kesamping agar tak kulihat lagi wajah Mas Erlang yang kini terlihat begitu menyebalkan setelah dia menduakan aku.

Aku dengar Mas Erlang menghembus nafas kasar, lalu dia berjalan keluar dengan langkah kaki lebar.

Usai kepergian nya, aku coba untuk berdiri, namun nyatanya aku tidak sanggup untuk menopang tubuhku. Lemas sekujur tubuh ku, seakan tak bertulang.

Jelang beberapa menit, Mas Erlang datang sambil membawa nampan yang diatasnya terdapat sepiring nasi dan segelas air putih.

"Duduklah yang anteng, biar Mas suapin kamu,'' katanya lembut.

''Hah, tidak usah sok peduli kamu, Mas. Aku jadi seperti ini juga karena kamu!'' lirihku.

''Diam lah Adara! Sekarang buka mulutmu! Mas tidak ingin berurusan dengan hukum hanya karena membiarkan seorang wanita mati kelaparan di rumah ini!'' Mas Erlang memaksa, dia menyodorkan sendok yang berisi makanan ke mulutku. Tapi aku tak kunjung membuka mulut menerima suapannya itu.

''Jahat kamu! Kalau kamu sudah tak mencintai aku dan tidak membutuhkan aku lagi mending kamu ceraikan aku sekarang juga! Biar aku bisa bebas melakukan apapun yang aku mau!'' tekan ku. Berharap pria yang ada dihadapan ku segera menjatuhkan talaknya pada ku.

''Mas bilang diam!'' bentak nya dengan sorot mata tajam. Wajahnya memerah dengan gigi terdengar bergemeletuk.

Aku diam menunduk, lagi-lagi air mata jatuh begitu deras membasahi pipi tanpa bisa aku bendung. Baru pertama kali ini Mas Erlang membentak aku sebegitu kerasnya, dan rasanya hatiku begitu sakit. Sakit bagai tercabik-cabik benda tajam.

Mas Erlang kembali berusaha membujuk agar aku mau makan. Tanpa penolakan, akhirnya aku menerima suapan demi suapan yang dia berikan.

Hingga jelang beberapa menit, piring yang tadinya penuh dengan nasi dan lauk, kini sudah tandas.

Begitu pun dengan air, aku sudah menghabiskan nya dengan mudah.

Aku bersendawa dengan tubuh mulai terasa berkeringat. Aku kekenyangan, dan tubuh ku kembali bertenaga.

''Nah, kalau begini kan Mas sudah bisa tenang tak terbebani lagi karena memikirkan kamu,''

''Wajah mu kembali bersinar lagi, Dek, dan kecantikan mu semakin bertambah,''

''Setelah ini kamu jangan berulah lagi. Dan juga, setiap malamnya, Mas tidak bisa lagi tidur dengan mu, karena sekarang istri Mas bukan hanya kamu saja. Malam ini jatahnya Mas tidur dengan mu, dan malam besoknya Mas akan tidur bersama Winda,'' tuturnya dengan senyum simpul.

''Kemana mereka?'' tanyaku.

''Mama dan Winda lagi jalan. Mereka shopping dan juga makan di restoran,'' jelas Mas Erlang.

''Hm, enak sekali jadi mereka,'' kataku seraya tersenyum getir.

''Apa kamu juga ingin berbelanja?'' tanya Mas Erlang. Dia lalu duduk di samping aku, kami duduk di ranjang yang sama dengan punggung bersandar pada kepala ranjang.

''Tentu. Semua wanita suka berbelanja,'' jawab ku sekenanya.

''Baiklah, ini uang untukmu. Besok kamu boleh keluar sebentar untuk membeli apa saja yang kamu mau. Tapi ingat, jangan coba-coba kabur dan mengadu kepada ibu dan Mas Tama kalau Mas sudah menikah lagi,'' Mas Erlang membuka dompet nya lalu dia memberikan uang mata merah sebanyak dua puluh lembar kepada ku. Aku menerima uang itu dengan cepat, menghitung nya, lalu menyimpan uang tersebut ke bawah bantal. Selama ini aku memang tidak pernah memegang langsung uang sebanyak 2 juta, karena selama ini Mama mertua yang mengatur keuangan keluarga. Beliau selalu mengatakan kalau aku adalah wanita boros dan tidak bisa mengatur keuangan dengan baik. Selama ini aku tidak pernah mempersalahkan hal itu, asalkan suamiku tetap berlaku baik padaku, maka aku tidak akan banyak protes. Tapi kini?

Oke, baiklah. Ini kesempatan untuk aku. Aku akan memanfaatkan momen ini untuk mengeruk uang Mas Erlang. Sebelum aku benar-benar pergi dari rumah ini, aku akan memanfaatkan suamiku dengan baik. Aku tidak ingin pergi dari rumah ini dengan tangan kosong.

Mas Erlang adalah seorang manajer operasional di perusahaan tempat nya bekerja. Aku tahu gajinya besar.

"Mas, aku janji aku tidak akan mengadu kepada Ibu dan Mas Tama tentang kamu yang telah menikah lagi. Asalkan kamu janji pada ku, setiap harinya kamu harus memberikan uang belanja untukku sebanyak lima ratus ribu, atau em ... Sejuta. Aku perlu uang untuk merawat tubuh ku agar enak dipandang dan juga kamu jangan katakan kepada Mama kalau kamu telah memberikan uang belanja kepada istri mu ini, karena kalau Mama tahu, beliau pasti akan merebut uang yang aku punya,'' kataku dengan nada dibuat selembut mungkin. Aku tahu, Mas Erlang adalah tipikal pria yang suka dibujuk, dia tidak suka dibantah.

''Em, baiklah kalau begitu Sayang. Asalkan kamu berjanji akan tetap menjadi istri Mas selamanya,'' katanya lembut.

''Baiklah, suamiku,'' aku memeluk tubuh tegap Mas Erlang. Sebenarnya aku malas melakukan itu, tapi demi melancarkan rencana ku aku paksakan.

Mas Erlang balas memeluk tubuh ku, tangannya membelai rambutku yang hitam lebat. Dia mencium keningku dengan begitu mesra.

Namun, aku merasa tangannya semakin lancang saja, perlahan tangan itu bergerak menyibak pakaian yang aku pakai.

Pun kini bibir nya telah berpindah hendak mengecup bibirku. Nafasnya tampak terengah-engah, Mas Erlang pasti sudah tidak tahan lagi ingin bercinta dengan ku.

Saat bibirnya hendak mengecup bibirku, akhirnya aku bersuara.

''Mas, aku sekarang sedang datang bulang,'' lirihku sembari mendorong dada bidang Mas Erlang agar sedikit menjauh.

Wajahnya yang tadi tampak begitu bersemangat, kini terlihat kesal.

''Kamu tidak berbohong, 'kan?'' tanyanya.

''Tidak Mas. Aku beneran,'' jawabku dengan kalimat dibuat semayakin mungkin.

''Ais ... Ada-ada saja!'' Mas Erlang menyugar kasar rambut nya. Dan aku hanya diam saja.

''Tapi, oke, tidak apa-apa. Kalau begitu kita berciuman saja,'' aku kaget mendengar perkataan Mas Erlang. Ternyata dia tetap ingin mengecup bibirku. Tapi rasanya aku begitu jijik kalau harus di cium oleh bibir yang pernah mencium bibir wanita lain.

Mas Erlang semakin mendekatkan bibirnya didekat bibirku. Aku berdoa di dalam hati supaya Mas Erlang tidak jadi melakukan itu. Aku memejamkan mata, berdoa dengan khusuk.

Dan ...

''Erlang!'' sebuah suara berhasil mengagetkan kami.

Sontak aku membuka mata, dan melihat Mama serta Winda sudah berdiri di ambang pintu kamar. Kebetulan pintu kamar memang tidak ditutup oleh Mas Erlang tadi.

''Mas, apa yang kamu lakukan?!'' Winda berdecak kesal seraya menghentak-hentakkan kakinya ke lantai.

Pun Mas Erlang, wajahnya terlihat sama kesalnya seperti Mama dan Winda.

Mas Erlang berdiri lalu menghampiri dua wanita itu. Aku merasa lega, akhirnya aku lolos dari ciuman suami rakus seperti Mas Erlang.

''Kalian sudah pulang rupanya,''

''Iya, kami sudah pulang! Bisa-bisanya ya Mas, di saat aku pergi, kamu malah bercinta sama wanita pembawa sial itu!''

''Lho, apa salahnya, bukankah malam ini jatahnya Mas tidur bersama Adara,''

''Erlang, tidak ada jatah-jatah segala, setiap malam nya kamu harus tidur bersama Winda, supaya Winda cepat hamil!'' kata Mama. Dia menatapku sinis.

''Em oke, baiklah kalau begitu. Lagian sekarang Adara juga tidak bisa dipakai karena dia tengah datang bulan,''

Tiga orang tersebut lalu beranjak dari ambang pintu. Aku menggeleng kepala, tidak habis pikir, ternyata seperti ini rasanya di madu.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Jeni Safitri

Jeni Safitri

Rekam dan vidiokan perbuatan mrk agar bisa menuntut cerai bahkan bisa penjarakan mrk

2024-04-08

0

Sunarti

Sunarti

sakit kan hati mu Adara maka cari cara bisa kabur dan hidup dng aman dan damai jangan lemah lawan lahir klg Erlang yg slalu membuat mu susah

2023-08-20

3

Gadis Manggar

Gadis Manggar

bagus andara harus bermain cantiq...semanagat

2023-07-14

0

lihat semua
Episodes
1 Pengakuan
2 Tak Ada yang Peduli
3 Dikurung
4 Lapar
5 Kesempatan
6 Melawan
7 Keluar
8 Tante Vero
9 Pov Erlang
10 Mengambil Bukti
11 Memasak
12 Ikatan Batin
13 Kemarahan Vero
14 Makan Malam
15 Farras Namanya
16 Kehilangan
17 POV Erlang
18 Dipukul Lagi
19 POV Adara
20 Di Pecat
21 Menangis Haru
22 Mual
23 Hamil
24 Ikut ke Kantor
25 Sidang
26 Ketakutan Winda
27 Adara Bayi
28 Pulang ke Indonesia
29 Meminta Perlindungan
30 Bandara
31 Pov Erlang
32 POV Winda
33 Mulai Menyesal
34 Berkunjung ke panti
35 Ternyata
36 Pov Adara
37 Keterkejutan Adara
38 Tommy
39 Sudah tahu
40 Erlang
41 Menemui Farras
42 Berjaga-jaga
43 Tertangkap
44 Kegelisahan Winda
45 Kaget
46 Karma Menghampiri
47 Memohon
48 Meracau di tengah malam
49 Kembali Bersemangat
50 Ketakutan Sari
51 Penyesalan
52 Akan dijadikan MADU
53 Mulai Mendekati
54 Kecemburuan Farras
55 Bagas Bertindak
56 Bersedia
57 Tidak Sengaja Bertemu
58 Bertemu
59 Cerai
60 Kegalauan Farras
61 Akan Pergi ke New York
62 Part 62
63 Part 63
64 Part 64
65 Kisah Cinta Saga
66 Keputusan Saga
67 Part 67
68 Wanita yang diperkenalkan Rianti
69 Akan Pulang
70 Part 70
71 Egois
72 Setuju
73 Part 73
74 Part 74
75 Hari H
76 Hari H 2
77 Kedatangan Adara
78 Respon Adara
79 Amarah Saga
80 Berkunjung ke Perusahaan
81 Kejutan untuk Adara
82 Will You Marry Me
83 Iya
84 Tamat
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Pengakuan
2
Tak Ada yang Peduli
3
Dikurung
4
Lapar
5
Kesempatan
6
Melawan
7
Keluar
8
Tante Vero
9
Pov Erlang
10
Mengambil Bukti
11
Memasak
12
Ikatan Batin
13
Kemarahan Vero
14
Makan Malam
15
Farras Namanya
16
Kehilangan
17
POV Erlang
18
Dipukul Lagi
19
POV Adara
20
Di Pecat
21
Menangis Haru
22
Mual
23
Hamil
24
Ikut ke Kantor
25
Sidang
26
Ketakutan Winda
27
Adara Bayi
28
Pulang ke Indonesia
29
Meminta Perlindungan
30
Bandara
31
Pov Erlang
32
POV Winda
33
Mulai Menyesal
34
Berkunjung ke panti
35
Ternyata
36
Pov Adara
37
Keterkejutan Adara
38
Tommy
39
Sudah tahu
40
Erlang
41
Menemui Farras
42
Berjaga-jaga
43
Tertangkap
44
Kegelisahan Winda
45
Kaget
46
Karma Menghampiri
47
Memohon
48
Meracau di tengah malam
49
Kembali Bersemangat
50
Ketakutan Sari
51
Penyesalan
52
Akan dijadikan MADU
53
Mulai Mendekati
54
Kecemburuan Farras
55
Bagas Bertindak
56
Bersedia
57
Tidak Sengaja Bertemu
58
Bertemu
59
Cerai
60
Kegalauan Farras
61
Akan Pergi ke New York
62
Part 62
63
Part 63
64
Part 64
65
Kisah Cinta Saga
66
Keputusan Saga
67
Part 67
68
Wanita yang diperkenalkan Rianti
69
Akan Pulang
70
Part 70
71
Egois
72
Setuju
73
Part 73
74
Part 74
75
Hari H
76
Hari H 2
77
Kedatangan Adara
78
Respon Adara
79
Amarah Saga
80
Berkunjung ke Perusahaan
81
Kejutan untuk Adara
82
Will You Marry Me
83
Iya
84
Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!