Suara debur ombak menerpa batu karang terdengar dari kejauhan, suara sayup-sayup burung berkicau bertengger di antara ranting-ranting pohon bakau.
Lima orang remaja sedang berjalan menyusuri jalan setapak berpasir sambil sesekali menatap sekeliling. Mereka berjalan beriringan sambil terus memperhatikan langkah mereka, takut ada binatang atau bahaya yang kadang bisa mereka jumpai kapan saja. Sesekali pula mereka melebarkan langkahnya agar tak tersandung oleh akar pohon bakau yang membentang.
Tatapan mereka sayu dan menyiratkan kesan bingung dan khawatir di karenakan salah satu sahabat mereka tidak di ketahui keberadaannya. Beberapa mereka membuka ponsel dan mengecek sinyal, nihil. Berharap bisa menghubungi seseorang, atau paling tidak bisa sedikit membantu keadaan mereka saat ini.
"Duh! mana dari kamaren ga ada sinyal lagi!" kata Denny tiba-tiba.
"Gak di gunung, gak di pantai emang kadang gitu bro, susah sinyal," sahut Kemal menyela.
"Kira-kira dimana ya Arya, khawatir banget aku," sambat Dilla lirih.
"Ehem, haduh positif thinking aja Dil, aku yakin gebetanmu baik-baik aja," ucap Sarah meyakinkan Dilla.
Sudah hampir satu jam mereka berjalan, sampailah mereka di suatu desa yang masih asri, dengan rumah sederhana yang hanya beralas tanah dan bertembok anyaman bambu.
Beberapa rumah juga sudah mulai ada yang bertembok bata tetapi belum bersemen. Jarak di antara rumah satu dengan rumah lainnya terbilang cukup jauh sekitar 10 meter.
Normalnya rumah pedesaan, pasti memiliki kandang di samping atau di belakang rumahnya. Begitupun desa ini, banyak warga yang memelihara ternak mulai dari sapi, kambing, hingga unggas.
Terlihat beberapa warga desa lalu lalang dengan kesibukan mereka masing-masing. Ada yang memberi makan ternak, ada yang memikul buah kelapa, ada yang menyunggi nampan berisi makanan di kepalanya.
Sebenarnya kami membawa motor ketika pergi kesini, tetapi motor kami letakkan di desa satunya, desa sebelum kita memasuki desa ini, karena perjalan sudah melelahkan, terpaksa kami menitipkan motor di desa satunya dan menumpang mobil bak terbuka pada warga sekitar sampai di desa ini.
Setelah lelah berjalan, kami menyempatkan mampir di sebuah warung untuk memesan beberapa teh hangat dan sedikit cemilan. Setelah memesan minum, kami lantas bertanya ke pemilik warung,
"Permisi Bu, maaf mau tanya, apa ibu tadi pagi atau kemarin larut malam melihat pemuda yang seumuran kita yang memakai baju putih bergambar kartun dan bercelana hitam?" tanya Sarah kepada ibu itu.
"Hmm, enggak tuh Nduk, mbok gak lihat tuh, emang kenapa Nduk?" jawab ibu itu sedikit mengernyitkan dahi.
"Temen kami hilang Bu tadi malam waktu kita bangun tidur, dia sudah gak ada, dan kita udah nyari sampe jam segini belum ketemu juga," sahut Wahyu sambil khawatir.
"Iya Bu, sampe Ashar gini belum kelihatan Bu," sahut Kemal menimpali.
Denny yang sedari tadi mengunyah gorengannya, nampak hanya mengangguk saja.
"Waduh lha terus kemana ya? Coba deh kalian tanya ke orang sekitar barangkali ada yang lihat." Kata ibu itu sambil mengacungkan dagunya.
Srrrrrruuuupppppp ahhhhh
"Yakin sudah di cari dengan benar?" ucap bapak-bapak yang duduk di pojok, yang tengah memegang segelas kopi panas.
Mereka semua menoleh ke arah bapak-bapak itu, dan hampir bersamaan menjawab, "Sudah pak!" sahut mereka.
"Hmm, biasanya sih kejadian kayak gini hampir ada sangkut pautnya sama hal ghaib, seperti di culik jin mungkin?" kata bapak itu sambil mengangkat alisnya.
"Mmmakmudd mapbak gimbana?" tanya Denny yang sedang mengunyah dan buru-buru menelan gorengannya.
"Iya ih bapak malah nakut-nakutin aja!" timpal Sarah agak kesal.
"Tapi yah semua balik ke pribadi masing-masing mau percaya atau tidak, yahhh semoga saja tidak terjadi apa-apa dengan teman kalian," ujar bapak itu sembari berdiri dan menghampiri ibu pemilik warung.
"Pinten buk?" (berapa Bu?) tanya bapak itu sambil membuka dompetnya.
"Kaleh gorengane dados gangsal ewu pak," (sama gorengannya jadi lima ribu pak) jawab ibu itu.
Setelah membayar, bapak itu berjalan ke arah pintu keluar dan menoleh ke arah mereka dan berkata,
"Kalau kalian percaya hal ghaib, coba kalian pergi ke rumah Mbah Seno, barangkali beliau bisa membantu. Beliau orang pintar di desa ini, rumahnya di ujung sebelah timur desa ini, setelah kalian melewati kebun tebu, kalian akan bisa dengan mudah menjumpai rumahnya. Karena di sana cuma ada satu rumah, yaitu rumah Mbah Seno," setelah menyampaikan hal itu, bapak itu berlalu pergi.
Dilla yang dari tadi memandang kosong gelas di depannya, tiba-tiba meneteskan air mata, terlihat gelasnya masih penuh berisi teh yang sudah mulai dingin.
"Hiksss, Arya," gumam Dilla lirih.
"Udah Dil, cukup nangisnya, kita berusaha semaksimal mungkin yah buat nemuin si Arya," kata Sarah sambil mengelus punggung Dilla.
"Emang terbukti orang pinter yah buk si Mbah Seno yang di bilang tadi?" tanya Wahyu kepada pemilik warung.
"Itu terserah kalian mau percaya atau tidak le, nduk, apa salahnya dicoba? Mbok hanya bisa doain semoga teman kalian bisa cepat ketem," ucap ibu itu penuh perhatian.
Setelah beistirahat mengisi perut dan menghilangkan dahaga, mereka berlima bermaksud akan mencoba ke rumah Mbah Seno untuk bertanya dan berharap menemukan sebuah petunjuk.
"Berapa buk semuanya?" tanya Sarah seraya merogoh ke dalam saku depan hotpantsnya.
"Hmm, semuanya dua puluh tiga ribu Nduk," jawab si ibu itu.
Sarah menyodorkan uang lembaran nominal lima puluh ribu rupiah kepada ibu pemilik warung.
"Ini buk, kembaliannya gak usah, buat ibu saja, saya doain laris ya buk," kata Sarah sambil tersenyum.
"Ya Gusti! banyak banget ini Nduk! yakin ini buat Mbok? Terimakasih yo le, nduk, semoga temen kalian cepet ketemu," ucap ibu itu sambil penuh harap.
"Amiiinnnnn," jawab mereka serempak.
"Kami pamit dulu ya buk," kata mereka bergantian.
"Iya ati-ati di jalan yo le, nduk," pesan si Mbok kepada mereka semua.
Setelah keluar dari warung itu, mereka mencoba untuk menuruti saran dari bapak-bapak tadi untuk segera menuju rumah Mbah Seno untuk mendapatkan petunjuk.
***********
Setelah yakin arah yang mereka tuju benar, mereka memantapkan langkah menuju rumah mbak Seno, benar, setelah mereka melewati kebun tebu, tepat di ujung terdapat sebuah rumah sederhana yang terbuat dari anyaman bambu. Rumah itu berlatar luas dan di tumbuhi beberapa pohon besar disekelilingnya.
Setelah sampai di depan pintu rumah yang di maksud, tiba-tiba mereka di kejutkan oleh suara berasal dari dalam rumah.
"Masuklah, aku sudah tahu maksud dan tujuan kedatangan kalian," suara serak dan berat khas kakek-kakek.
Mereka semua kaget dengan penuturan suara itu, mereka pun memberanikan diri masuk kedalam rumah. Satu persatu mereka masuk di awali dengan Wahyu yang masuk terlebih dahulu.
Dilla yang dari tadi pikirannya kacau, tak terasa sampai meremas keras lengan Sarah karena terkejut dan takut. Sarah pun hanya memekik pelan di susul permintaan maaf Dilla.
"Permisi, assalamualaikum," salam terucap dari mereka berlima meskipun tidak berbarengan.
Mereka sampai di tengah ruangan yang cukup remang-remang di karenakan matahari juga mulai tenggelam, pencahayaannya hanya berasal dari dua buah lampu minyak yang di sematkan di sela-sela dinding anyaman bambu.
Di tengah ruangan ada seorang kakek-kakek berbaju batik dengan udeng di kepala, dia menghadap meja yang penuh dengan pernak pernik klenik khas dukun Jawa pada umumnya. Mulai dari Bakaran menyan, kembang, dupa, keris, dan lain-lain. Aroma mistis begitu kental di rumah ini.
"Duduklah!" kata Mbah Seno menyuruh mereka duduk.
"Maaf Mbah menganggu kami," belum selesai Kemal bicara, Mbah Seno tiba-tiba memotongnya.
"Aku sudah tahu apa maksud kalian datang kemari. Kalian mencari teman kalian yang hilang semalam di pantai Kondang Merak kan? Temanmu sekarang berada di Alam Jin!" sahut Mbah Seno santai.
"Apa?? Jangan ngaco deh Mbah, gak mungkin lah jaman sekarang ada gitu-gituan!" jawab Denny sambil menoleh ke arah teman-temannya bermaksud mencari yang sependapat dengannya.
Tiba-tiba setelah dengar ucapan mbah Seno,
Bruughhhh!
Dilla tiba-tiba pingsan dan tubuhnya menghantam lantai kayu.
*********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Rusliadi Rusli
waduh gawat...wkkwkk
2023-08-23
0
Jimmy Avolution
Ayo...
2023-07-13
1