Future Husband

Future Husband

1. Better first day

...HAI HAI...

...APA KABAR?...

...BAIK DONGG...

...AKU ADA CERITA BARU NIHH HEHEHE...

...SELAMAT MEMBACA YAA...

Angin berhembus menerpa rambut tipis gadis yang sedang melewati jalan berpasir di samping sekolah. Dia membawa kantong hitam besar berisi sampah di tangannya. Terdapat name tag di atas saku seragam SMA-nya, Agustina Keyrania. Ia dikenal sebagai siswi baru di SMA Negeri Taruma Tunggal.

Sebagai siswi pindahan, Keyra masih tak mempunyai seorang teman di sana. Baru satu bulan ia duduk di bangku tiga SMA, dengan mengambil jurusan IPA. Keyra hanya mengetahui mereka---para temannya, tetapi sama sekali tidak pernah bertegur sapa, apalagi Keyra memiliki kepribadian pendiam.

Langkah kaki Keyra berhenti, kemudian dia segera bersembunyi di balik dinding. Dengan sedikit mengintip, Keyra melihat seorang gadis yang sepertinya teman sekelasnya, sedang diperlakukan tidak baik.

Empat siswi dengan jaket di tubuh mereka, menendang gadis yang hanya menunduk di bawah mereka. Keyra mengerutkan kening melihat itu, ia menelan keras salivanya. Tenggorokannya seketika kering dan serak. "Kalau gak salah, namanya Simi," gumam Keyra, setelah ia mengambil gambar dari ponselnya.

Tak hanya memukul dan menarik rambut Simi, keempat gadis itu menuangkan bungkus yang masih terdapat sisa makanan pada tubuh Simi. Lalu, mereka menertawai kondisi kacau Simi. Terdengar suara guru di area belakang sekolah, membuat empat siswi tersebut memutuskan untuk pergi.

Setelah empat anak yang melakukan perundungan itu pergi, Keyra memutuskan untuk menghampiri Simi. Terlihat, Simi berusaha membersihkan tubuhnya sambil menangis. "Tubuhmu kenapa?" tanya Keyra, seolah tidak tahu apapun.

Simi mendongak, menatap Keyra dengan mata merahnya. Lalu, ia menggelengkan kepala.

Keyra mengulurkan tangan, membantu Simi berdiri dari tempat kotor itu. Simi berdiri dari sana, menepis tanah yang menempel di kulit tubuhnya. "Aku abis jatuh," ujar Simi.

"Astaga, ceroboh banget. Kamu sampai kotor," ucap Keyra.

Simi mengelap wajahnya yang basah karena air mata, kemudian dia mengulas senyum tipis. "Makasih, ya. Aku ke toilet dulu, mau bersihin." Keyra belum menjawab, tetapi Simi sudah melenggang pergi dengan terburu-buru.

Itu pasti membuatnya terguncang. Meskipun, Simi mendapatkannya tak hanya sekali. Sudah jauh hari, empat siswi yang terkenal sombong itu memperlakukannya seperti hewan.

Nadia, Vega, Noni, dan koni. Nadia sebagai ketuanya, yang selalu semena-mena pada siswi lain. Sebab, ia dikenal cantik dan kaya raya.

Perasaan Keyra tidak enak, seperti ada yang memperhatikan. Ia segera mengedarkan pandangan, melihat sekelilingnya. Namun, tak ada orang lain di sekitar sama selain dirinya sendiri. Keyra mengendikkan pundak, kemudian segera membuang kantong sampah hitam di tangannya.

Bukan hanya perasaan Keyra, memang ada yang memperhatikannya sejak ia mendekati Simi. Itu adalah Nadia dan teman-temannya. Mereka berdiri di balik dinding sambil mengulas senyum miring. "Anak baru," ujar Nadia. "Dia target kita selanjutnya, Guys." Teman-teman Nadia menganggukkan kepalanya.

Karena harus mengikuti kelas tambahan ekstra yang diikuti, Keyra pulang malam.

Langit sudah gelap, jalanan sempit yang dilewati hanya diterangi lampu remang sekecil genggaman tangan. Di sekolah baru, Keyra tentu saja ingin memberikan kesan baik, agar dirinya pun dikenal teladan.

Keyra keluar dari sebuah toko makanan, ia membeli beberapa mie instan untuk dimakannya malam ini dan besok.

Langkah kaki yang lunglai membawanya melewati sebuah jalanan dekat pabrik lama. Sial sekali gadis itu. Keyra melihat sekelompok pria menghajar seorang pria sendirian. Lima orang, lawan satu dan sekarat.

Mau tak mau karena tidak ada jalan lain, Keyra harus melewati tempat itu untuk sampai di rumah. Keyra mengeluarkan ponsel dari dalam saku seragamnya, ia berniat menelpon polisi bila terjadi sesuatu padanya. Namun, meski ia berusaha berpura-pura tak tahu, sekelompok berandal itu malah menghalangi jalannya.

"Hai!"

Mereka mengambil ponsel itu dari tangan Keyra, kemudian Keyra berusaha mengambilnya tapi gak berhasil. "Minta nomor telepon lo, dong," kata lelaki itu.

Tiga pria tinggi itu menarik tangan Keyra dan menghempas tubuh kecil Keyra ke arah laki-laki yang sendirian itu.

Cowok yang penuh luka di wajah, ia sudah tersungkur di depan Keyra. Keyra tidak bisa melawan, hanya diam menatap mereka dengan jantung berdebar. "Lepasin!" bentak Keyra.

Seorang pria berjalan dan berjongkok di sampingnya, kemudian membelai pipi Keyra. Dengan cepat, Keyra menepis tangan yang terasa kasar cowok itu. "Jangan sentuh!" bentak Keyra.

Pria itu malah tersenyum miring. "Sayang, dia pacar lo?" ucap cowok itu, menunjuk lelaki di yang masih tersungkur itu.

"Gila!"

"What? Lo ngatain gue gila?" Dia mendekatkan wajahnya. "Iya, gue gila karena lo," katanya.

Secepat kilat, Keyra melayangkan tamparan di pipi cowok itu.

Cowok itu meringis, menahan geram, kedua tangannya mengepal dan menatap Keyra dengan mata melotot. "SIALAN LO!" pekiknya. Tangan kanannya mengudara, tetapi dihentikan oleh sesuatu.

Keyra sudah menunduk, takut ia akan ditampar. Namun, cowok yang tersungkur tadi tiba-tiba bangun.

Cowok itu mencengkram kuat tangan lawannya, kemudian membantingnya. Dia menyerang empat lainnya dengan serangan ringan. Namun, ketua dari mereka sepertinya sudah tumbang hingga membawa mereka pergi dari tempat itu.

Keyra masih ketakutan, napasnya memburu. Ia mendongak, mendapati cowok berwajah penuh darah itu menatapnya tajam. Namun, tak mengucapkan sepatah kata, cowok tersebut berjalan mendekati Keyra, berdiri tepat di depannya.

Keyra menatap lelaki di depannya yang menatap dengan intens. Namun, cowok itu masih tidak berucap, dan kemudian dia melenggang membuat Keyra hanya bisa mengerutkan kening.

...........

Lelaki dengan wajah penuh luka lebam dan bercak darah di sudut bibir dan mata itu mendudukkan tubuhnya di trotoar, yang kini tengah ramai. Ia tak mampu lagi untuk berjalan karena lukanya cukup parah. Helaan napas berat keluar dari bibir, setelah ia melihat seseorang menghentikan motor di depannya.

Empat motor dengan pengendaranya masing-masing itu pun turun menghampiri sosok yang sudah sekarat tersebut. "Bawa gue ke rumah sakit, jahitan gue kebuka," ungkapnya.

"Serius?"

Tanpa banyak bicara, empat lelaki itu membawa sang teman yang terluka ke rumah sakit terdekat.

Jahitan operasi usus buntu lima hari lalu masih belum sepenuhnya kering, tetapi ia malah mendapatkan pukulan tepat di sana. Sehingga, jahitan tersebut terbuka dan membuatnya mengeluarkan darah. "Gue bales itu anak-anak," ucapnya, terdengar penuh penekanan.

Lelaki itu duduk di brankar setelah mendapat penanganan dokter. Lukanya harus dijahit kembali dan membuatnya merasakan sakit lagi. Hal tersebut membuatnya kesal. "Gak akan gue lepasin."

"Bener, Bos. Mereka selalu mancing," sahut seorang lelaki, yang berdiri di samping brankar.

Kerap dipanggil Bos, Kevin Aprilio adalah lelaki tampan dan kejam yang menjadi seorang ketua geng motor. Dikenal tak pernah senyum, ia memiliki beberapa luka di hidupnya. "Gak ada ampun," ujar Kevin, dibalas anggukan oleh anggota geng inti yang membantunya tadi.

...........

Sepertinya, Keyra merasakan sesuatu yang aneh. Sejak tadi pagi, ia merasa ada seseorang mengintai. Dia jadi kurang fokus saat belajar karena selalu mendapati Nadia, siswi perundung itu, menatapnya tajam sambil menyeringai.

Tidak hanya sekali, Keyra melihat Nadia menatap ke arahnya. Berada di kelas yang sama dengan seorang Nadia yang terkenal, awalnya hanya biasa saja. Namun, setelah melihat Nadia dan teman-temannya merundung Simi, membuat Keyra merasa aneh.

Apalagi, Simi berada di kelas yang sama---IPA dua. Namun, di dalam kelas, Nadia dan Simi terlihat seperti tidak saling mengenal. Akan tetapi, Keyra sering mendapati Simi kesusahan dan kurang nyaman.

Pulang sekolah, hari ini tidak ada kelas tambahan. Keyra mengikat rambut tipisnya yang hanya sepunggung. Tubuhnya bisa dibilang pendek dan kurus. Ia hanya mempunyai berat badan 45 kilogram, serta tinggi 152 centimeter.

Tidak salah lagi, ada seseorang mengikuti Keyra. Perasaannya sudah tidak enak sejak tadi. Ia mempercepat langkahnya. Dengan perasaan cemas, kaki Keyra berjalan semakin cepat. Namun, sesuatu yang terasa berat menghantam punggung Keyra hingga membuatnya tersungkur ke depan.

Keyra merasakan sakit di punggung. Dia hendak bangun, tetapi sesuatu menahannya. Keyra berusaha mengangkat kepalanya. Vega menahan tubuh Keyra dengan kakinya. Lalu, terlihat Nadia berdiri di depannya dengan kedua tangan dilipat di depan dada. "A--apa?" lirih Keyra.

Nadia jongkok di depan Keyra, mengangkat wajah Keyra dengan jemarinya. "Lo cantik, tapi sayang kalau gak dihias," katanya. Dia menyeringai, kemudian menampar wajah Keyra dengan sangat keras.

Vega mengangkat kakinya dari tubuh Keyra, membuat gadis itu sedikit lega. Akan tetapi, Vega malah menendang Keyra hingga membuatnya meringis kesakitan. "Sh." Keyra mendesis. "Sa--sakit."

Tak cukup di sana, Nadia dan temannya itu mendaratkan banyak pukulan di wajah Keyra hingga meninggalkan bekas merah pada kulit putih Keyra.

Lingkungan barunya ternyata lebih keras dibanding tempat lamanya. Rupanya, kesialan selalu menghantuinya. Berpisahnya kedua orang tua Keyra, tak membuatnya bebas dari luka. Ia semakin hancur.

Sebuah keberuntungan, seseorang melewati mereka membuat Nadia dan ketiga temannya segera melarikan diri. Seorang wanita dewasa memperhatikan kondisi Keyra. "Kamu gak apa-apa?" tanya wanita tersebut, jongkok di depan Keyra.

Keyra hanya mengangguk pelan. "Ayo, saya bawa kamu ke rumah sakit," ujar wanita tersebut, seraya membantu Keyra berdiri.

Keyra menggeleng-gelengkan kepala, menolak ajakan wanita itu. "Tidak ada yang tau kalau ada luka dalam," seru wanita itu.

Meski Keyra terus menolak, wanita itu memaksa Keyra untuk pergi.

Untungnya, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Kepala Keyra yang keras, tidak membuatnya gagar otak seperti pikiran wanita dewasa itu. Meski dipukul dengan balok kayu, kepala Keyra kuat. Namun, wajah Keyra dipenuhi goresan membuatnya harus diplaster.

Wanita dewasa yang baik itu berpamitan dengan terburu-buru. "Saya sudah harus pergi. Dokter tolong urus dia, ya?" ujarnya. Dokter tersebut mengangguk. "Saya harus kerja."

"Terima kasih banyak," ucap Keyra, sebelum wanita itu pergi.

Keyra yang menyedihkan. Nasib buruknya harus diketahui orang lain. Dia berjalan pelan, memegangi tangannya yang sedikit kram. Ia menyusuri koridor rumah sakit. Namun, seorang lelaki keluar secara mendadak dari sebuah ruangan, membuat Keyra sontak menghentikan langkahnya.

Netra mereka saling bertemu, wajah yang tak asing membuat mereka saling menunjuk. "Lo yang waktu itu dikeroyok, kan?" celetuk Keyra.

Tak menjawab, lelaki itu melihat Keyra dari atas hingga bawah. Dia tentu saja menyadari kondisi buruk Keyra. "Lo abis berantem?" tanya lelaki tersebut.

"Gak," jawab Keyra, dengan cepat.

Lelaki itu mengerutkan kening. "Dibully?" Keyra langsung mengangkat wajahnya, bagaimana lelaki itu bisa langsung mengetahuinya?

...........

SAMPAI JUMPA DI BAGIAN SELANJUTNYA

Terpopuler

Comments

Andi Adam

Andi Adam

seru👍

2023-10-24

0

Peri Hujan

Peri Hujan

semangatt thor🙌

2023-07-11

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!