Plak...
"Kamu mau menuduh mama sebagai pembunuh!?"
"Tidak... Tidak, aku tidak mungkin mengatakannya sekarang, aku sudah kehilangan bukti itu, yang ada malah mas Andre makin benci sama aku," batin Vina, ternyata yang tadi itu cuma bayangannya saja.
"Apa maksud kamu?" Andre kembali bertanya saat Vina hanya diam saja.
"Tidak ada apa-apa, lupakan saja!" pungkas Vina, lalu dia beranjak dari sana dan keluar dari kamar.
Dia bingung sendiri, bagaiman cara ngejelasinnya sama Andre. "Bagaimana ini? Di mana aku bisa menemukan rekaman itu? Rekaman itu adalah satu-satunya bukti kejahatan mama Mira, cuma itu yang bisa membuat semuanya percaya sama aku," lirih Vina membatin, ia terus mengayunkan langkahnya menuju taman bunga.
Sesampainya di taman, Vina duduk dengan lesu di sana. Dia menyandarkan tubuhnya di sandaran bangku taman. Menikmati suasana pagi yang begitu cerah, meski tak secerah hatinya yang kini sedang diselimuti awan hitam.
***
Pagi berganti siang, saatnya Vina melakukan tugasnya. Kini Vina sudah berada di dapur, dia sibuk dengan aktivitasnya hingga tak mendengar saat sang mertua memanggilnya.
"Kamu budek ya!?" pekik bu Mira tepat di samping telinganya.
"Maaf, Ma. Vina enggak dengar. Memangnya ada apa?" tanya Vina seraya meletakkan pisau yang tadi dipegangnya.
"Enggak usah masak, malam ini saya dan Andre mau makan di luar," ketus wanita itu.
"Mas Andre enggak suka makanan di luar, Ma," ujar Vina memberi tahu.
"Hah, jangan sok tahu kamu!" bu Mira membentak. "Dia itu anak saya, jadi saya yang lebih tahu, memang benar Andre enggak suka makanan di luar, itu kalau makanan di pinggir jalan. Sedangkan saya mau mengajaknya makan di restoran," ucap wanita itu, dia tidak tahu kalau Andre memang tidak suka makanan di luar, dia lebih suka makanan rumahan.
"Ma, Mama ini cuma ibu tirinya mas Andre. Mama juga tidak tahu makanan apa aja yang disukai sama mas Andre," ucap Vina, dia cukup berani berkata terus terang seperti itu. Kata-katanya tadi membuat bu Mira emosi, hingga terjadilah...
Byur!
Sup ayam yang baru saja diletakkan dalam mangkuk oleh Vina, langsung saja disiram ke tubuhnya oleh bu Mira.
"Akhh... Panas!!!" Vina buru-buru menghidupkan keran air dan menyiram tubuhnya itu, tubuhnya terasa perih.
"Rasakan itu! Jangan sekali-kali kamu mengungkit soal status itu lagi, kalau kamu masih sayang sama nyawa kamu sendiri!" ancam bu Mira.
"Mama ngancam aku?" Vina juga sudah tidak bisa berbicara lembut lagi, dia sudah muak dengan sikap bu Mira.
"Oh, jadi kamu sudah berani menjawab ya! Kamu ingin marah? Kamu sudah mau menunjukkan sifat asli kamu?"
"Ma, selama ini aku sudah sabar dengan sikap mama yang terus berlaku kasar sama aku, tapi lama-lama Mama makin menjadi-jadi, aku enggak terima. Apalagi Mama mulai ikut campur dalam urusan rumah tangga aku sama mas Andre," Vina membuang semua ketakutan di hatinya. Dia enggak boleh lemah, kalau terus-terusan mengalah maka selamanya dia akan diinjak.
"Vina, kamu itu enggak ada artinya bagi Andre, kamu cuma wanita miskin yang terpaksa dia nikahi karena permintaan suami saya, sekarang mas Johan sudah enggak ada, dan itu artinya apa? Itu artinya sudah tidak ada lagi orang yang akan berada di pihak kamu!"
Vina tersenyum sinis, hari ini dia tidak terlihat lembut seperti biasanya. "Aku akan mengadukan hal ini sama mas Andre, aku akan mengatakan bahwa Mama sengaja menumpahkan sup panas ini di tangan aku," Vina mengancam.
"Katakan saja, kita lihat apakah dia akan merasa kasihan dengan kamu atau malah tetap bersikap dingin," bu Mira menantang.
"Lagian Andre juga tidak akan marah sama saya, karena saya ibunya, sedangkan kamu? Kamu cuma istri di atas kertas, hubungan kalian enggak ada artinya sama sekali bagi Andre."
Vina mengayunkan langkahnya, selangkah lebih dekat dengan bu Mira.
"Ma, sebenarnya mas Andre tidak terlalu dekat dengan Mama. Mama hanya dua tahun merawat mas Andre, setelah itu mas Andre pergi ke luar negeri untuk melanjutkan pendidikannya di sana. Sepuluh tahun kemudian mas Andre kembali ke Indonesia dan kemudian papa menyuruh kami untuk menikah. Jujur saja, Mama sendiri bahkan tidak tahu persis bagaimana sifat mas Andre sebenarnya. Dan Mama juga harus tahu, kalau mas Andre menghormati Mama karena Mama adalah isteri dari papa, bukan sebagai seorang Ibu!" kata-kata Vina membuat bu Mira bungkam, jujur saja wanita itu tidak menyangka kalau Vina mengetahui tentang keluarga mereka, padahal Vina hanya orang luar.
"Siapa kamu sebenarnya?" kini timbul pertanyaan itu di pikiran bu Mira, tapi dia hanya diam tidak ingin menanyakannya. Tidak ingin kecemasannya dilihat oleh Vina, bu Mira segera pergi dari dapur dan kembali ke kamarnya.
Vina tersenyum melihat kecemasan mertuanya itu. "Aku tidak akan berbaik hati lagi, Ma. Tunggu saja, aku akan membongkar semuanya dan membuat mama membayar atas apa yang sudah mama perbuat kepada keluarga mas Andre," tekad Vina.
Vina juga pergi dari dapur, dia tidak berniat memasak lagi, hari ini dia akan keluar dan pergi ke rumah mertuanya.
"Aku harus kembali ke rumah itu, mungkin saja rekamannya masih di sana," Vina berharap. Setelah berganti pakaian dia langsung saja pergi dengan melewati pintu belakang, supaya tidak ketahuan oleh ibu mertuanya.
Sebulan yang lalu sebelum pindah rumah, Vina dan Andre memang tinggal di rumah bu Mira, dan dia sangat yakin kalau rekaman itu masih ada di kamar yang dulu dia tempati.
"Bagaimana kalau rekaman itu ditemukan oleh orang lain? Apalagi kalau yang menemukannya adalah mama, oh Tuhan... Apa yang harus Vina lakukan?" batin Vina, saat itu dia masih berdiri di pinggiran jalan sambil menunggu taksi online yang di pesannya datang.
****
KEDIAMAN BU MIRA...
"Assalamualaikum, Bi..." ucap Vina memberi salam, saat itu bi Narsih sedang menyapu halaman depan.
"Waalaikumussalam!!!" jawab si bibi. Kelihatannya bi Narsih sangat senang dengan kedatangan Vina. "Nggak nyangka Non Vina ke sini, sudah lama enggak ketemu sama Non, bibi jadi kangen," ungkap bi Narsih.
"Sama Bi, Vina juga kangen banget sama Bibi," ucap Vina, dia langsung memeluk bi Narsih, mereka berdua memang sangat akrab.
Dulu, saat pertama kali Vina menginjakkan kakinya di rumah keluarga pak Johan, bi Narsih adalah satu-satunya orang yang sangat peduli dengan Vina. Saat dia selalu di salahkan oleh bu Mira, bi Narsih yang selalu datang untuk membelanya jika pak Johan tidak ada di rumah.
"Bi, Vina ke sini karena ada sesuatu yang mau Vina ambil, jadi Vina enggak bisa lama-lama," ucap Vina seraya melepaskan pelukannya.
"Yah, bibi baru aja mau ngajak Non makan malam di sini," bi Narsih jadi cemberut.
"Kapan-kapan aja ya, Bi. Oh iya, Lisa nya ada di rumah enggak?"
"Enggak ada Non, dia baru aja keluar sama teman-temannya."
"Kalau begitu, Vina masuk dulu ya!" ucap Vina sebelum masuk ke dalam rumah.
"Ya, silahkan Non!" ucap bi Narsih mempersilahkan, wanita itu pun kembali melanjutkan pekerjaannya.
Vina masuk ke dalam, dia melangkahkan kakinya menaiki anak tangga satu persatu, begitu tiba di depan kamar yang dulu ditempatinya bersama Andre, dia terdiam sejenak. "Kalau ada yang masuk ke kamar ini setelah aku pergi, pasti rekaman itu sudah tidak ada lagi," gumam Vina.
"Ah, aku tidak boleh putus asa, aku harus tetap mencarinya, semoga aja masih ada," Vina berharap.
Dia langsung membuka pintu dan langsung mencari.
Satu jam lebih sudah berlalu, Vina tidak menemukannya, rekaman itu benar-benar hilang.
Vina mengacak-acak rambutnya dengan kuat, dia frustasi. Lelah sudah mencari, tapi tak ada hasil. Karena terlalu lelah Vina pun merebahkan tubuhnya ke atas tempat tidur. Tiba-tiba...
"Kak Vina ngapain di sini?"
Deg...
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Nayla arafah
nahh lohhh
siapa yang datang tuh?
2023-12-17
1
Dina⏤͟͟͞R
wah lisa pulang tuh.
2023-09-24
1