Dikurung

Alarm yang berasal dari handphone nyaring terdengar, alarm yang sengaja aku stel untuk membangunkan tidurku diwaktu subuh.

Bangkit aku dari pembaringan, tubuhku terasa pegal-pegal, mungkin karena kelamaan mengurung diri di kamar dan juga karena pikiranku yang begitu kacau serta hatiku yang terasa amat sakit.

Semalaman aku terus berpikir langkah apa yang harus aku ambil kedepannya. Apakah aku akan melanjutkan pernikahan ku dan Mas Erlang atau aku akhiri saja?

Aku tidak boleh gegabah, karena dalam kondisi apapun aku harus bisa berpikir dengan jernih agar tak salah mengambil keputusan untuk masa depan ku.

Aku berpikir akan pulang ke Panti, tapi aku tidak bisa. Aku takut membuat Ibu sedih, karena aku tahu saat ini kondisi kesehatan ibu sedang tidak baik-baik saja.

Lalu aku harus apa dan kemana?

Tadi malam Mas Erlang sudah menekankan kalau dia tidak akan pernah menceraikan aku. Egois sekali dia.

*

Setibanya aku di kamar mandi, aku buang air kecil, dan aku baru sadar ternyata sekarang tamu bulanan ku sudah datang. Syukurlah, setidaknya selama masa haid aku bisa menjadikan alasan agar Mas Erlang tak menggauli ku. Sungguh, aku tak sudi lagi tidur dengan pria yang sudah pernah meniduri wanita lain. Jijik sekali rasanya, kayak tidak ada pria lain saja di dunia ini.

Setiap bulannya aku selalu rutin buang darah kotor, aku subur. Tapi entah kenapa aku tak kunjung hamil anaknya Mas Erlang.

Setidaknya aku harus bersyukur, karena dari sinilah aku bisa melihat sebatas mana kesetiaan suamiku pada ku. Dia bukanlah jodoh yang pantas untuk menemani aku hingga hari tua ku. Karena pria yang benar-benar mencintai kita akan menerima kita apa adanya tanpa banyak menuntut sebelah pihak.

*

''Cepetan dong masaknya, aku sudah sangat lapar ini,'' Winda berucap sembari memukul meja makan menggunakan sendok berulangkali. Sementara aku sibuk dengan peralatan dapur. Beberapa menu sarapan pagi sudah siap aku sajikan, tinggal menunggu satu menu lagi yang masih berada di dalam wajan di atas tungku.

Aku sama sekali tidak menyahut ucapnya. Aku masih menahan diri untuk tetap bersabar.

''Dia itu memang begitu Sayang. Dia adalah wanita yang tidak pernah becus melakukan apapun. Entah kenapa dulu Erlang bisa jatuh ke pelukan wanita seperti dia. Mungkin Erlang sudah dia guna-guna,'' Mama mertua datang, lalu duduk di kursi meja makan di samping Winda.

''Kalau aku tidak becus, mending Mama saja yang masak!'' sentakku kasar. Gemuruh di dada begitu hebat aku rasakan. Aku membanting spatula yang aku pegang ke lantai, hingga mengeluarkan suara yang cukup bising. Akhirnya amarahku pecah juga setelah mendengar perkataan Mama yang selalu menyudutkan aku.

''Wah kurang ajar sekali kamu, Kak! Berani-beraninya kamu membentak Mama!'' Winda berdiri dari duduknya, hingga kini kami saling menatap lekat dengan wajah sama-sama tak bersahabat.

''Aku bukan Kakak kamu, jadi jangan pernah panggil aku dengan sebutan itu lagi!'' tekan ku. Baru sehari saja Winda tinggal di rumah ini sudah membuat aku stres, aku rasa aku memang tidak bisa berbagi suami dan tinggal terlalu lama bersama orang-orang yang tak punya hati.

''Gila kamu!'' seru Winda tersenyum sinis.

''Mas! Lihatlah kelakuan istri tua mu, dia sudah begitu keterlaluan sama Mama! Dia membuat Mama menangis!'' sambung Winda dengan meninggikan nada suaranya.

Mama Sari menunduk, suara isakan nya semakin lama semakin nyaring terdengar.

Bersamaan dengan itu, terdengar langkah kaki memasuki ruang makan yang terhubung langsung dengan dapur.

''Ada apa ini? Apa yang terjadi? Kanapa pagi-pagi begini kalian sudah ribut-ribut?'' Mas Erlang bertanya. Dia berdiri diantara aku dan Winda.

''Mas, Kak Adara tadi membentak Mama, sehingga membuat Mama menangis. Dia juga membanting spatula ke lantai. Dia sangat kasar Mas. Padahal aku dan Mama meminta agar dia memasak lebih cepat, karena aku sudah sangat kelaparan, tapi dia langsung emosi! Aku kan kelaparan karena tadi malam aku melayani kamu cukup lama,'' Winda berjalan menghampiri Mas Erlang, lalu tangannya bergelayut manja pada lengan kekar Mas Erlang.

''Benar begitu Adara?!'' bentak Mas Erlang, netranya menatap ku tajam.

''Iya, benar. Mama yang duluan mulai,'' jawabku sekenanya. Setelah itu aku dengar tangis Mama semakin kencang saja. Sungguh, aku muak melihat sandiwara yang di lakukan oleh wanita yang tak muda lagi itu. Di sisa-sisa usianya yang tak banyak lagi, bukannya beliau taubat, tapi sikap jahatnya malah semakin menjadi-jadi. Dari dulu Mama tidak pernah lelah untuk merusak rumah tangga aku dan putranya.

''Hati Mama sangat sakit di bentak oleh menantu sendiri. Dari dulu Adara memang tidak pernah menghormati Mama sebagai mertuanya, sebagai wanita yang telah melahirkan suaminya, hiks hiks ... Sakit sekali hati Mama. Padahal selama ini Mama sudah berusaha untuk menerimanya di rumah ini,'' racau Mama Sari dengan suaranya yang serak. Aku menggeleng kecil, aku tidak habis pikir, bisa-bisanya Mama berkata seperti itu.

''Adara, sini kamu!'' Mas Erlang menghampiri aku, lalu dengan sedikit menyentak dia memegang pergelangan tangan ku. Dia terus menarik tubuh ini agar mengikuti langkahnya.

''Mas, lepaskan!'' protes ku seraya berusaha melepaskan pegangan tangan Mas Erlang, tapi usaha ku sia-sia saja. Tenaga ku kalah kuat dari Mas Erlang.

''Kamu sekali-kali harus dikasih pelajaran agar tidak menjadi istri dan menantu pembangkang lagi!''

''Aku tidak salah apa-apa Mas! Mama berkata menyinggung perasaan aku, sehingga membuat aku marah!''

''Itu karena kamu tidak bisa menjadi menantu yang sabar menghadapi wanita berumur seperti Mama!''

''Lepaskan aku!''

''Masuk kamu, hari ini Mas kurung kamu di dalam kamar, supaya kamu tidak berulah lagi!'' Mas Erlang membanting tubuh ku ke kasur, hingga tubuh ku terjatuh terjengkang. Setelah itu dengan cepat dia menutup pintu kamar dari luar. Dia mengunci pintu kamar dari luar.

Cepat-cepat aku berdiri.

''Mas, buka pintunya,'' teriakku sambil memukul-mukul daun pintu.

''Buka!'' sambung ku lagi.

''Berpikir lah dengan baik Adara, bahwa apa yang kamu lakukan ke Mama itu salah. Pintu ini akan Mas buka lagi setelah Mas pulang dari Kantor,''

Aku mendengar langkah kaki semakin menjauh dari pintu. Mas Erlang telah pergi.

Luruh tubuh ku ke lantai, teriak pun aku rasa percuma saja, tak akan ada siapapun yang peduli kepadaku di rumah ini.

Lagi-lagi aku hanya bisa menumpahkan air mata untuk melonggarkan dada yang rasanya begitu terhimpit.

Perut ku terasa begitu perih, karena sedari sore kemarin, tak ada makanan yang masuk ke perut ku.

Mas Erlang sungguh suami yang kejam.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Eliani Elly

Eliani Elly

kalau sudah begitu kelakuan suami mu Adara, sebaiknya mundur saja Adara

2023-08-22

1

Novita Nathan

Novita Nathan

yakinlah..... ular 🐍 yg km piara kelak akn balik mematukmu..... hnya tunggu waktu aja balasan untuk suami n mertua durjana....

2023-08-20

3

Sunarti

Sunarti

dasarnya mertua yg bisa cari muka di dpn anaknya padahal hatinya busuk

2023-08-20

0

lihat semua
Episodes
1 Pengakuan
2 Tak Ada yang Peduli
3 Dikurung
4 Lapar
5 Kesempatan
6 Melawan
7 Keluar
8 Tante Vero
9 Pov Erlang
10 Mengambil Bukti
11 Memasak
12 Ikatan Batin
13 Kemarahan Vero
14 Makan Malam
15 Farras Namanya
16 Kehilangan
17 POV Erlang
18 Dipukul Lagi
19 POV Adara
20 Di Pecat
21 Menangis Haru
22 Mual
23 Hamil
24 Ikut ke Kantor
25 Sidang
26 Ketakutan Winda
27 Adara Bayi
28 Pulang ke Indonesia
29 Meminta Perlindungan
30 Bandara
31 Pov Erlang
32 POV Winda
33 Mulai Menyesal
34 Berkunjung ke panti
35 Ternyata
36 Pov Adara
37 Keterkejutan Adara
38 Tommy
39 Sudah tahu
40 Erlang
41 Menemui Farras
42 Berjaga-jaga
43 Tertangkap
44 Kegelisahan Winda
45 Kaget
46 Karma Menghampiri
47 Memohon
48 Meracau di tengah malam
49 Kembali Bersemangat
50 Ketakutan Sari
51 Penyesalan
52 Akan dijadikan MADU
53 Mulai Mendekati
54 Kecemburuan Farras
55 Bagas Bertindak
56 Bersedia
57 Tidak Sengaja Bertemu
58 Bertemu
59 Cerai
60 Kegalauan Farras
61 Akan Pergi ke New York
62 Part 62
63 Part 63
64 Part 64
65 Kisah Cinta Saga
66 Keputusan Saga
67 Part 67
68 Wanita yang diperkenalkan Rianti
69 Akan Pulang
70 Part 70
71 Egois
72 Setuju
73 Part 73
74 Part 74
75 Hari H
76 Hari H 2
77 Kedatangan Adara
78 Respon Adara
79 Amarah Saga
80 Berkunjung ke Perusahaan
81 Kejutan untuk Adara
82 Will You Marry Me
83 Iya
84 Tamat
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Pengakuan
2
Tak Ada yang Peduli
3
Dikurung
4
Lapar
5
Kesempatan
6
Melawan
7
Keluar
8
Tante Vero
9
Pov Erlang
10
Mengambil Bukti
11
Memasak
12
Ikatan Batin
13
Kemarahan Vero
14
Makan Malam
15
Farras Namanya
16
Kehilangan
17
POV Erlang
18
Dipukul Lagi
19
POV Adara
20
Di Pecat
21
Menangis Haru
22
Mual
23
Hamil
24
Ikut ke Kantor
25
Sidang
26
Ketakutan Winda
27
Adara Bayi
28
Pulang ke Indonesia
29
Meminta Perlindungan
30
Bandara
31
Pov Erlang
32
POV Winda
33
Mulai Menyesal
34
Berkunjung ke panti
35
Ternyata
36
Pov Adara
37
Keterkejutan Adara
38
Tommy
39
Sudah tahu
40
Erlang
41
Menemui Farras
42
Berjaga-jaga
43
Tertangkap
44
Kegelisahan Winda
45
Kaget
46
Karma Menghampiri
47
Memohon
48
Meracau di tengah malam
49
Kembali Bersemangat
50
Ketakutan Sari
51
Penyesalan
52
Akan dijadikan MADU
53
Mulai Mendekati
54
Kecemburuan Farras
55
Bagas Bertindak
56
Bersedia
57
Tidak Sengaja Bertemu
58
Bertemu
59
Cerai
60
Kegalauan Farras
61
Akan Pergi ke New York
62
Part 62
63
Part 63
64
Part 64
65
Kisah Cinta Saga
66
Keputusan Saga
67
Part 67
68
Wanita yang diperkenalkan Rianti
69
Akan Pulang
70
Part 70
71
Egois
72
Setuju
73
Part 73
74
Part 74
75
Hari H
76
Hari H 2
77
Kedatangan Adara
78
Respon Adara
79
Amarah Saga
80
Berkunjung ke Perusahaan
81
Kejutan untuk Adara
82
Will You Marry Me
83
Iya
84
Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!