Bab 4

Suasana di dalam aula kerajaan Wesibuwono mendadak hening ketika seseorang di antara para punggawa istana membuka suara,

"Ada apa Begawan Jolosutho?" tanya Raja sambil agak memicingkan pandangannya.

"Mohon maaf Yang Mulia, ada yang akan saya sampaikan perihal masalah pemuda itu,  apakah yang Mulia berkenan?" ucap pak tua itu meminta ijin.

"Silahkan Begawan," sahut raja menyetujui.

"Hamba memiliki sebuah saran yang Mulia, alangkah baiknya pemuda itu menetap disini dahulu sembari memahami sedikit demi sedikit perihal cincin yang ia miliki. Disini ada beberapa sesepuh termasuk Resi Arthasena yang bisa membimbing pemuda itu,"

"Untuk masalah energi manusia yang bisa terkuras apabila berlama-lama di alam jin, saya punya solusinya yang Mulia. Jadi yang Mulia dan nak Arya tak usah khawatirkan soal itu."

"Apalagi jika nak Arya kembali ke Alam manusia, di khawatirkan akan terjadi kekacauan di sana yang disebabkan keberadaan cincin tersebut. Akan banyak manusia dari golongan hitam termasuk dukun hitam dan ahli spiritual gelap yang akan berebut untuk mendapatkan cincin itu," lanjut Begawan Jolosutho menjelaskan.

"Selain itu, di khawatirkan nak Arya akan sulit mengontrol kekuatan cincin itu di karenakan kurangnya pengetahuan dan pemahaman mengenai pusaka yang ia emban." ucap Begawan Jolosutho melanjutkan.

"Hmm, masuk akal juga pendapatmu Begawan, mengenai solusi yang kau katakan tadi, apakah itu?" tanya Raja sedikit penasaran.

"Hamba mempunyai seorang kenalan ahli spiritual di bidang benda pusaka, sepertinya dia mempunya sebuah benda yang kekuatannya bisa mempertahankan energi murni dari manusia yang berada di alam jin, jadi dia tak akan terkikis oleh energi alam ini yang Mulia," ucap Begawan Jolosutho dengan percaya diri.

"Hmm, baiklah Begawan, aku paham maksudmu, tetapi kita juga harus menghormati apa pendapat nak Arya perihal saran yang baru saja kau sampaikan," kata Raja seraya mengarahkan pandangannya kepada Arya.

"Sendiko Paduka," sahut Begawan Jolosutho seraya membungkuk hormat lalu duduk kembali di kursinya dan seketika menatap ke arah Arya.

"Bagaimana pendapatmu nak Arya tentang saran dari Begawan Jolosutho?" tanya Raja kepadaku.

"Hamba sih sebenarnya ingin segera kembali ke alam manusia sesegera mungkin, tapi hamba juga takut dengan keberadaan cincin ini, saya menurut saja kepada Raja bagaimana baiknya. Kalau terjadi sesuatu, saya pasrah saja di tangan yang Maha Kuasa,"

timpalku aggak lesu.

Sekar yang sedari tadi duduk di sebelahku sambil memainkan rambutnya, tiba-tiba menepuk-nepuk pundakku dan tersenyum seperti memberikan sebuah semangat.

"Hahah baiklah kalau begitu, aku akan mengadakan perjamuan untuk merayakan keberhasilan Kerajaan Wesibuwono mengalahkan Kerajaan Tirtokencono tempo hari. Sekaligus merayakan keberhasilan putriku mengalahkan Praduwiryo," seru Raja bersemangat.

   Plok..plok..plok

Raja menepuk kedua tangannya dan seketika beberapa dayang atau abdi kerajaan wanita menyeruak dari balik ruangan yang ada di ujung sebelah kiri aula pertemuan, mereka membawa nampan-nampan berisi penuh makanan mewah dan berjalan ke tengah aula.

Harum masakan itupun membuat air liurku menetes di ujung bibir di sertai bunyi perutku yang dangdutan tak karuan.

   Krucuuuukkkkk.. (bunyi perutku bergema)

Sontak semua mata tertuju ke arahku. Dengan menahan rasa malu, aku menundukkan kepalaku.

"Hahahaaa!" seketika aula penuh dengan gelak tawa dari para orang-orang yang mendengar suara itu termasuk sang Raja yang tertawa terbahak-bahak.

Para dayang istana berkeliling membagi nampan yang berisi makanan ke masing-masing meja. Ketika satu dayang mengarahkan nampan ke mejaku, aku reflek agak mundur untuk mempersilahkan sayang itu meletakkan nampannya.

Ketika aku melayangkan pandangan ke arah dayang itu, aku kaget sekaligus terpana dengan kecantikannya, tetapi sebenarnya ada hal yang membuat pandanganku terfokus padanya, yaitu penampilannya. Benar, pakaian yang ia kenakan yang membuatku mabuk kepayang.

Dia hanya memakai penutup dada kecil yang hampir transparan yang menyebabkan chocochips nya agak kelihatan. Bagian bawah hanya memakai kain batik yang melingkar dari pinggang hingga paha nya. Memperlihatkan lekuk tubuh yang aduhai jika di lihat dari kacamata lelaki.

Saat si dayang meletakkan nampan terakhir di mejaku, tak henti-hentinya aku memandanginya dari ujung rambut hingga ujung kaki, dan tetap mataku terfokus agak lama pada bagian dadanya dan tiba-tiba,

   Plaaaaakkkk!

Lagi, Sekar memukul bagian belakang kepalaku dengan sangat keras sampai bunyinya menggema, aku terdorong keedepan hampir menjatuhkan nampan makanan yang ada di mejaku. Aku reflek menggenggamnya agak tidak jatuh.

"Heiii!! Otak mesum! Lihat apa kau Aryaaaaa!" bentak Sekar tiba-tiba.

"Adohhhhhh apaan sih Sekar! Sakit nih sampe pusing! Hobi banget kamu ya mukul kepala orang! Kalau aku jadi bodoh gimana?" sahutku sedikit membentak karena kesal.

"Hahahah biarin biar bodoh sekalian!" jawab Sekar sambil menjulurkan lidahnya ke arahku.

"Awas kamu yaaa!" aku tak mau kalah lalu mencubit pinggang Sekar yang sedikit terlihat karena kembennya tersingkap.

"Awwww! sakiittt ihh mas!" bentak Sekar sedikit merintih.

Melihat tingkah kamu berdua, Raja hanya tersenyum tipis.

"Mari silahkan semuanya, nikmatilah hidangannya," seru Raja kepada semua yang ada di aula pertemuan.

Lalu datanglah beberapa wanita cantik (lagi) menuju tengah aula untuk mempersembahkan sebuah tarian tradisional sebagai hiburan santap makan kami.

Diiringi musik gamelan yang mendayu-dayu yang tanpa aku sadari ternyata ada satu set gamelan di ujung kanan aula berikut pemainnya , ntah dari tadi berada di sana atau tiba-tiba muncul. Wallahu'alam.

"Aku heran, semua nya berparas cantik dan anggun. Tak ada cacat sedikitpun. Serasa betah nih aku tinggal disini, mueheheheh," batinku sambil tersenyum.

Akupun menyantap hidangan itu dengan rakusnya di iringi Sekar yang sesekali melirik ke arahku.

######

Isekai off

######

Di tepi pantai Kondang Merak, Kabupaten Malang, beberapa pemuda dan pemudi berlalu lalang terlihat kebingungan.

Ada beberapa tenda yang terpasang di bibir pantai dan ada pula di bagian tengah barisan tenda terdapat bekas api unggun yang sudah mati.

"Yaaa, Aryaaaaa!" teriak seorang pemuda berperawakan kurus.

"Aryaaaa, dimana kamu?" disusul teriakan seorang gadis yang raut mukanya sembab. Sambil sesekali terisak, gadis itu kembali meneriakkan nama Arya.

Disana ada tiga orang remaja pria dan dua gadis. Terlihat kebingungan mencari sosok Arya mulai dari tepi pantai hingga beberapa meter masuk hutan bakau.

"Harus nyari dimana lagi nih si Arya?" kata pemuda yang agak gemuk.

"Udah seharian loh mulai pagi kita nyariin si Arya, kemana lagi tuh anak!" gerutu pemuda yang berbadan pendek.

"Iya nih uda capek, apa kita pulang dan lapor polisi?" rengek seorang gadis berambut lurus.

"Jangan dulu Sar, kan belom 24 jam, kita coba cari semampu kita dulu aja," cegah pemuda yang berbadan gemuk.

"Iya Sarah, yuk coba cari ke desa sebelumnya yang kemarin kita lewatin pas mau kesini," kata pemuda yang kurus.

"Dimana ya si Arya, hiks," kata si gadis bermata sembab lirih.

"Udahlah Dilla, jangan nangis, pasti Arya ketemu kok, bismillah yah," ucap pria gendut menenangkan.

"Iya Den, hiks," Dilla mengangguk pelan sambil menyeka air matanya.

"Yu, Wahyu, Gimana? Ayo cari ke desa sebelumnya," teriak Denny ke arah pemuda kurus.

"Iya bentar Den, kita sekalian kemasin barang-barang kita," sahut Wahyu.

"Woiiii Mal Kemal sini bantuin! Jangan ngowoh aja ente!" teriak Denny ke arah pemuda yang bertubuh pendek.

"Iya-iya siapp bos! ente kalau merintah suka kadang-kadang ya!" sahut Kemal sambil melirik kesal ke arah Denny.

Tak terasa hampir 1 jam mereka membereskan bekas kemah dua malam kemarin. Mereka siap untuk mencari keberadaan Arya menuju desa yang sebelumnya mereka lewati.

Sebelumnya, 6 orang remaja melakukan camping di tepi pantai Kondang Merak, mereka adalah Arya, Denny, Kemal, Wahyu, Sarah, dan Dilla. Mereka teman satu kampus yang memutuskan untuk mengisi acara liburan semester mereka dengan ber-camping ria.

Setelah dua hari bermalam, saat pagi hari pada hari ketiga, mereka mendapati salah satu teman mereka yakni si Arya tiba-tiba hilang, raib bak di telan samudra. Hal itu membuat teman-temannya bingung mencari dan merasa bertanggung jawab atas hilangnya sahabat mereka itu.

**********

Di atas sebuah batu karang besar, berdiri dua sosok lelaki dan perempuan mengenakan pakaian adat kerajaan memandang ke arah para pemuda itu.

"Apakah yang kamu lakukan sudah kamu pertimbangkan Kakanda?" tanya perempuan itu.

"Iya Adinda, aku sudah mantap dan yakin untuk menitipkan Cincin Rojomolo kepada Arya, pemuda itu. Aku yakin pemuda itu akan menggunakan kekuatan cincin itu dengan baik dan bijak," jawab lelaki itu dengan tegas.

"Baiklah Kakanda, apapun yang kamu yakini, aku pasti akan terus mendukungnya," sahut perempuan itu seraya menepuk bahu lelaki itu.

Sejurus kemudian mereka berdua pun menghilang di balik deburan ombak pantai Kondang Merak yang deras.

***********

Terpopuler

Comments

Rusliadi Rusli

Rusliadi Rusli

👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍

2023-08-23

0

Jimmy Avolution

Jimmy Avolution

Ayo....ayo...

2023-07-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!