KCJ - 05

Pagi indah Bora terganggu karena suara bel yang berdering beberapa kali. Ia mengumpat sambil beranjak meninggalkan ranjangnya yang empuk. Inka membuka pintunya masih dengan "muka bantal" yang menghiasi wajahnya.

"Pagi, Mba Bora. Sepertinya Mba belum siap untuk berolahraga hari ini ya? Saya tunggu 10 menit untuk bersiap-siap. Saya Meyli a. k. a Malik, instruktur yoga Mbanya. Cus buruan, time is money, dear!" ujar Malik sang instruktur yoga Bora yang sedikit kemayu.

Bora tak tahu apakah ia harus senang atau tidak dengan kedatangan tamu di jam yang masih sepagi itu. Namun ia mengingat dengan jelas pesan yang dikirimkan oleh Auriga sebelumnya. Ia membiarkan Malik masuk dan segera mempersiapkan dirinya untuk berlatih yoga.

"Hadehhh, hadehhh, ampun Mas, Bang, Kak! Aku nyerah! Ini terlalu sulit buat aku!" ujar Bora dengan nafas tersengal karena kesulitan mengikuti gerakan Malik. Malik mencebik dan tersenyum geli ke arah Bora yang tengah membaringkan dirinya di atas matras yoga.

"Pelan-pelan bisa yuk! Mana ada yang langsung expert Mba Bora! Apalagi kayaknya si mbanya engga hobi olahraga ya?! Keliatan dari badannya," ujar Malik sembari menjetikkan jarinya ke arah tubuh Bora sambil melemparkan pandangan menilai yang membuat Bora kesal.

"Ihhh, kok suka betul ngomongnya ya Mba Meyli a. k. a Mas Malik. Aku kaum rebahan, Om. Udah kerja keras bagai kuda, betis pun udah kayak pemain sepak bola karena tiap hari kerja harus ngejar angkot, kereta belum lagi di kantor wara-wiri udah kayak gasing. So kita butuh, merilekskan diri dengan rebahan atuh, bukan olahraga. Ototku teriak minta diistirahatkan, Kak!" keluh Bora dengan menghela nafas panjang yang membuat Malik terkikik.

Malik pun memulai ceramahnya tentang pentingnya olahraga yang membuat telinga Bora memanas, dan pada akhirnya Bora terpaksa melanjutkan sesi pelatihan yoganya agar tak perlu mendengar ocehan dan nasehat panjang dari instruktur yoga itu.

****

Bora langsung menghempaskan dirinya ke sofa, setelah kepergian Malik. Ia mengumpat dan memaki Auriga karena lelaki itu telah menyiksa batin dan raganya dengan sangat. Saat Bora akan menutup mata dan kembali tidur, suara bel apartemennya kembali berbunyi.

Bora menatap jam di ponselnya sambil mencebik kesal akibat gangguan yang ia terima pagi itu.

"Siapa sih yang datang pagi-pagi, sesi pelatihan kepribadian kan baru jam 10 mulainya?!" gerutu Bora sembari mengintip ke arah lubang pintu untuk melihat siapa yang datang.

"Alamak s*al! S*al!" seru Bora saat melihat wajah Auriga yang berada di balik pintu. Bora membuka pintu apartemennya dengan setengah hati.

"Heheheh, selamat pagi Pak Auriga. Ada apa pagi-pagi udah muncul di sini?" tanya Bora. Bukannya membalas, Auriga malah mengendus-endus dan langsung menutup hidungnya.

"Bau! Kamu bau banget! Kamu selesai olahraga engga langsung mandi ya?! Jorok banget sih jadi cewek?!" ujar Auriga sambil memandang Bora dengan tajam. Bora langsung mengendus tubuhnya dan merasakan aroma bau keringat yang membuat ia langsung mundur dan menjauhi tuannya itu.

"MANDI! MENJIJIKKAN!" seru Auriga dengan keras yang membuat Bora langsung berlari ke kamarnya. Miguel yang berada di belakang Auriga langsung dengan sigap menyemprotkan pengharum ruangan dan mempersilakan Auriga duduk.

Tak sampai 15 menit, Bora sudah duduk kembali di hadapan Auriga yang membuat lelaki itu mengernyit.

Apalagi sekarang?! batin Bora saat melihat tatapan menyelidik dari Auriga.

"Kamu udah mandi? Perempuan kok mandi cuma lima menit. Kamu itu mandi bebek ya?!" tungkas Auriga lagi yang membuat Bora mengepalkan tangannya karena kesal.

Astaganaga, dulu emaknya ngidam apa sih makanya punya anak laki-laki judesnya ngelebihin mamak?! batin Bora lagi.

"Waktu adalah uang, Pak. Bukannya bapak kemarin yang bilang kayak gitu?! Lagian biasanya juga saya mandi sama pakaian cuma lima menit, Pak. Pengiritan air dan listrik!" balas Bora jujur yang membuat Auriga memandangnya dengan tatapan aneh seolah Bora adalah makhluk dari planet lain.

"Ganti baju kamu dengan pakaian kerja, kita akan ke suatu tempat!" ujar Auriga dengan nada ketus. Bora pun memilih mengalah dan mengikuti kemauan atasannya itu.

Namun lagi-lagi Bora mendapat kritikan pedas dari Auriga yang membuat batas kesabaran Bora semakin menipis.

"Kamu mau pergi ngelamar kerja?! Kamu engga punya baju yang berupa setelan kerja kayak blazer atau apa gitu?!" Perkataan Auriga itu hanya dibalas dengan gelengan lemah oleh Bora. Auriga mendengus kesal, lalu berjalan keluar meninggalkan Bora yang tengah menunduk sembari menahan emosi dan air mata yang hendak mengalir.

****

"Miguel, ke mal!" ujar Auriga saat mereka bertiga sudah berada dalam mobil.

Bora terkejut karena Auriga mengajaknya berbelanja. Ia tak tahu harus merasa senang atau tidak karena perkataan pedas dan tatapan mengejek tak pernah lepas dialamatkan Auriga kepada Bora selama mereka berbelanja.

Kalo saja, aku engga pernah ketemu cowok judes ini! rutuk Bora. Setelah selesai berbelanja, Auriga membawa Bora ke salon.

"Make over gadis ini jadi wanita yang berkelas!" perintah Auriga yang langsung mendapat anggukan dari pemilik salon yang masih berada di bawah naungan perusahaan Auriga.

"Baik, Pak Auriga!" Bora pun mulai didandani dan Auriga meminta Bora untuk menggunakan pakaian yang sudah dipilih oleh Auriga sebelumnya.

Auriga menatap puas, setelah melihat penampilan baru dari kekasih kontraknya itu. Mereka pun berlalu dari tempat itu menuju tempat tujuan mereka yang sebenarnya.

"Mulai lusa, kamu akan bekerja sebagai manajer pemasaran di salah satu anak cabang perusahaan aku! Kamu punya waktu dua hari untuk belajar tentang perusahaan dan semua hal yang tercakup di dalamnya melalui ini!" ujar Auriga menyerahkan sebuah laptop kepada Bora yang membuat Bora terkejut.

"Ma..., manager pemasaran, Pak? Engga salah itu, Pak? Saya cuma lulusan Diploma, Pak! Dan saya cuma sampe jabatan admin doang selama ini, belum pernah naik jabatan mulai awal masuk kerja!" keluh Bora yang tak menyangka bahwa ia harus bekerja dengan level setinggi itu hanya untuk mendalami peran sebagai kekasih pura-pura dari lelaki konglomerat itu.

"Menolak? Silakan aja! Tapi kamu tau konsekuensinya!" Ancam Auriga yang membuat Bora bungkam.

****

"Kenalkan ini Ibu Marieta, Area Manager di kantor ini. Beliau yang akan ngebantu kamu untuk ngejelasin pekerjaan kamu di sini! Bu Marieta, sudah tau yang saya ingin inginkan, kan? Jangan sampe gagal atau ada yang tau! Ibu tau apa konsekuensinya kan?" ujar Auriga tegas yang membuat Marieta langsung mengangguk paham. Auriga tersenyum puas melihat reaksi dari bawahannya itu.

Marieta langsung memberikan training kepada Bora yang membuat kepala Bora terasa ingin pecah karena mendapat terlalu banyak informasi hari itu. Marieta tak jauh berbeda dengan Auriga dan Miguel. Tak ada senyum yang menghiasi wajah perempuan paruh baya itu selama mengajari Bora, yang membuat Bora merasa semakin terintimidasi dan lelah.

Waktu terus berjalan, hingga pukul setengah tiga sore Bora lepas dari cengkeraman Marieta, tetapi masuk lagi dalam jeratan Miss Helen setelah Bora tiba kembali di apartemennya.

"Hadehh, engga nafas! Boleh engga untuk latihan kepribadiannya diundur jadi besok aja! Saya lelah sangat Pak Miguel!" ujar Bora dengan nada memelas saat Miguel menemani Bora kenbali ke apartemennya.

"Engga bisa! Kayak Mba Bora bilang tadi, waktu adalah uang! Bukan begitu, mba?!"

****

Terpopuler

Comments

Mimik Pribadi

Mimik Pribadi

Mngkn saat ini kamu menjalaninya dngn berat Bora,tapi siapa tau suatu saat akan bermanfaat,,,,semua pelatihan itu jga kan ilmu,tidak akan ada yng sia2 jika dipelajari,,,jalani dngn ikhlas karna tidak semua orng punya kesempatan belajar dan disiplin dngn wkt 🥰

2024-01-23

1

artsiska

artsiska

lanjut thor.. mampir di aku juga ya

2023-06-28

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!