Syifa duduk di sofa, matanya menerawang ke arah pintu. Rasa cemas menggerogoti hatinya. Dia menggigit bibir bawahnya, sesekali menghela napas. Dia menunggu Syerkhan, entah apa yang akan dilakukan pria itu. Yang jelas, ia harus menunggu calon mertuanya.
Sebab, kalau dia kabur maka Syerkhan akan marah dan menghukumnya seperti biasa kalau dia membuat kesalahan.
"Aku tidak mau sampai di hukum lagi," ucap Syifa dengan pelan, agar Syerkhan tidak mendengarkannya. Bibirnya mengerucut, matanya berkaca-kaca.
Tak berselang lama, Syerkhan kembali dan duduk di samping Syifa sambil membawa jepit kuku.
"Astaga! Om, Syifa baru kemarin mewarnai kuku ini," ucap Syifa dengan keras, karena dia terkejut. Matanya terbelalak, tangannya menutup mulut.
"Kamu lupa sepertinya," ucap Syerkhan dengan tenang.
Syifa mengingat, kalau Syerkhan tidak menyukai gadis yang berkuku panjang, apa lagi yang di warnai seperti ini.
"Om, sebenarnya mau mencari menantu apa istri? Kenapa, Syifa harus seperti kemauan Om? Padahal, Anggi saja tidak masalah?" tanya Syifa sambil menatap wajah pria itu. Matanya berbinar-binar, seakan menantang.
Syerkhan tersenyum, kemudian menatap wajah Syifa dengan dalam. Kemudian membisikan sesuatu di telinga gadis itu.
"Kalau kalian sudah menikah. Pasti, Anggi akan bersikap sama seperti papa. Sebab itulah, papa mengajarkan mu dari sekarang," bisik Syerkhan.
Syifa diam, dan menyodorkan tangan agar calon mertuanya yang memotong kukunya. Syerkhan tersenyum, matanya berbinar-binar.
"Anak gadis papa ini, memang tidak pernah berubah. Selalu meminta papanya memotong kuku," ucap Syerkhan dengan lembut.
Syifa tersenyum. Dia bahagia bisa memiliki Syerkhan yang menganggapnya sebagai anak sendiri. Padahal, mereka baru mengenal 12 tahun.
"Terima kasih banyak Om, karena semua yang Om berikan pada Syifa," ucap Syifa dengan lembut.
Syerkhan tersenyum, dan melanjutkan pekerjaannya. Tiba-tiba saja pintu ruangan terbuka. Ternyata sang Asisten yang membukanya.
"Maaf, aku mengganggu," ucap Temo dengan lembut.
Pria itu berbalik badan, dan hendak menutup pintu. Namun, terhenti saat Syerkhan berteriak.
"Kau seperti tidak mengenal kami!"
Temo tersenyum dan berbalik badan kembali. Kemudian dia berjalan masuk dan duduk di antara mereka berdua.
"Ini ada berkas penting yang harus di tandatangani, dan aku juga mengantarkan berkas ke ruangan mu Nona," ucap Temo dengan tegas.
Syifa tersenyum dan menatap wajah Syerkhan yang terus membaca isi berkas tersebut. Dia bangun, kemudian berjalan dengan perlahan. Agar dia bisa kabur. Namun, sayang sekali karena pria itu tahu dia akan melarikan diri.
"Jangan kabur! Tetap di sini!"
Syifa cengengesan, dan kembali duduk di samping Syerkhan. Kemudian pria itu memberikan berkas tersebut pada Temo.
"Bacakan semuanya, aku masih harus memotong kuku Syifa," ucap Syerkhan.
"Baik, Bos!" jawab Temo dengan tegas.
Syerkhan mendengarkan semua ucapan Temo sambil memotong kuku Syifa, dengan sangat rapi. Sebab, gadis itu selalu dia yang memotong kukunya.
"Kakinya," ucap Syerkhan.
"Tidak bisa, karena Om Temo ada di sini. Tidak bisa kalau Syifa tidur," jawab Syifa.
Temo langsung berhenti membaca berkas tersebut. Kemudian menatap wajah gadis itu dengan tajam.
'Apa senarnya mereka memiliki hubungan. Tapi, tidak mungkin,' batin Temo bingung.
"Kau, mengusir ku Nona?" tanya Temo dengan pelan.
Syifa tersenyum kemudian menjelaskan apa maksudnya. Dia tidak berniat akan menyinggung perasaan Temo.
"Baiklah, sebentar lagi siap," ucap Temo.
Pria itu membaca semua isi berkas sampai selesai, dan dia langsung pergi. Karena, tidak mau menganggu pasangan itu.
Ya, Temo seringkali menjodohkan Syerkhan dan Syifa yang menurutnya sangat romantis. Walaupun dia tahu sang bos sudah memiliki istri.
Setelah kepergian Temo, Syifa langsung tidur di sofa dan Syerkhan langsung memotong kuku kaki gadis itu sampai selesai.
"Akhirnya selesai juga. Tapi, ini mahal om, baru saja kemarin Syifa warnai," ucap Syifa dengan lembut.
Syerkhan hanya diam, sambil membangunkan Syifa. Kemudian, dia memberikan gadis itu cincin emas yang cantik.
"Ini, untuk apa Om?" tanya Syifa dengan lembut.
"Ambil saja! Anggap dari papa, untuk anaknya," jawab Syerkhan dengan lembut.
Syifa tersenyum dan langsung menggunakan cincin itu. Entah sudah berapa kali Syerkhan memberikannya cincin selama mengenalnya, sedangkan Anggi sama sekali tidak pernah memberikan apapun.
"Terima kasih Om," ucap ucap Syifa.
"Jangan panggil om lagi, papa saja!" pinta Syerkhan.
Syifa tersenyum dan memeluk Syerkhan. Pria itu sama seperti ayahnya dulu, yang sangat menyayanginya.
"Baik Papa, Syifa kembali bekerja dulu."
Syifa melepaskan pelukannya, kemudian bergegas pergi dari sana. Karena, masih banyak pekerjaannya.
Syerkhan memegang jantung yang berdebar-debar, karena Syifa memeluknya tadi. Namun, dia langsung menempis rasa yang seharusnya tidak ada.
"Ingatlah, dia adalah anakmu," ingat Syerkhan pada diri sendiri.
. . .
Syifa duduk di ruangan kerjanya, sambil terus mengerjakan pekerjaan yang masih menumpuk. Kemudian, dia menyempatkan diri untuk membaca berkas dari Temo tadi.
"Ya ampun, ternyata aku dan om papa, harus ke luar kota?" ucap Syifa.
Gadis itu merasa malas pergi ke luar kota, meninggalkan sang kekasih sendiri di sini. Namun, dia harus pergi karena ini demi pekerjaannya.
"Tidak apa-apa, perginya juga masih Minggu depan. Jadi, aku masih bisa menghabiskan waktu bersama Anggi Minggu ini," ucap Syifa dengan lembut.
Gadis itu kembali menyelesaikan tugas, dengan baik dan rapi. Sebab, ia takut Syerkhan akan marah padanya, jika tidak menyelesaikan tugas dengan benar.
. . .
Anggi sedang mengerjakan pekerjaannya, sebagai pebisnis online. Pria itu menjual berbagai macam model baju wanita dan pria. Usahanya pun sudah berjalan lancar dan berkembang.
"Apa aku katakan saja! Kalau, aku memberikan kejutan pada Syifa, pernikahan kami tetap akan diakan tahun depan?" ucap Anggi.
Pria itu memang sengaja membuat Syifa kesal, karena dia ingin memberikan kejutan pada sang kekasih hatinya.
"Aku bisa sesukses ini, karena dukungannya dan semangat yang dia berikan padaku," ucap Anggi.
Pria itu sangat senang, karena bisa memiliki Syifa. Dia tidak sabar akan menikahi gadis itu dan menjadikannya ratu di rumahnya kelak.
"Anggi!" panggil seorang wanita mudah dan cantik.
Anggi langsung menoleh dan melihat gadis itu. Kemudian, dia hanya diam tidak menjawab panggilannya. Sebab, wanita tersebut adalah rekan kerjanya.
"Anggi, tadi gue ada kasih lits pesanan sama elo, 'kan?" tanya Juwita sambil memperlihatkan pesanan orang.
"Ada," jawab Anggi.
Juwita bernafas lega, karena dia hampir saja kehilangan pelanggan karena keteledorannya sendiri.
"Anggi, elo jangan kelamaan nikahin Syifa, takutnya dia di ambil sama orang," ucap Juwita.
Anggi langsung menatap tajam ke arahnya. Gadis itu langsung bergegas pergi dari sana, karena tahu kalau Anggi akan marah padanya.
'Apa benar yang di ucapkan oleh Juwita?' batin Anggi sambil berpikir.
Pria itu langsung memikirkan apa yang di ucapkan oleh Juwita. Karena sejujurnya dia sangat mencintai Syifa dan takut kehilangannya.
"Aku tidak akan membuatnya di ambil orang lain, karena dari dulu dia sangat mencintai ku, dan kami sudah berjanji dan bersumpah bersama," ucap Anggi.
Pria itu mengingat sumpah yang mereka ucapkan bersama, dan sampai sekarang masih menjalin hubungan.
BERSAMBUNG.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Pisces97
jangan percaya dengan sumpahnya Syifa nyatanya dia lebih nyaman dibelai sama ayahmu 🤭🤣🤣
2024-06-09
0
bibi
up
2023-07-07
2
Usermaatre
𝙏𝙖𝙥𝙞 𝙗𝙚𝙣𝙚𝙧 𝙩𝙪𝙝 𝙠𝙖𝙩𝙖 𝙟𝙪𝙬𝙞𝙩𝙖 𝙣𝙜𝙜𝙞 𝙠𝙖𝙡𝙤 𝙠𝙚𝙡𝙖𝙢𝙖𝙖𝙣 𝙣𝙩𝙞 𝙨𝙮𝙞𝙛𝙖 𝙣𝙮𝙖 𝙠𝙚𝙗𝙪𝙧𝙪 𝙙𝙞 𝙩𝙞𝙠𝙪𝙣𝙜 𝙡𝙝𝙤 𝙨𝙢 𝙗𝙤𝙠𝙖𝙥 mu😆
2023-07-06
1