BAB 2. DI BULLY

Masa ospek Telah usai, kini Maharani sudah duduk di sebuah kelas. Yang ternyata Maharani satu jurusan dengan Sabrina.

"Eh Rani, itu badan atau truk sih? Ucap salah satu mahasiswa yang satu kelas dengan Maharani.

"Nggak tahu tuh, punya tubuh itu dirawat."sambung yang lainnya.

"Huuu, Rani gendut, Rani jelek, Hahaha....."sorak para mahasiswa mahasiswi.

"Eh, ngapain kalian ganggu Maharani!"ucap Sabrina yang baru saja datang.

"Eh, ada pahlawan kesiangan tuh."celetuk mahasiswa yang tadinya mengejek Maharani. Sabrina langsung menghampiri Maharani dan mengajak Maharani menjauh dari sana.

"Rani, Kamu itu kenapa hanya diam saja saat di-bully sama mereka sih?"tanya Sabrina penuh selidik.

"Kenapa aku harus marah Sabrina, semua yang dibilang mereka benar kok."jawab Maharani pasrah.

"Tapi bagaimanapun mereka nggak berhak ngatain kamu seperti itu tadi."sahut Sabrina.

"Biarin saja lah, terserah mereka, daripada kamu mengomel terus di sini, lebih baik kita ke perpustakaan."ajak Maharani.

Rani tidak pernah membalas perbuatan dan perkataan teman-temannya terhadap dirinya. Bukan Rani tidak sakit hati atas ucapan teman-temannya, Rani hanya tidak mau membuat masalah lebih besar, tapi berbeda dengan Sabrina. Dia selalu memberi perlawanan kepada siapapun yang membully sahabatnya, sahabat baru yang ia temui di kampus. Menurutnya Maharani itu merupakan anak yang baik. Sehingga Sabrina tidak terima kalau Maharani selalu dibully dan dikucilkan.

Sabrina satu-satunya temannya yang dimiliki oleh Maharani. Hanya Sabrina yang mau berteman dengan Maharani, di saat yang lain membully Rani, Sabrina yang selalu membela dan yang selalu ada buat Rani.

****

Jam mata kuliah dimulai, Pak Jonas merupakan salah satu dosen yang mengajar di kelas mereka. Pak Jonas melihat keberadaan Maharani yang duduk di bangku nomor dua berdampingan dengan Sabrina.

Mata Pak Jonas membulat, ketika melihat salah satu mahasiswa di kelas itu ada seorang wanita yang bobot tubuhnya di atas rata-rata. Pak Jonas menghampiri Maharani.

"Nama kamu siapa? Tanya Pak Jonas dengan suara dinginnya.

"Nama saya Maharani Pak."sahut Maharani singkat

"Itu badan kamu besar banget, Makanya pola makan itu dijaga. Kamu sudah terlihat seperti kerbau, nggak malu apa seorang wanita berpenampilan jelek, gemuk."ucap sang dosen membuat Maharani langsung terdiam.

Mata Sabrina membulat ketika mendengar suara ejekan sang dosen. Seolah Sabrina ingin menerkam dosen itu, bisa-bisanya seorang dosen mengejek dan mengolok-olok mahasiswi. Seharusnya, dosen itu memberikan motivasi dan juga memberikan pandangan bukan malah mengejek mahasiswinya.

Karena merasa tidak tahan mendengar ejekan dari sang dosen, Sabrina langsung berdiri.

"Maaf Pak Jonas, Pak jonas itu seorang dosen. Seharusnya menjadi panutan bagi Kami mahasiswa mahasiswi yang ada di kampus ini. Bapak seharusnya memberikan motivasi, pandangan dan lain sebagainya untuk membimbing dan mengarahkan Kami mahasiswa mahasiswi untuk lebih baik. Termasuk, memberikan arahan dan pendapat agar Maharani dapat menurunkan bobot tubuhnya. Bukan mengejek seperti itu."ucap Sabrina dengan lantang. Karena dirinya tidak terima sahabatnya diejek dan diolok-olok oleh sang dosen. Yang menurutnya dosen itu merupakan panutan bagi mereka.

"Memangnya kamu siapa? Saya tidak mengejek kamu!" ucap Pak Jonas dengan mata melotot.

"Bapak memang tidak mengejek saya! Tapi bapak mengejek sahabat saya Maharani. Saya mendengarnya tidak suka, karena apa? Karena sahabat saya Maharani tidak seburuk yang kalian pikirkan. Jangan kalian menilai hanya dari fisik seseorang saja. Tapi lihat prestasi dan inner beauty nya. Maharani berkuliah Di kampus Ini, bukan karena seperti kalian yang mampu membayar uang kuliah dengan mengandalkan uang orang tua para mahasiswa mahasiswi di sini,"

"Bapak tahu, Maharani merupakan siswa yang berprestasi di sekolahnya, sehingga dia dapat diterima di kampus ini dengan mendapatkan beasiswa. Apakah itu tidak salah satu nilai plus bagi kalian? Seharusnya Bapak melihat prestasi yang dimiliki oleh Maharani. Bukan hanya menilai dari bobot tubuh dan penampilan Maharani saja yang Bapak nilai."tegas Sabrina

Pak Jonas melotot menatap Sabrina. Tapi Sabrina tidak peduli sama sekali, karena apa yang dikatakan oleh Sabrina benar adanya. Seorang dosen harus menjadi panutan bukan malah mengejek dan mengolok-olok.

"Huuuu.... Sok-sokan dewa penolong."gerutu salah satu mahasiswi. Sementara Pak Jonas menghampiri Sabrina. "Saya memang benar mengatakan itu, tapi memang itu faktanya. Apa kamu tidak melihat kalau tubuh Maharani sudah seperti kerbau."kembali Pak Jonas mengatakan kalau Maharani wanita kerbau.

Maharani menggelengkan kepalanya, agar Sabrina menghentikan perdebatannya dengan sang dosen. Takut nanti masalahnya menjadi semakin besar, yang mampu merugikan Sabrina dengan dirinya.

Maharani langsung menggenggam tangan sahabatnya. Berusaha untuk menghentikan Sabrina melontarkan ocehan kepada sang dosen. Sekalipun apa yang dikatakan Sabrina itu benar adanya.

Sabrina kembali duduk, proses belajar mengajar pun telah dimulai dan berjalan lancar setelah perseteruan itu terjadi.

Dua jam sudah berlalu, kini Pak Jonas sudah berlalu meninggalkan ruang kelas. Mahasiswa mahasiswi lainnya langsung keluar dari ruang kelas. Ada yang menunju kantin ada yang memilih untuk nongkrong di pohon-pohon rindang yang ada di kampus itu. Pepohonan itu biasa itu ditempati oleh para mahasiswa mahasiswi yang sedang beristirahat. Karena di pepohonan itu disediakan kursi yang terbuat dari batu. Sehingga mahasiswa mahasiswi merasa nyaman untuk beristirahat di sana.

Saat Maharani dan Sabrina keluar kelas berniat untuk membeli cemilan atau minuman ke kantin. Devano datang menghampiri keduanya. "Astaga ada gentongan masuk kantin!" Ucap Devano dengan suara nyaring yang mampu mengalihkan atensi seluruh mahasiswa mahasiswi yang ada di kantin.

Tampak para mahasiswa mahasiswi di sana, tertawa ngakak melihat keberadaan Maharani.

"Wow, benar-benar gentongan! Celetuk salah satu mahasiswa yang merupakan sahabat dekat Devano.

Maharani sama sekali tidak menggubris ocehan ocehan orang-orang yang berniat mengejeknya. Tapi lagi-lagi Sabrina tidak dapat menahan emosinya. "Eh kalau ngomong itu dijaga! Kamu mahasiswa atau bukan sih? Tanya Sabrina membuat Devano menatapnya dengan tatapan tajam.

"Eh, Memangnya kamu ini siapa? Jangan pernah ikut campur dalam urusanku. Kalau kamu tidak akan menyesal nantinya."ancam Devano.

"Cie illeh, kuliah dibiayai orang tua saja bangga. Nggak usah sok-sok mengejek dari fisik orang, lihat tuh dirimu kamu pikir dengan hanya berpenampilan tampan, kamu memiliki otak yang cerdas? Oh no! Memiliki otak cerdas itu tidak memandang fisik yang tubuhnya gemuk, kurus, body seperti gitar Spanyol. Bukan berarti pintar dan cerdas camkan itu!" Teriak wanita berambut sebahu itu. Yang merupakan sahabat dekat Maharani. .

Karena tidak ingin lebih lama berdebat, Maharani menarik tangan Sabrina keluar dari kantin. Mereka berdua tidak jadi membeli cemilan dan juga minuman instant yang tersedia di kantin.

"Sudahlah Sabrina, tidak perlu diladeni. Aku dengar-dengar dari bisik-bisik mahasiswa di kampus kita. Dia merupakan mahasiswa terkenal di kampus ini. Karena orang tuanya yang sangat kaya raya. Bahkan yang aku dengar juga, orang tuanya merupakan salah satu donatur terbesar di kampus ini. Aku harap kita tidak perlu mencari masalah dengannya. Daripada ribut, mending kita menghindar." Bisik Maharani tepat di telinga Sabrina.

Sejujurnya Sabrina tidak tega kalau sahabatnya itu selalu diejek dan diolok-olok mahasiswa mahasiswi. Tapi entah bagaimana caranya dirinya menghentikan semua itu.

"Kamu kenapa sih bisa diam saja seperti itu walaupun mereka mengejek kamu?

"Untuk apa aku mencari masalah, itu yang dapat merugikan kita nanti. Lebih baik kita tunjukkan kepada mereka, siapa kita sebenarnya dengan menunjukkan prestasi dan ilmu yang kita miliki. Daripada harus berkoar-koar yang menguras tenaga dan emosi."sahut Maharani.

Sabrina begitu salut kepada Maharani. Telinganya begitu tebal mendengar para olok-olokan dan ejekan para mahasiswa mahasiswa bahkan salah satu dosen ada juga yang mengejeknya.

"Apa kamu tahu Maharani, aku benar-benar salut kepadamu. Aku tahu kamu wanita yang cerdas dan berprestasi. Tidak mungkin ekonomi orang tua kamu yang pas-pasan dapat kuliah di kampus ini, kalau kamu tidak berprestasi."ucap Sabrina.

Sabrina mengetahui kecerdasan Maharani saat mengadakan ospek. Setiap dilontarkan pertanyaan kepada para mahasiswa mahasiswa baru oleh kakak senior mereka dan juga dosen yang ikut serta membimbing jalannya ospek itu, Maharani selalu dapat menjawabnya dengan benar. Bahkan ia dapat menjabarkannya keseluruhan. Membuat Sabrina terkagum kagum kepadanya.

Bersambung...

hai semuanya emak datang membawa karya baru nih, mohon dukungannya ya. Karya mengikuti event wanita kuat. Jadi mohon dukungan dari kalian semua love love buat semua para reader. Trimakasih

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

DOSEN KOQ MULUTNYA GK DI JAGA, BKNNYA MLINDUNGI MAHASISWINYA, MLH IKUTIN MMBULLY DN BODY SHAMIMG, BNAR2 GK ADA AHKLAK...😡😡😡😡😡😡

2024-02-28

1

Dwi Nabila

Dwi Nabila

mahasiswa zaman now

2023-06-30

1

Robin Sianipar

Robin Sianipar

pas lah itu, kuliah di biayai orangtuanya aja bangga. lihat dong Maharani

2023-06-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!