Bora menatap ngeri ke arah Auriga yang sedang melihatnya dengan pandangan datar.
"Bapak engga serius kan, Pak?! Mana mungkin tipe perempuan kayak saya jadi pacar kontrak bapak?" tanya Bora dengan nada tak percaya. Ia merasa hari itu dunia sedang terbalik, hingga seorang pria selevel Auriga meminta dirinya menjadi kekasih kontrak untuk lelaki itu. Ia menatap ke arah Auriga dan membandingkannya dengan tampilan dirinya yang sangat kontras itu.
"Kalo kamu engga punya penyakit budeg, berarti kuping kamu engga salah. Kalo kamu mau jadi kekasih kontrak aku selama satu tahun. Utang kamu lunas dan aku juga akan bayar gaji kamu sebesar 100 juta selama periode kontrak berlangsung. Gimana?" tawar Auriga yang kembali membuat mulut Bora menganga.
"Se..., seratus juta, Pak?" tanya Bora ragu yang mendapat anggukan tegas dari Auriga. Tubuh Bora terasa bergetar membayangkan uang sebanyak itu masuk ke rekeningnya. Bora mulai berhitung di kepalanya, bila ia bekerja selama tiga tahun di kantornya yang lama, ia tak akan pernah bisa mengumpulkan uang sebanyak itu.
"Saya juga akan menanggung biaya hidup kamu dan saya sediakan apartemen buat kamu tinggal selama menjadi kekasih kontrak saya. Tetapi bila kamu melarang ketentuan dalam perjanjian kontrak kita, kamu harus mengembalikan semua biaya yang sudah saya keluarkan buat kamu!" lanjut Auriga yang membuat Bora ketakutan.
"Maap, maap ni ye pak..., tapi saya itu orang miskin. Kalo bapak buat perjanjian kayak gitu, itu sama aja ngebunuh saya secara langsung, Pak. Makan aja sekarang saya sulit karena kena pecat, konon lagi disuruh gantiin denda kalo saya melanggar perjanjian kita, Pak!" Bora mengusap wajahnya dengan kasar karena frustasi.
Bora tak tahu mengapa ia merasa bahwa perjanjian itu sangat memberatkan dirinya. Namun bila ia berhasil menjalankan perjanjian itu, maka semua beban finansial yang selama ini menghimpitnya jelas akan teratasi.
"Yah, ada harga untuk setiap pekerjaan, Mba Boraaaa! Intinya jangan melanggar, maka semuanya aman! Saya kasih waktu seminggu untuk memikirkannya, engga lebih. Kalo setuju akan saya siapkan kontrak perjanjiannya, kalo tidak setuju letakkan uang 10 juta di meja saya tepat seminggu dari sekarang!"
****
Bora merasa uring-uringan mengingat pembicaraannya dengan Auriga tadi. Ia tak menyangka bahwa ia akan mengalami kejadian sesuai pepatah tempo dulu, " sudah jatuh tertimpa tangga pula". Bora merasa saat ini, ia ada dalam situasi mati segan, hidup tak mau.
Bora jelas tergiur dengan tawaran yang berasal dari Auriga itu, tapi setahun bukanlah waktu yang singkat untuk melakoni peran yang membuat ia harus menjadi orang lain dan memamerkan adegan romantis dengan lelaki yang tidak ia cintai dan sama sekali tidak mencintai dirinya. Ia tak pernah bermimpi menjadi seseorang yang akan melakukan peran ganda dalam hidupnya.
Penjelasan Auriga terkait tugas yang akan diembannya sempat membuat Bora harus menelan ludahnya karena terkejut. Bagaimana tidak, ia harus berubah menjadi sosok perempuan kaya raya dengan pekerjaan yang baik, lulusan universitas terbaik, modis, bertutur kata lembut, dengan etika bak putri yang terlahir dari golongan atas yang sama sekali bertolak belakang dengan jati diri Bora yang sebenarnya.
Bora adalah anak yatim piatu yang dibesarkan di panti asuhan. Selain itu Bora merupakan seorang gadis yang tomboi, ia hanya menggunakan make-up saat bekerja dan salah satu penghuni Kos Pelangi yang terkenal malas mandi. Bora hanya mandi saat pergi bekerja, karena motonya "jarang mandi adalah bagian dari proyek pengiritan ala Bora". Jika memikirkan syarat yang diajukan oleh Auriga, Bora sudah membayangkan seperti apa rasanya neraka padahal ia belum pergi menghadap Yang Maha Kuasa untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatannya selama di dunia.
Bora menghela nafas panjang sembari memutar lagu sendu untuk melengkapi nelangsanya hari itu. Karena bagi Bora saat sedih, sedihlah sepenuhnya. Saat bahagia, bahagialah sepenuhnya. Ia tak menganut paham saat sedih, putarlah lagu bahagia agar suasana hati menjadi lebih cerah.
****
Bora menyilang lagi kalendar yang ada di kamarnya. Tinggal dua hari lagi waktu untuk Bora memberikan jawaban kepada Auriga terkait penawaran dari lelaki kaya raya itu. Perasaan Bora semakin tak menentu, ia bingung harus mengambil keputusan apa.
Ia mencoba berkonsultasi dengan Agnia, menurut Agnia, Bora harus mengambil kesempatan yang engga akan datang dua kali itu. Ia yakin bahwa Bora akan mampu menjalani peran sebagai kekasih Auriga dengan baik.
"Setahun engga lama, Bor. Ingat 100 juta bisa kamu pakai buat usaha, engga perlu jadi budak orang lain lagi. Aku nanti jadi partner usaha kamu!" seru Agnia riang yang membuat Bora mencebik.
Tiba-tiba ponsel Bora berbunyi.
Ibu panti, batin Bora, ia langsung mengangkat panggilan itu.
"Halo, ibu...," sapa Bora memasang suara riang. Mereka berbincang beberapa waktu, hingga akhirnya Ibu pengurus panti asuhan di mana Bora dibesarkan itu menutup panggilannya. Agnia melihat perubahan pada raut wajah Bora. Wajah sahabatnya itu kelihatan begitu tertekan yang membuat Agnia memandangnya dengan tatapan bertanya.
"Atap panti bocor. Air hujan masuk ke kamar anak-anak," ujar Bora terlihat frustasi.
Bora tak bisa tidur memikirkan kondisi anak-anak di panti asuhan malam itu. Ia berjalan mondar-mandir dalam kamarnya. Ia menggetuk kepalanya beberapa kali agar ia tetap sadar.
"Ujian apalagi ini, ya Tuhan?" ujar Bora lirih. Ia memikirkan banyak hal hingga kepalanya terasa hampir pecah. Ia mengepalkan tangannya dan langsung mengambil ponsel miliknya. Ia harus bertindak cepat sebelum pikirannya berubah lagi.
"Saya terima tawaran bapak, tapi ada syarat yang ingin saya ajukan!"
****
Keesokan harinya, Bora sudah kembali berhadapan dengan Auriga. Ia menandatangani perjanjian kontrak dengan Auriga.
"Saya udah transfer ke nomor rekening yang kamu berikan sebesar 20 juta dan itu dipotong dari gaji kamu, sesuai kesepakatan kita. Sekarang waktunya kamu menjalankan kewajiban kamu." Perkataan Auriga sontak membuat Bora terkejut.
"Langsung hari ini, Pak. Engga bisa kasih jeda sehari, Pak?" tanya Bora.
"Waktu adalah uang, sayang! Saya udah bayar kamu DP 20 juta, jadi wajar kalo kamu ikut apa kata saya sesuai kontrak yang sudah kita tandatangani!" ujar Auriga yang membuat Bora menghela nafas berat. Mau tak mau, ia harus menuruti tuannya, setidaknya ia bisa membantu ibu panti untuk memperbaiki kondisi panti asuhan dan memberikan anak-anak panti asuhan kehidupan yang lebih layak.
****
Asisten pribadi Auriga yang bernama Miguel, mengantarkan Bora ke apartemen yang sudah disediakan oleh Auriga selama masa kontrak mereka.
"Sebentar lagi, pembimbing kepribadian Mba Bora akan datang. Jadi silakan menunggu di sini. Mba Bora juga diharapkan bisa langsung pindah ke sini. Semua furniture apartemen sudah lengkap. Jadi Mba Bora silakan membawa pakaian dan barang berharga mba saja," ujar Miguel datar.
Bos sama bawaannya sama aja, Batin Bora kesal karena sejak tadi Miguel hanya memperdengarkan suaranya saat menjelaskan sesuatu, tanpa senyuman sama sekali.
Setelah menjelaskan semua hal yang harus Bora ketahui Miguel pamit undur diri dan kembali ke kantor.
****
Sementara itu, Bora duduk diam di sofa yang ada di apartemen itu. Bora merasa asing di tempat itu. Ia tak tahu harus merasa senang atau sedih dengan keadaannya saat itu. Ia menatap ke sekeliling ruangan apartemen mewah itu. Seumur hidup dirinya belum pernah masuk ke dalam sebuah apartemen, dan hari itu adalah pengalaman pertamanya.
Tiba-tiba bel di apartemen itu berbunyi, Bora segera membuka pintu apartemen itu. Ia melihat seorang wanita paruh baya berkacamata yang mengenakan kemeja putih yang dimasukkan rapi ke dalam rok pensil berwarna hitam. Garis wajah tegas dan tatapan tajam wanita itu langsung mengarah ke netra Bora yang membuat nyali Bora menciut.
"Matilah kau, Bora!"
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Mimik Pribadi
Klo liat lngsng ekspresi wajah Bora bisa2 ngakak nich,orng cm baca aja bayanginnya bikin ketawa,,,,secara anak tomboy,jarang mandi,sikap biasa semau gue,hrs menjalankan peran 180 derajat kebalikan dngn sikap dia,,,,blum apa2 udh parno duluan y Bor! 🤣🤣
2024-01-23
1
HARTIN MARLIN
🤭🤭😂😂 kasihan kamu Bora
2023-11-01
1
Dekc Laila
kasianya Bora, semangat Bora menjalani hidup
2023-09-12
1