Andre mengambil handphonenya dan berniat menghubungi Radit.
"Kalau gue nyuruh Radit buat ngebeliin obat untuk Vina, entar dikirain gue mulai perhatian lagi sama Vina," pikir Andre.
Akhirnya Andre memutuskan untuk mengompres saja, dia tidak ingin menyuruh Radit membeli obat, nanti temannya itu akan berpikir yang bukan-bukan.
Andre masih fokus mengompres Vina menggunakan air hangat, tiba-tiba mata Vina terbuka. "Kamu masih di sini?" dia bertanya.
"Aku tidak jadi pergi," jawab Andre datar.
"Kamu pasti belum makan." Vina berusaha bangun dari tidurnya, tapi dicegah Andre.
"Kamu sakit, istirahat aja!" perintah suaminya.
"Hanya sakit sedikit, aku masih bisa buatin makan malam untuk mas Andre. Aku akan membuatnya sekarang," Vina tetap bangun tanpa menghiraukan ucapan Andre.
"Aku tidak lapar!" mendengar ucapan suaminya, Vina menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Andre yang masih duduk di sisi tempat tidur. "Aku hanya akan membuatkan nasi goreng saja, jadi tidak akan merepotkan."
"Ya sudah, terserah kamu!" Andre pasrah, dia akhirnya mengikuti Vina dari belakang.
Di dapur...
"Mas tunggu aja di meja makan, sebentar lagi siap kok!" ucap Vina, suaranya terdengar sedikit serak. Wajahnya juga semakin terlihat pucat. Dia benar-benar tidak sehat.
"Aku akan membantu kamu," meski agak canggung, tapi Andre tetap berusaha berdiri di dekat istrinya. Baru kali ini dia merasa deg-degan, selama ini hubungannya dengan Vina tidak sedekat ini, dia terkesan tidak peduli alias cuek.
Begitu nasinya siap digoreng, Vina langsung meletakkannya ke dalam piring, dia membawanya menuju meja makan.
"Dimakan dulu, Mas!" suruh Vina. Andre menatap lekat wajah istrinya. Paras yang begitu cantik, baru kali ini dia menyadarinya
"Kenapa menatap aku seperti itu? Ada yang aneh?" tanya Vina heran, dia tidak ikut duduk di kursi itu, Vina masih berdiri di sisi suaminya.
"Kenapa masih berdiri di sana?"
"Mas makan saja dulu, aku mau ke kamar," ujar Vina dengan suara yang semakin terdengar lemah.
"Jangan pergi!" Andre mencegahnya, ia memegang pergelangan tangan Vina dengan erat. "Tetap di sini, temani aku makan!"
Deg...
"Apa? Apa aku enggak salah dengar? Mas Andre menyuruh aku untuk menemaninya makan? Bukankah selama ini dia merasa muak tiap kali melihat wajahku?" dalam hati Vina mulai merasa ada yang aneh.
"Apa dia sedang merencanakan sesuatu?" Vina terus menduga, menurutnya tidak masuk akal kalau Andre tiba-tiba berubah menjadi baik seperti itu.
"T-tapi..."
"Duduk saja!" Andre mendudukkan Vina secara paksa.
Lelaki itu mulai menyantap makanannya, dan Vina hanya diam dan memperhatikan. Sesekali, gadis itu menarik nafasnya yang terasa berat, Vina merasakan kepalanya semakin pusing, dia masih setia menunggu Andre selesai makan.
"Mas, aku ke kamar dulu!" Vina sudah tidak bisa menunggu lagi, dia segera bangun tanpa menunggu jawaban Andre. Namun, baru satu langkah dia berjalan, mendadak tubuhnya ambruk ke lantai, dia pingsan.
\*\*\*
Sudah jam 10:00 malam, tapi bu Mira belum juga pulang, Andre masih di sisi istrinya, menunggu sang istri siuman.
Saat itu ponselnya berdering dan begitu di cek, ternyata ada pesan dari Radit. Isi pesannya benar-benar mengejutkan.
"Dre, gue lihat mama lo sama om Anton baru aja keluar dari kamar hotel," isi pesan dari Radit. Cowok itu juga mengirimkannya foto sebagai bukti.
Andre langsung naik darah setelah membaca pesan dari sahabatnya, ingin sekali dia pergi menemui Radit, tapi melihat keadaan Vina membuat dia kembali mengurungkan niatnya.
"Ibu, ayah..." lagi-lagi Vina mengigau, kali ini dia memanggil orang tuanya, mungkin rindu.
"Vina..." panggil Andre pelan.
"Vina, bangun!"
"Vin..." dia terus menyebut nama istrinya.
"Mas..." Vina mulai sadar, dia melihat Andre yang berbaring di sebelahnya, terasa seperti mimpi. "Kamu yang membawa aku ke sini?"
"Memang ada orang lain selain aku?" dia balik bertanya.
"Aku heran, dari sikap kamu jelas sekali kalau kamu mulai peduli sama aku, tapi cara bicara kamu masih judes seperti biasanya," Vina menyunggingkan senyumnya, dia masih bisa tertawa meski keadaannya sangat lemah kala itu.
"Aku membawakan makanan untuk kamu, makan dulu setelah itu minum obat!"
"Kenapa tiba-tiba mas Andre jadi baik sama aku?" Vina sudah tidak sanggup lagi menahan rasa penasarannya, jadi dia langsung menanyakannya.
"Kalau kamu sakit enggak ada yang ngurusin pekerjaan rumah, dan kita juga enggak punya pembantu!" jawabnya asal.
Vina yakin itu bukan alasan sebenarnya.
Vina tersenyum saja mendengar jawaban Andre, dia tidak ingin menanyakan lagi alasan suaminya itu, lagi pula Andre juga tidak akan menjawab jujur. "Apa mama sudah pulang?" dia mengganti topik pembicaraan.
"Belum, sepertinya mama masih sibuk sama temannya."
"Om Anton?" pertanyaan Vina mengejutkan Andre, dari mana Vina tahu soal om Anton?
"Mas terkejut?"
"Bagaimana kamu tahu soal ini?"
"Setiap keluar dan mengatakan ada hal yang perlu diurus sama teman-temannya, temannya itu sudah pasti om Anton."
"Vina, aku semakin merasa ada yang aneh sama kamu, selama kita menikah aku sama sekali tidak pernah bicara banyak hal sama kamu, aku bahkan tidak mengatakan apa yang aku suka dan apa yang tidak aku suka, tapi kamu mengetahui banyak hal tentang aku. Kamu juga kenal sama om Anton,apa papa yang mengatakannya sama kamu?"
"Iya, papa yang mengatakannya," jawab Vina. Sejenak diam terdiam, menarik nafasnya dan kemudian membuangnya perlahan. "Andai saja Mas mau mendengarkan aku, mungkin masalah ini sudah selesai sebulan yang lalu," tutur Vina, malam ini dia memutuskan untuk mengatakannya sama Andre, meski rekaman itu sudah hilang, tapi kalau Andre sudah tahu pastinya lelaki itu akan mencari buktinya sendiri.
"Coba bicara lebih jelas!"
"Mama dan om Anton punya hubungan spesial."
"Maksud kamu?"
"Mereka berdua selingkuh!"
Andre terdiam, Vina pikir Andre akan marah begitu mendengar kebenaran yang selama ini disembunyikannya.
"Kamu jangan ngomong sembarangan, apa kamu bisa memberikan bukti atas omonganmu tadi?"
"Aku memiliki rekaman papa, tapi rekaman itu sudah hilang saat kita pindah ke sini, dan aku yakin kalau rekaman itu ada sama Lisa."
Andre mulai memijit kepalanya, dia jadi pusing, haruskah percaya dengan omongan Vina atau tidak? Tapi dia juga tidak bisa mengabaikan apa yang barusan dikatakan Vina, apalagi Radit juga mengirimkannya foto sang mama dan om Anton.
"Kalau Mas tidak percaya juga tidak apa-apa, aku tidak memaksa. Tapi, apa Mas pernah berpikir kalau kecelakaan papa sungguh aneh?"
Andre tidak merespon dia masih diam, Vina kembali berkata. "Hari itu papa buru-buru ke kantor karena mendapat informasi kalau ada salah satu karyawan yang melakukan korupsi, orang pertama yang mengetahui hal itu adalah mama, dia terlihat lebih khawatir dari pada papa, Mas tahu kenapa?" tanya Vina, dia ingin melihat bagaimana reaksi suaminya.
"Tidak!" Andre menjawab cepat.
"Karena karyawan itu adalah om Anton, mama sangat pintar menutupi semuanya, dan Mas Andre sendiri juga tidak pernah mencari tahu kebenarannya," tutur Vina, saat menceritakan hal tersebut dia kembali teringat sesuatu. Anting! Ya, saat kecelakaan hari itu orang yang pertama kali sampai di tempat kejadian adalah dia dan Andre, setelah itu baru disusul oleh Lisa.
Vina ingat, dia menemukan anting dalam genggaman tangan ayahnya. Ayah Vina adalah sopir pribadi keluarga Andre.
"Rekaman itu memang hilang, tapi aku punya bukti lain yang masih aku simpan. Mungkin ini bisa membuat Mas percaya," ucap Vina, dia kemudian mengambil anting itu dan memperlihatkannya pada Andre. Cowok itu tidak tahu harus berkata apa, sepertinya dia mulai percaya dengan apa yang dikatakan oleh istrinya.
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
P 417 0
tetep semangat buat author.semoga kedepan lebih cermat dan teliti Lgi dalam memilih ataupun merangkaikan kata.,😊😊😊💪💪
2023-12-24
1
P 417 0
dan Vina hanya diam sambil sesekali memperhatikan
2023-12-24
1
P 417 0
knpa bukan...bgitu nasi goreng udah jadi/Shy/
2023-12-24
3