HALLOO!
...SELAMAT MEMBACA!...
Langkah kaki Keyra yang lunglai, membawanya menyusuri jalan menuju rumah. Wajahnya kusut karena harinya berjalan tidak begitu baik. Keyra merasa, Nadia serta teman-temannya terus menatap selama sekolah, seolah mereka mengintimidasi. Keyra jadi kurang nyaman dan terganggu.
Sorot mata Keyra kosong, tertuju pada sepasang kakinya yang terbalut sepatu berwarna putih. Kedua tangannya memeluk beberapa buku, kemudian terdengar helaan napas berat. Namun, tiba-tiba saja ada sebuah botol plastik terlempar tepat di depannya hingga membuat Keyra menghentikan langkahnya.
Botol itu menggelinding, ia mendarat tepat di depannya seolah sengaja dilempar oleh seseorang. Keyra mengangkat wajahnya yang kusut, ia menoleh ke arah kiri dan mendapati seorang pria berdiri di bawah tiang lampu.
Pria itu menunduk, tudung hoodie yang dikenakan membuat wajahnya tidak terlihat. Keyra mengerutkan kening. Keyra awalnya tak mau menyapa, tetapi karena lelaki tersebut akhirnya mengangkat wajah membuat Keyra sedikit terkejut. "Hai," sapa lelaki itu, dengan wajah datar yang terdapat beberapa lebam di sana. "Baru pulang, Key?"
"Iya," jawab Keyra, singkat. Ia menyipitkan mata, pengelihatannya menjadi kurang jelas karena cahaya terang lampu tepat di atas sana. "Aprilio, kan?"
"Lo udah lupa sama gue?" Setelah mengatakannya dengan ekspresi wajah kecewa, Aprilio melangkahkan kaki melewati Keyra. Lalu, Keyra tergerak untuk mengikuti lelaki itu.
Aprilio meletakkan kedua kepalanya di belakang kepala. Dia terlihat begitu kacau dan banyak masalah. "Hidup gue apes banget," seloroh Aprilio.
"Karena ketemu sama gue?" sahut Keyra.
"Bukan." Aprilio mendesah, ia menggaruk tengkuk lehernya. "Gue disuruh nikah, padahal gue jomlo. Kan sialan, tuh," gerutunya.
Keyra terkejut bukan main. Kenapa lelaki itu mengatakan hal yang rahasia kepadanya? Keyra tak menanggapi ucapan Aprilio, ia hanya membisu sambil sesekali mengumpat di dalam hati. Lalu, Aprilio berhenti mendadak membuat Keyra hampir menabrak tubuh lelaki di depannya.
Aprilio memutar cepat tubuhnya, menghadap Keyra dan mendekatkan wajahnya hingga membuat Keyra mundur beberapa langkah. Aprilio tersenyum lebar dan miring seperti seorang penjahat yang mendapat ide. "Gimana kalau lo yang nikah sama gue? Sandisk gitu!" katanya.
Keyra langsung bergidik ngeri, kemudian berdecih. "Ogah!" jawab Keyra. Lalu, ia melenggang dan sengaja menabrak bahu Aprilio.
Aprilio tertawa ringan melihat respon Keyra. Lalu, ia menyusul gadis itu dan berjalan di samping Keyra. "Gue tahu, mana ada yang mau nikah sama berandalan kayak gue," celetuk Aprilio, sedangkan Keyra hanya melirik sinis.
"Tampilan urakan kayak gue, mana cocok sama cewek teladan, pinter, lemah kayak lo."
"Gue yang jagoan, gak cocok buat lo yang gampang buat ditindas."
Keyra merasa jengah, ia mengigit bibir bawahnya karena kesal mendengar celotehan Aprilio yang terus mengikutinya. Keyra mempercepat langkahnya sambil mencengkram kuat buku di tangannya. "Mana mau cewek teladan ini sama cowok yang gak berpendidi---"
"CUKUP!" Keyra memutar tubuhnya seketika membuat Aprilio mematung di tempat. Ia menatap tajam Aprilio karena sudah sangat marah. "IYA! GUE YANG GAMPANG DITINDAS GAK PANTES BUAT LO, BERANDALAN!" seru Keyra, kemudian ia melenggang cepat meninggalkan tempat itu.
Aprilio membeku, memandang ke arah Keyra yang berlari menjauh. Ia mengangkat alisnya, bertanya-tanya dengan heran. "Kenapa dia nangis? Emang dia beneran ditindas?" gumam Aprilio. Namun, seorang berandal sepetinya, tidak akan pernah merasa bersalah.
Kepribadian Aprilio yang keras, membuatnya tidak memakai perasaan dalam hal apapun. Ia tak pernah peduli dengan orang lain. Lelaki itu sudah terluka sedari kecil hingga hatinya seolah-olah cacat. Semenjak menginjak usia remaja, Aprilio tidak pernah menangis.
Keyra melempar tasnya ke kasur dengan sembarangan. Lalu, ia mengusap kasar wajahnya. Kesal sekali, lelaki itu benar-benar membuat Keyra naik pitam. Ia mencaci di sepanjang jalan atas nama Aprilio. Keyra bersungguh-sungguh tidak mau bertemu Aprilio lagi. "Dia manusia atau apa, sih? Gak punya perasaan banget," gerutu Keyra.
.....
Matahari bertengger tepat di atas ubun-ubun, membuat beberapa orang mengerutkan kening karena sinarnya. Langit biru yang terlihat segar, rupanya terlalu panas siang ini, apalagi awan-awan itu berpencar.
Keyra sangat menyukai yang namanya belajar, ia tidak pernah bosan karena semua ia lakukan demi masa depan. Namun, sekarang sekolah terasa tak nyaman bagi Keyra. Dia tahu, sejak tadi, Nadia dan ketiga temannya mengawasi. Bahkan, hingga pulang sekolah, rupanya mereka mengikuti Keyra.
Keyra tidak tahu harus bagaimana, ia harus segera pulang untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan rumah yang tertunda. Keyra berusaha mempercepat langkahnya. Namun, kakinya tersandung sebuah batu besar hingga membuatnya tersungkur. Keyra mendesis kesakitan karena lututnya mengeluarkan darah.
Tidak lama setelah Kerya terjatuh, Nadia, Vega, Noni, dan koni berdiri di depannya dengan tatapan tajam dan dada membusung. "Pelan-pelan aja kalau jalan, buru-buru banget, mau ke mana, sih?" ucap Nadia. Lalu, gadis dengan rambut panjang digerai itu mengulurkan tangan.
Keyra membuang muka, ia berdiri tanpa menerima uluran tangan Nadia. Keyra memutuskan pergi. Ia berjalan dengan tertatih karena lututnya terasa nyeri.
Saat Keyra berjalan perlahan, terdengar suara Nadia memekik keras, "UPS! GAK SENGAJA!"
Keyra merasakan sesuatu yang meresap pada baju bagian belakang, kemudian punggungnya terasa hangat. Keyra berbalik badan, mendapati Nadia dan ketiga temannya tertawa keras. "HAHAHA DINGIN, YA?" seloroh Noni.
Di tangan Noni terlihat ia membawa sebuah baskom yang berisi sisa sesuatu yang lengket. "Lem gue tumpah," katanya.
Keyra membulatkan mata. Tangannya mencoba meraih punggungnya yang mulai basah. Ia merasakan tangannya lengket setelah menyentuh baju belakangnya. Napas gadis itu memburu, matanya memanas, dan pundaknya naik turun. Keyra berlari cepat meninggalkan empat anak yang tertawa padanya.
Nadia dan ketiga temannya melakukan tepukan tangan dengan sangat senang. Mereka tertawa puas melihat Keyra pergi sambil menangis.
Kaki Keyra bergetar, ia tidak mampu lagi untuk berlari. Air matanya sudah tak tertahan, Keyra menangis saat itu juga.
Tubuh Keyra meluruh, ia berhenti di sebuah gang kecil yang sepi. Gadis itu mulai menangis, menutupi wajahnya dengan kedua tangan. "Aprilio gak salah. Dia bener. Aku memang cocok buat dibully. Dia aja tahu," lirih Keyra.
Rambut Keyra pada bagian bawah dibasahi oleh lem, mungkin benda itu mulai membeku dan menempel di sana. Kebetulan sekali, hari ini Keyra tidak mengikat rambut panjangnya. Sungguh kesialan baginya.
"Lo ngapain nangis di sini?" Ujaran itu membuat Keyra menoleh ke kanan. Aprilio dengan pakaian biasa terlihat berdiri tidak jauh dari tempat Keyra duduk. "Kayak gelandangan aja nangis di deket tong sampah," ucapnya.
Keyra celingukan, ternyata tepat di samping kirinya terdapat sampah. Gadis itu segera berdiri dan mengusap air matanya. Keyra tidak tahu akan mendapat kesialan seperti ini. Takdir tak pernah berbicara.
Lelaki itu tidak sengaja mengarahkan netranya pada tangan Keyra yang memegangi rambutnya. "Kenapa rambut lo?" tanya Aprilio.
Keyra mengalihkan pandangannya dari Aprilio. Air matanya kembali jatuh dan membuatnya terisak. Aprilio menautkan kedua alisnya melihat Keyra menangis seperti itu.
Sore indah. Langit berwarna oren itu memanjakan setiap netra yang melihatnya. Ia memikat, menjerat mata seluruh makhluk tuhan.
Sebuah kesialan dan keberuntungan di waktu bersamaan. Keyra mendapat hadiah mengejutkan berupa lem untuk rambut dari temannya, kemudian ia bertemu Aprilio yang mengajaknya pergi ke salon.
Keyra awalnya bersedih karena rambut panjangnya harus dipotong, meski beberapa helai sering rontok karena kurang sehat. Namun, Keyra merasa puas dengan rambut pendek baru miliknya sekarang terlihat cocok untuknya, juga tidak gerah.
Saat ini, Keyra duduk di depan sebuah minimarket bersama seorang lelaki. Keyra mendapat pinjaman baju sebagai ganti seragamnya yang lengket. Keyra melahap roti di tangannya karena lapar. "Bagusan yang ini daripada yang lama," celetuk Aprilio.
Keyra menoleh, mendapati lelaki di sampingnya menatap intens ke arahnya. Lalu, Keyra membuang muka. "Kalau lihat biasa aja!" seloroh Keyra. Entah mengapa, ia merasa sedang diintimidasi ketika melihat iris mata Aprilio. "Uangnya gue ganti nanti. Sekarang gak bawa uang."
"Lima kali lipat," sahut Aprilio.
Manik mata Keyra membulat. "Gak gue ganti kalau gitu."
"Yah! Gue gak mau kalau nanti lo mati tapi masih punya utang." Keyra hanya melirik sinis ke arah Aprilio yang menghisap rokok.
Menyebalkan. Kenapa juga harus Aprilio yang menolongnya? Ah, lelaki itu sungguh membuat Keyra ingin marah.
Malam itu terasa dingin, Keyra juga membeli sebuah kopi hangat. Ia meneguknya, kemudian menghela napas panjang karena ia baru saja menceritakan sebuah rahasia kepada Aprilio. "Oh, jadi lo beneran ditindas? Jadi, gua gak asal bicara dong waktu itu? Nyata, ya?" celoteh Aprilio.
Keyra melirik sinis, tetapi perkataan Aprilio tidak salah. Keyra mengangguk pelan. "Terserah lo, aja. Lo gak salah, kok," ucap Keyra, menarik sudut bibirnya.
Wajah Keyra memang terlihat begitu lugu dan bully able. Memang takdirnya seperti itu, Keyra dilatih kuat sejak kecil sampai sekarang.
...........
Gimana bab ini menurut kalian?
Mau gampar mulutnya si April tidak?
Couple broken home gak sih buat panggilan mereka? Wkwkwk
Tungguin bab selanjutnya yaaa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Andi Adam
visualnya key aku bayangin fuji an, trus aprilio visualnya jisoo, cocok kyaknya
2023-10-24
0