Tepat pada hari Sabtu ini, Syifa berkunjung ke rumah calon mertuanya. Dia sudah berjanji akan menginap pada hari Sabtu dan Minggu, dan rasa gugup mulai menggerogoti hatinya. Syifa mengendarai motornya, matanya sesekali melirik ke spion, memastikan jalanan aman. Dia tidak ingin terlambat sarapan bersama calon keluarga barunya. Bibirnya sedikit mengerucut, tangannya menggenggam erat stang motor, seakan ingin meredam rasa gugup yang mulai menjalarinya.
Sesampainya di rumah calon mertuanya, Syifa langsung turun dari motor dan berjalan menuju ruang makan. Saat dia berjalan, tiba-tiba ada tangan yang menarik pinggangnya. Sontak, gadis itu terkejut, matanya terbelalak.
"Siapa?" tanya Syifa, suaranya sedikit gemetar.
Gadis itu berbalik badan, dan melihat Anggi yang memeluknya dari belakang. Senyum bahagia langsung merekah di wajah Syifa, matanya berbinar-binar.
"Aku sudah menunggu mu sejak tadi, apakah di luar macet?" tanya Anggi pada sang kekasih.
Syifa menggelengkan kepala, dan mereka berjalan menuju ruang makan. Kemudian, duduk di sana.
"Pagi semuanya," ucap Syifa dengan lembut, matanya berbinar-binar.
"Pagi juga, sayang," jawab Syerkhan dan Dila bersamaan.
Syifa tersenyum, dan dia mulai mengisi piringnya dengan lauk pauk. Kemudian, memakan sarapan sampai habis.
"Semuanya, Minggu depan, papa akan ke luar kota bersama Syifa," ucap Syerkhan dengan lembut.
Semua yang ada di sana tersenyum dan mengangguk tanda setuju, karena Syifa dan Syerkhan sering pergi ke luar kota berdua.
"Sayang, aku pergi kerja dulu. Kamu di sini sama Papa dan Mama, ya?" ucap Anggi dengan mesra, tangannya mengelus lembut rambut Syifa.
"Baik," jawab Syifa dengan manja, matanya berbinar-binar.
Anggi bangun dan mengelus-elus kepala Syifa dengan lembut, kemudian dia mencium tangan mama dan papanya, baru ia bergegas pergi dari sana.
Setelah kepergian Anggi, Dila bangun dan mencium Syifa kemudian memberikan gadis itu kunci kamar tamu.
"Kamu di rumah sama Papa dulu. Karena, mama ada arisan sama teman-teman mama," ucap Dila dengan lembut.
"Baik, Mama," jawab Syifa dengan lembut.
Dila minta maaf, karena dia memang ada arisan setiap Minggunya dan Syifa sudah mengerti sehingga dia memberikan wanita paru baya itu pergi.
"Pergi dulu, semuanya!" Dila bergegas pergi dari sana.
Kini, hanya tinggal Syifa dan Syerkhan berdua dan mereka saling menatap satu sama lainnya.
"Kita ke ruang kerja papa saja, karena ada berkas yang papa tidak mengerti," ucap Syerkhan sambil beranjak bangun.
Syifa mengikuti langkah pria itu masuk ke dalam ruangan kerja, dan mereka duduk berdua sambil membaca berkas tersebut.
"Ternyata seperti itu. Jujur, papa tidak mengetahui," ucap Syerkhan sambil memuji gadis itu.
Syifa tersenyum, karena dia juga masih belajar tentang bisnis yang di kelola Syerkhan saat ini.
"Terima kasih sayang." Syerkhan hendak mencium kening Syifa.
Namun, gadis itu malah bangun, sehingga Syerkhan mencium bibir gadis itu tanpa sengaja, dan keduanya saling bertatapan, tanpa melepaskan ciuman itu.
'Ya ampun, apa yang sudah aku lakukan?' batin Syerkhan dengan polos. Wajahnya memerah.
Sedangkan Syifa langsung melepaskan ciuman mereka, karena hal itu tidak seharusnya terjadi. Pipinya memerah, matanya terbelalak.
"Maaf sayang, tadi papa tidak sengaja," ucap Syerkhan dengan lembut.
"Tidak apa-apa, bukankah kita melakukannya dengan bersamaan," jawab Syifa, pipinya merona.
Gadis itu langsung bangun, kemudian berjalan ke luar dari ruangan Syerkhan, karena dia takut hal yang tidak diinginkan terjadi.
Sedangkan Syerkhan, dia diam menatap kepergian Syifa sambil memegang bibir yang terasa masih basah.
'Seharusnya aku tidak melakukan hal tadi. Tapi, semua itu terjadi bukan karena kemauan ku, semuanya tidak sengaja,' batin Syerkhan.
Pria itu masih memikirkan apa yang terjadi tadi, karena ini kali pertama buat mereka. Padahal, Syerkhan sering mencium gadis itu bila bertemu.
. . .
Syifa duduk di dalam kamar tamu, sambil bermain ponselnya. Dia rindu masa-masa dulu, saat kedua orang tuanya masih hidup. Matanya berkaca-kaca, bibirnya mengerucut. Tangannya mengepal erat, seakan ingin menahan air mata yang mulai menetes.
Setiap hari Minggu, mereka selalu menghabiskan waktu bersama, dan sekarang dia selalu sendiri. Walaupun ada Syerkhan yang menemaninya.
Tetap saja, dia tidak enak kalau selalu berdua bersama calon mertuanya. Walaupun Syerkhan tidak pernah merasakan keberatan.
"Aku rindu pada ayah dan ibu," ucap Syifa lirih.
Gadis itu meneteskan air mata, karena dia benar-benar sangat merindukan sosok kedua orang tuanya.
Tiba-tiba saja, pintu terbuka tentang Syerkhan yang masuk ke dalam dan langsung menghampirinya.
"Ada apa sayang, katakan saja?!" tanya Syerkhan dengan cemas.
Sebab, dia melihat kalau Syifa menangis tersedu-sedu dan memeluknya dengan sangat haru.
"Syifa rindu ayah dan ibu," jawab Syifa dalam tangisannya.
Syerkhan mencium puncak kepala Syifa, karena dia tidak tega kalau melihat gadis itu menangis, merindukan kedua orang tua yang sudah meninggal.
"Sayang, jangan menangis lagi, di sini ada papa dan mama, juga ada Anggi bersamamu yang sangat menyayangi mu," ucap Syerkhan dengan lembut.
Syifa terus menangis, karena dia masih sedih mengingat kembali kejadian di mana kedua orang tuanya kecelakaan.
Sedih, sakit, kecewa, marah, menjadi satu dalam pikiran Syifa sekarang. Sehingga, gadis itu tidak berhenti menangis.
"Sayang, ada papa di sini," ucap Syerkhan dengan lembut.
Syifa berhenti menangis, dan dia melepaskan pelukannya, kemudian menatap wajah Syerkhan dengan lirih.
"Om, apakah mereka di sana tidak merindukan Syifa?" tanya Syifa dengan lirih.
Syerkhan bingung harus menjawab apa, sehingga dia menarik tangan Syifa dan memeluk gadis itu dan membawanya tidur ke ranjang tanpa melepaskan pelukannya.
"Tidurlah sayang, karena dengan tidur. Kamu bisa melupakan rasa rindu yang terpendam lama," ucap Syerkhan dengan lembut.
Syifa diam dan mulai menutup mata, karena sejujurnya dia merasa nyaman ada di dalam pelukan Syerkhan seperti sekarang. Sama saat dia memeluk sang ayah dulu.
'Terasa sangat nyaman ada di dalam pelukan ini. Tapi, tidak seharusnya aku berdua di dalam kamar bersama om Syerkhan,' batin Syifa.
Sejujurnya, gadis itu takut ada orang yang salah paham padanya dan juga Syerkhan, karena berdua di dalam kamar.
'Aku senang, karena Syifa bisa tenang ada di dalam pelukan ku seperti ini,' batin Syerkhan.
Pria itu semakin menikmati pelukannya, sehingga pikiran liar masuk ke dalam pikirannya. Namun, dia langsung menempis-nya.
'Aku harus ingat, kalau dia adalah calon menantu ku. Jangan sampai aku berpikir ingin menguasai Syifa,' batin Syerkhan.
Pria itu masih normal, kalau berdekatan dengan wanita seperti ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
guntur 1609
lah masa gak ada yg curiga
2024-10-11
0
Pisces97
sepolos²nya wanita jika sudah 25 tahun punya otak deh...
biasanya orang polos jika sudah 25 tahun polosnya juga lebih berkurang tapi ni anak kyk menikmati ya...
aku aja sama bapak kadung walaupun pernah tidur bareng satu ranjang gk berpelukan kyk gitu deh 😂
2024-06-09
0
Masiah Cia
tidak sopan saling peluk apa lg sambil tiduran bdi ranjang yg sama, dan juga koq dikit2 cium pipi, kening ,biar pun sayang tetap ada batasnya, Krn sdh sama2 dewasa dan TDK hub.darah sama skali
2023-08-18
2