...SELAMAT MEMBACA!...
Keyra sudah merasa aneh. Sesuai dugaannya, ia telah dijadikan mangsa oleh teman perundungnya itu. Karena takutnya kepada Nadia dan teman-temannya, tak ada yang merespon kesulitan Keyra saat ini. Saat kembali dari ruang ganti setelah berolahraga, kursi miliknya terdapat lem di sana. Keyra hanya berdiri, menatap.
Ia melihat teman sekelasnya satu per satu, yang sedang sibuk sendiri. Tak ada yang memperdulikan. Lalu, pandangannya tertuju pada Nadia di bangku depan. Keyra berpikir, ini perbuatan anak itu.
Benda lengket itu membuat Keyra teringat akan kejadian kemarin saat dia berjalan pulang sendirian. Saat ini, tidak ada yang membencinya, mungkin Nadia.
Guru laki-laki datang, kemudian segera menyuruh anak didiknya duduk dan kembali ke pelajaran. Namun, Keyra masih berdiri hingga menyita perhatian guru tersebut. "Anak baru. Keyra, kan? Kenapa tidak duduk?" tanyanya.
Keyra hanya diam, sambil melihat ke arah kursinya hingga kemudian Guru itu berjalan ke arah Keyra dan melihat lem di kursi Keyra. "Hei! Siapa yang melakukan ini?" tanya guru itu lantang. Namun, tak ada yang angkat bicara.
Kelas itu hanya senyap. Keyra bergeming dan menggerutu di hatinya.
Melelahkan. Tugas dan kelas tambahan yang berat, membuat bebannya bertambah. Keyra harus selalu pulang malam sekarang. Padahal, jam tidurnya berantakan sehingga ia sering mengantuk. Namun, impiannya untuk sampai di universitas impian, tidak menjadikan semangat di diri Keyra padam.
Bulan sabit di langit terus mengikutinya. Hembusan angin setidaknya membuat Keyra tenang, setelah beberapa jam yang lalu merasa tegang. Ia rasa, akan terjadi hal tak terduga di hari esok dan seterusnya.
Kakak Keyra pegal, ia juga terpaksa menggantikan piket Nadia tadi. Jika tidak, mungkin wanita itu akan membunuhnya.
Keyra menghela napas panjang, langkah kakinya sedikit terseret karena terasa nyeri. Suara bel motor dari belakang membuatnya terkejut, kemudian Keyra memutuskan berhenti.
Ia lihat, motor besar berwarna hitam itu berhenti. Lalu, seorang penunggang kuda besi tersebut membuka helm dan menatap datar ke arah Keyra. "Gue anterin pulang!" ujar lelaki itu.
Awalnya, Keyra merasa ragu. Namun, ia juga butuh tumpangan saat ini.
Lelaki itu adalah seseorang yang pernah bertemu Keyra di malam sebelumnya. Ternyata ia masih hidup dan sehat. Hanya saja, tampilannya jauh berbeda dari hari itu.
Tubuh tingginya berdiri di depan Keyra, ia menyandarkan tubuhnya di motor. "Rumah lo?" tanya lelaki itu.
Keyra mengangguk singkat. "Gak ada orang, gue gak mau nawarin mampir," celetuk Keyra.
Lelaki itu berdecih. "Gue juga gak berharap gitu." Ia memutar bola matanya, kemudian naik ke atas motornya. "Gue Aprilio," katanya, sebelum memakai helm.
Keyra tak menjawab sampai lelaki itu pergi dari hadapannya. Entah, Keyra merasa seperti mematung dan membeku seolah tidak bisa apapun. Mungkin, dia terlalu terkejut karena lelaki tersebut memang terlihat sangat tampan kali ini.
Keyra mengangkat pundak, kemudian melenggang masuk ke rumahnya yang masih sepi dan gelap karena lampu teras belum menyala.
Kevin Aprilio, tidak jarang terlihat di jalanan, aspal sudah menjadi temannya, selalu. Dengan usianya 20 tahun, ia sudah memiliki tinggi 176 centimeter. Ketua geng motor Ferocious Eagle atau Elang Ganas, tak pernah mendapatkan kehangatan keluarga. Meski keluarganya kaya, Aprilio sering menjadi seorang gelandangan.
Gelandangan tampan. Rambut panjangnya menambah kesan kharismatik, apalagi alis tebal seperti ulat. Tubuhnya besar dan keras, layaknya petinju berotot. Maklum saja, dia adalah ketua geng motor yang terkenal kejam. Aprilio tak sekali pun memperlihatkan senyumnya. Sungguh, tidak akan pernah dilihat oleh seorang saja.
Malam ini, dia berniat pulang ke rumahnya yang besar seperti istana karena uang pegangannya hampir habis. Aprilio pikir, sekarang keluarganya hanya akan ia jadikan sebagai sumber uang, sebab mereka tak peduli selain kerja. Biasanya, anak tunggal akan dijadikan pewaris. Namun sayangnya, tidak berlaku untuk papa Aprilio.
Mereka sebenarnya sangat pelit. Hanya saja, orang tuanya itu lelah melihat kenakalan putranya. Aprilio selalu mengancam akan membongkar rahasia kedua orang tuanya yang tidak pernah akur kepada publik, oleh sebab itu mereka menurut dengan Aprilio.
"Ada lauk apa, Bi?" tanya Aprilio, kepada asisten rumah tangga di sana.
"Ada kepiting asam manis," jawab seorang wanita yang tadinya menjaga dapur.
"Ambilin buat aku, Bi! Bawa ke ruang makan, ya!" Lalu, Aprilio melenggang dari tempat itu menuju ruang tengah.
Saat sedang berjalan di tengah rumah besar itu, terdengar suara seperti kaki kuda. "Tumben pulang," celetuk seseorang dari belakang Aprilio.
Aprilio menoleh, mendapati mamanya membawa kotak perhiasan. "Wih, mau dijual?" seloroh Aprilio.
"Iya, udah bosen pakai."
"Sini, aku jualin!"
"Gak! Nanti kamu korupsi!" ucap wanita berpenampilan sosialita tersebut. Harita---mama Kevin yang berusia 42 tahun, tetapi masih berjiwa remaja. "Udah trauma Mama."
"Sama anak sendiri gak percaya." Aprilio menghela napas berat.
"Iyalah!" Lalu, Harita melenggang, melewati Aprilio.
"Eh! Mama Nirmala!" panggil Aprilio, yang berhasil menghentikan langkah sang mama.
Harita memutar cepat tubuhnya. "Udah dibilangin, nama gue Rita!"
"Berani kamu panggil nama itu, gak gue kasih duit!" ancamnya.
"Makanya bagi duit, Ma!" seloroh Aprilio, ia tak pernah malu dengan mamanya itu. Terkesan berani, tetapi jika tidak seperti ini, maka Aprilio gagal akan rencananya.
"Minta sama Papa kamu, sana!"
Aprilio berdecak kesal. "Aku sebarin hubungan kalian yang asli, ya?" Dia mengulas senyum tipis yang terpaksa.
"Nanti gue transfer." Lalu, Harita melenggang dari sana.
Mama dan Papa Aprilio sangat takut bila hubungan mereka yang tidak akur akan diketahui oleh publik. Sebab, mereka selalu terlihat romantis di kalangan orang teratas. Reputasi menjadi prioritas untuk mereka.
Sejak berada di bangku SMA hingga lulus, Aprilio tidak pernah tinggal di rumah ini lagi lebih dari satu hari. Sekali pun ia ke sini, Aprilio akan langsung pulang setelah puas melihat kedua orang tuanya. Meski, mereka berpikir bahwa Aprilio tak pernah peduli. Padahal, dia juga ingin kehangatan dan kenyamanan dunia.
Tidak lebih dari satu jam berada di dalam rumah itu, Aprilio sudah berniat untuk pergi. Perkataan Jaden---Papa Aprilio sebelum putranya itu pergi, membuat Aprilio berpikir keras dan semakin frustasi.
"Cepet-cepet nikah, deh! Biar ada yang ngurusin. Pusing sama kelakuan anak tunggal gak berguna kayak lo," kata Jaden.
"Iya, biar hidup lo gak sia-sia," sahut Harita.
"Gue jodohin kalau gak sanggup cari calonnya."
"Iya, kita mau lo cepet-cepet nikah! Nyusahin!"
Sungguh, perkataan itu sebenarnya sangat melukai hati Aprilio. Sangat pedih, ia tak percaya kalimat jahat tersebut akan keluar dari bibir kedua orang tuanya. Kenapa harus menyuruhnya menikah? Kenapa tidak mereka lakukan sendiri saja?
Sebenarnya, Aprilio melakukan kenakalannya hanya untuk mengancam orang tuanya. Namun, ternyata semua sia-sia hingga membuatnya benar-benar menyerah. Soal kerukunan keluarga, Aprilio rasa semua sudah tidak memungkinkan.
Sialan. Dia mungkin begitu bodoh karena memilih jalan ini. Meski tak benar-benar membutuhkan uang, Aprilio meminta uang sebagai alasan pergi ke rumah orang tuanya. Berandal haus kasih sayang.
Pekerjaan berat yang tidak sebanding dengan gajinya, terpaksa Aprilio pertahankan untuk bertahan hidup. Menjadi pekerja di sebuah bengkel, membuatnya selalu terjaga di malam hari. "Gue sebenernya capek banget sama kerjaan ini," ungkap Aprilio, membuat teman di sampingnya menoleh dan menertawainya.
"Gue udah tawarin lo kerja di kantor Papa gue, tapi lo tolak," jawab cowok, yang berusia lebih muda dari Aprilio itu.
"Gue gak pantes. Lulusan SMA dengan nilai terendah, mana mampu, San."
Antonio Cassano, anggota inti termuda Ferocious Eagle. Dia masih berada di bangku tiga SMA. Sano termasuk orang terdekat Aprilio. "Tapi gue akuin, lo hebat sih, Bang."
"Semangat lo itu ngelampaui semangat anak muda!"
"Gue emang masih muda! Mentang-mentang lo lebih muda dari gue, Nio!" gerutu Aprilio.
"Dikasih keluarga kaya, lo malah milih susah kayak gini," celetuk Antonio.
"Gue lebih tenang kayak gini. Nikmatin hasil keringat sendiri juga enak."
"Iya, deh," ucap Antonio. "Cepet-cepet nikah, biar ada yang dinafkahin! Biar gak nikmatin hasil kerja sendiri, biar ada temennya ngabisin."
Celetukan Antonio melayangkan pukulan pada tengkuk lehernya. Aprilio sungguh tidak tahan bila ada yang menyuruhnya mencari pasangan.
"Iya juga, gue gak pernah pacaran."
"Kalau tiba-tiba nikah, kasihan nanti istri gue," kata Aprilio.
...SAMPAI JUMPA DI PART SELANJUTNYA!!...
...TUNGGUIN YAA...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments