"Apa!"
Teriakku shock. Aku terdiam sejenak karena masih kaget, tiba-tiba Nyi Sekar menepuk pundak ku dan bertanya,
"Bagaimana kamu yang seorang manusia bisa sampai di sini?" sahutnya tiba-tiba.
Aku yang masih terdiam lemas tak langsung menjawab, aku masih terpaku mendengar pernyataan Nyi Sekar bahwa aku sekarang berada di alam Jin.
Tak sabar, Nyi Sekar berteriak di telinga kiriku, "Heeeeiiiiiii!" sontak aku menjingkat kaget dan disusul gelak tawa Nyi Sekar "Hahahah lucu juga kau," ucapnya sambil tertawa.
"Hehehe, maaf," aku tak sadar menggaruk kepalaku padahal tidak merasa gatal.
"Ayo jawab! Bagaimana kamu bisa berada disini Mas Arya?" goda Nyi Sekar sambil mendekatkan wajah nya ke arahku .
Akupun merasa agak malu dan menjawab sambil sedikit tergagap, "Gi-gini mb-mbak Se--Sekar," aku berusaha menjelaskan,
"Mbak, mbak! panggil saja Sekar," sahutnya sewot.
"I-iya Se-Sekar, ehemm Iya Sekar," timpalku berusaha menjawab dengan jelas.
"Jadi begini ceritanya, (aku menceritakan semua yang aku alami mulai dari sadar di tepi pantai sampai bertemu dengannya).
"Hmmm ya ya aku paham, mungkin kamu tidak sengaja, tersesat, di kirim atau mungkin ada yang memanggil, aku kurang begitu paham, mungkin ayahku bisa membantumu," jawabnya berbinar penuh percaya diri.
Aku mengangguk pelan dan berkata dalam hati, "Ya Allah semoga ini petunjuk buatku kembali ke alam manusia."
"Ayo ikut aku ke rumahku, aku akan pertemukan kamu dengan ayahku, mungkin beliau bisa membantumu kembali ke alam manusia lagi" cetusnya bersemangat.
"Iya terima kasih sebelumnya Sekar," aku tersenyum kepadanya.
"Nahhh gitu dong senyum, gini kan enak di lihatnya," timpal Sekar menggodaku.
"Ayo ikut aku sekarang ke rumahku," kata Sekar seraya menggenggam pergelangan tanganku dan,
WUUUSSSHHHHHHHH
Sekar tiba-tiba menarik lalu membawaku terbang ke atas. Antara kaget, shock, takut, seneng, takjub bercampur jadi satu dalam benakku.
"Hhuaaahhh!" aku berteriak sangat kencang saat aku terbang beberapa puluh meter dari atas permukaan tanah.
Sekar tertawa kecil dan lantas mempercepat laju terbangnya,
"Aaarrrggghhh Sekar! jangan kencang-kencang!" Teriakku tak karuan.
Sekar tak henti-hentinya tertawa dan perlahan memelankan laju terbangnya,
"Bagaimana rasanya terbang Mas?" Tanya Sekar tiba-tiba.
"Haduh Sekar, aku ini takut ketinggian, takut jatuh, makanya aku teriak, nih aja masih keringet dingin aku, emang rumahmu masih jauh?" sahutku sedikit merengek.
"Hihihi, lama-lama nanti juga terbiasa mas, tenang ini sudah dekat rumahku kok," jawab Sekar.
Di tengah jalan tiba-tiba aku teringat peristiwa tadi dan nyeletuk bertanya ke Sekar,
"Heheh iya, eh ngomong-omong om-om serem tadi itu siapa?" Aku masih teringat peristiwa tadi yang aku lihat waktu Sekar bertarung.
"Oh itu, dia baj*ngan sialan yang telah menggangguku, dia memaksaku menikah dengannya, aku menolaknya dan dia tidak terima, akhirnya terjadilah apa yang kamu lihat tadi," sahutnya tegas.
"Ohhh begitu, ya ya aku paham," ucapku pura-pura mengerti.
"Lagian kamu mana mau ama om-om jelek dekil kayak gitu, secara kamu kan perfect banget, udah cantik, anggun, sakti, kuat, bisa terbang." kataku memujinya.
Muka Sekar tiba-tiba merona merah menandakan dia tersipu malu mendengarkan pujianku.
"Tapi sayang, sadis!" tambahku pelan.
Sekar yang sekilas mendengar langsung menyahut,
"Apa? kamu bilang apa? Sadis?" tanya Sekar memastikan, lalu iapun mencubit pipiku.
"Coba ulangi kamu bilang apa barusan?" bentak Sekar dengan nada suara tinggi.
"Aaaampunn Sekaarrrr, sakit loh, kenceng banget kalo nyubit!" teriakku kencang sambil menggosok pipiku.
"Biarin, biar kapok!" jawabnya ketus.
Di perjalanan tanpa sadar kita bercengkrama dan bercanda layaknya dua pasang manusia biasa dan aku pun tidak menganggap bahwa yang aku ajak bercanda ini adalah bangsa Jin.
"Ternyata ada juga bangsa jin yang modelnya kayak gini" batinku sambil tersenyum.
**********
Setelah terbang melewati gunung dan beberapa bukit serta lembah , kamipun tiba di sebuah tanah lapang yang sangat luas, aku perkirakan luasnya berhektar-hektar. Sekar pun terbang meluncur rendah kebawah dan kami mendarat di tanah dengan mulus
"Kita sampai Mas." Kata Sekar tiba-tiba seraya melepaskan genggaman tangannya di pergelangan tanganku.
Aku terhuyung-huyung mencoba menjaga keseimbangan pijakanku. Perutku seperti terkocok-kocok tak karuan dan terasa begitu mual.
"Hhuuweekkkk!" tiba-tiba aku muntah di samping Sekar.
Secara reflek, Sekar melompat menghindar ke samping berlawanan dari arahku muntah.
"Mas Arya! ihhhh jorok banget sih!" bentak Sekar kepadaku.
"Hadeuhhh sorry ya Sekar gak sengaja, mual banget perutku, kamu sih terbang kenceng banget. Aku jadi banyak makan angin nih," sahutku sambil membungkuk memegangi perutku.
"Jadi mas masuk angin? Ya udah ntar aku suruh orang buat ngerokin mas, tapi pakai pacul, mau?" jawab Sekar ketus.
"Jahat banget sih kamu, udah tahu temennya kesusahan malah di ledekin!" sahutku agak kesal.
"Yeeee, kapan juga mas jadi temenku?" timpal Sekar cuek sambil melipatkan kedua tangannya di depan dada.
Aku hanya menggeleng bingung dan clingak clinguk,
"Lahh? Ini kan cuma padang rumput kosong gak ada apa-apa nya..dimana rumahmu?" tanyaku mengalihkan pembicaraan sebelumnya.
Sekar kembali tersenyum manis kepadaku sambil mengedipkan salah satu mata indahnya,
"Ya Allah cantik banget si Sekar" batinku.
Serasa jantung berdegup kencang tatkala melihat senyum indah yang terukir di bibir Sekar.
Sejurus kemudian Sekar mengangkat tangan kanan ke atas sambil meneriakkan sebuah mantra,
Sir bolak-balik garwo polo
Latarku segoro, Pagerku wesi
Pawengkonku geni
Watono ing siro kencono
Abdi kang rumangsani jagat
"Terbukalah tabir gaib!" teriak Sekar.
Tiba-tiba terlihat tabir berwarna pelangi menyeruak di balik udara kosong dan memunculkan siluet yang semakin lama semakin terlihat jelas. Berangsur-angsur siluet itu membentuk sebuah gerbang beserta bangunan besar dan megah di belakangnya.
Terlihat sebuah Istana megah yang berwarna putih bertepian emas. Terlihat dua orang penjaga berperawakan tinggi besar berpostur binaragawan menjaga di samping kiri-kanan gerbang istana itu dengan membawa tombak dan perisai.
Penjaga itu berpenampilan layaknya manusia normal, tetapi yang aneh, mereka memiliki sepasang tanduk yang tumbuh dari ujung kepalanya. Mereka bertelanjang dada dan hanya memakai celana hitam selutut d-iii balut kain batik yg mungkin beli di Pekalongan.
Aku masih tak bisa mempercayai apa yang aku lihat sekarang, aku hanya bisa melongo keheranan dan takjub.
"Ayo mas masuk," sela Sekar membuyarkan lamunanku.
"Ahhh, iya baik Sekar," sahutku tergugup.
Sambil menggandeng tangan kiriku, Sekar melangkah duluan di depanku dan berangsur menuju depan gerbang tersebut.
"Hormat kami paduka Sekar Nandhini!" sapa kedua penjaga tersebut seraya membungkukkan badan.
Sekar hanya mengangguk pelan dan diikuti kedua penjaga itu membuka gerbang yang segede tiga truk yang di susun keatas. Kita berdua lantas melangkah maju melewati gerbang besar itu.
"Paduka?" batinku agak terkaget.
"Kenapa? Kaget?" kata Sekar sambil senyum mengejek kepadaku.
"Ahhh iya heheheh, ini istana rumah kamu Sekar? Kamu ratu? Atau permaisuri? atau dayang?" tanyaku ku masih tak percaya.
"Enak aja permaisuri, emang aku kelihatan setua itu?" jawab Sekar sewot.
"Eheheh maaf, kan aku ga tau makanya nanya," timpalku sambil nyengir.
"Ayo masuk dulu, nanti kamu pasti akan mengetahuinya," kata Sekar.
Di sepanjang jalan tak henti-hentinya aku memandang keliling merasa takjub dengan tempat ini. Di kanan kiri terdapat taman indah lengkap dengan kolam ikan serta bunga-bunga yang harum bermekaran.
Di ujung kanan sebelah bangunan utama terdapat puluhan prajurit kerajaan yang sedang berlatih di pimpin oleh seorang (atau seekor) harimau, yah harimau.
Bukan fisik penuh seekor harimau yang seperti kita ketahui, orang itu berperawakan lelaki tinggi besar tetapi berkepala harimau dan sekujur tubuhnya berbulu. Seperti harimau asli yang sedang berdiri tegap dengan kedua kakinya.
Dengan berbalut baju perang besi, dia tak henti-hentinya berteriak kearah prajurit yang ada di hadapannya,
Hiyaaaaaaat
Hiyaaaaaaat
Di susul deru derap langkah para prajurit maju selangkah ke depan sambil mendorong ujung tombaknya menusuk udara kosong berulang kali.
Dari kejauhan, harimau itu melihat kearah kita seraya membungkuk hormat. Sekar mengangguk membalasnya. Beberapa kali kita berpapasan dengan orang-orang yang tak henti-hentinya menunduk dan memanggil Sekar dengan sebutan Paduka.
Orang-orang tersebut sama, berperawakan manusia normal, memakai pakaian khas kerajaan Jawa kuno. Cuma ada beberapa bagian tubuhnya yang berbeda dengan manusia pada umumnya.
Ada yang bertanduk, ada yang bermata tiga, ada yang mempunyai ekor, ada yang bertangan sangat panjang, bersayap, bermuka binatang dan hal-hal abnormal lainnya.
Sampailah kita berdua di depan pintu besar berukir dan berwarna emas yang berdaunkan dua kepala naga yang saling melilit di ujung kepala dan ekornya. Tiba-tiba pintu tersebut terbuka dengan sendirinya seperti pintu kaca geser yang ada di mall dan pusat perbelanjaan.
**********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Rusliadi Rusli
👍👍👍👍👍👍👍👍👍
2023-08-23
0
Jimmy Avolution
Terus...
2023-07-13
1