Setelah pintu terbuka seluruhnya, terhampar ruangan yang sangat luas berisi perabot yang indah dan megah dan semuanya terbuat dari kayu jati dan berhiaskan emas permata.
Di hadapanku berjajar beberapa kursi saling berhadapan berikut orang yang mendudukinya menatap ke arahku dan Sekar.
Di ujung akhir barisan kursi terdapat beberapa anak tangga kecil berbalut permadani yang aku pikir terbuat dari kulit atau apalah aku tidak tahu, yang jelas kesannya begitu mewah dan elegan.
Di ujung tangga terdapat singgasana megah berikut dua wanita cantik yang sedang berdiri membawa kipas besar di belakang sosok tunggal yang duduk tegap begitu mencolok.
Sosok itu kemudian bangkit dari singgasananya seraya melayangkan pandangan heran ke arahku.
"Ayah, aku pulang! si Praduwiryo sudah aku binasakan yah!" sapa Sekar sambil berlari ke arah sosok tesebut. Aku yang masih berdiri di tempatku merasa kikuk dan tak berani bergerak ataupun berucap sesuatu.
"Bagus nak, pengganggu itu layak menerima hukuman dari kerajaan kita melalui tanganmu, padahal ayah akan menyuruh Patih Dwilingga untuk melenyapkannya, tetapi kamu bersikeras untuk turun tangan sendiri," jawab sosok tersebut.
"Nduk, siapa pemuda itu? Dari tampilannya, dia pasti dari bangsa manusia, bagaimana kamu bisa bertemu dengannya dan membawanya kemari? Bagaimana pula dia bisa berada di alam jin ini?" berondongan pertanyaan keluar dari mulut sosok itu.
"Biarkan dia menceritakan sendiri ayahanda," jawab Sekar sambil melirik ke arah Arya.
"Mas Arya, kemari sini" panggil Sekar kepadaku.
Dengan langkah perlahan dan penuh hati-hati aku berjalan menunduk tatkala berpasang-pasang mata yang aku lewati menatap tajam ke arahku. Dan sesekali mereka berbisik kearah orang di sampingnya seraya melirik kepadaku dan Sekar.
"Silahkan duduk mas," Sekar menyuruh ku duduk d sampingnya yang sedari tadi kursi itu dalam keadaan kosong. Aku duduk tepat d bawah singgasana sebelah kanan berdampingan dengan Sekar. Sosok itupun kembali duduk di singgasana megahnya.
"Aku adalah raja dari kerajaan jin yang ada di wilayah ini, yaitu kerajaan Wesibuwono, aku adalah salah satu penguasa wilayah darat Jawa Timur," ucapan tegas terlontar dari mulut raja itu.
"Namaku Surya Pamukti."
Raja itu berbadan besar dan gagah, yang ini benar-benar seperti manusia normal layaknya Sekar. Dengan rambut panjang lurus bermahkota kan emas permata, raut mukanya kebapakan yang ramah namun tegas.
Di tubuhnya terbalut pakaian semi baju zirah besi berwarna perak berukir Naga dan Jatayu, serta jubah panjang berwarna merah darah bermotif lambang kerajaan terpasang dari pundak sampai belakang betisnya. Di pinggangnya terselip sebuah pedang indah berkepala burung Jatayu.
"Siapa namamu anak muda? Bagaimana kamu bisa sampai kemari dan bagaimana seorang manusia bisa masuk ke alam jin?" tanya Raja kepada setelah memperkenalkan dirinya.
"Nama hamba Arya paduka," setelah menjawab pertanyaan siapa namaku, aku melanjutkan dengan bercerita dari awal kenapa Aku bisa sampai kemari.
____
"Ya ya ya, aku paham Arya, secara normal, tidak mungkin juga kamu tiba-tiba muncul di alam jin beserta raga kasarmu. Biasanya orang yang Ngerogoh Sukmo pasti roh atau sukmanya saya yang bisa masuk ke alam jin.
Kalau seorang manusia berada di alam jin beserta tubuh fisiknya, kemungkinan besar orang tersebut tidak akan bertahan lama disini, di karenakan energi yang terkuras oleh alam jin, sehingga lama kelamaan orang itu akan kehilangan nyawanya," tandas sang Raja menjelaskan dengan rinci.
"Baiklah aku akan membantumu kembali ke alam manusia, tapi dengan satu syarat, setelah kamu sampai di alam manusia, pergunakanlah barang di kantong celanamu itu dengan bijak, jangan pergunakan untuk hal yang jahat," ucap raja tiba-tiba.
Deggg! (aku terkejut) "Bagaimana raja bisa tahu aku mengantongi cincin gak jelas d saku celanaku," batinku sambil keheranan.
Mendengar itupun aku langsung mengeluarkan cincin aneh yang ada d sakuku.
"Maksud paduka ini? Aku tidak tahu kenapa tiba-tiba barang ini ada padaku yang Mulia, aku juga tidak tahu apa kegunaan cincin ini?" sahutku sedikit penasaran.
"Mungkin itu sudah takdir dari yang Maha Kuasa nak, asal kamu tahu, itu adalah cincin RojoMolo. Cincin yang sama persis yang di pakai Bandung Bondowoso. Cincin itu mempunyai energi dan kesaktian yang sangat dahsyat, gunakanlah secara bijak dan nanti suatu saat kamu akan mengerti kegunaannya," ucap sang Raja menjelaskan kepadaku.
Saat Raja belum selesai menjelaskan, sekonyong-konyong munculah sebuah sosok dari udara kosong berdiri tepat di hadapan raja.
Sosok itu berpakaian serba putih lengkap dengan tongkat dari kayu yang di pegangnya untuk menyangga dia berdiri. Sosok itu berperawakan kakek tua dengan jenggot panjang dan rambut panjang putih yang di gulung keatas.
"Gu-guru?" panggil Sekar lirih.
Aku menoleh ke arah Sekar kemudian pandanganku berbalik ke sosok kakek tua itu.
"Salam hamba Paduka," sapa kakek tua itu sambil menunduk kepada Raja.
"Mohon maaf atas kelancangan hamba yang tiba-tiba datang kemari, hamba merasakan adanya kekuatan luar biasa dahsyat yang berasal dari aula pertemuan ini," sambung sang kakek.
"Hahaha, tidak apa-apa Resi, mungkin yang kau maksud itu kekuatan yang berasal dari cincin yang di bawa pemuda itu," sahut raja sembari menunjuk kearah ku.
Kakek tua itu berjalan menuruni tangga dan menuju kearahku, dengan tatapan ingin tahu, kakek itu menatap wajahku, lantas memandangi cincin yang aku pegang.
"Hmm, sudah kuduga ini cincin Rojomolo yang sudah lama sekali menghilang, ternyata pemuda ini yang mengembannya," kata kakek itu.
"Anak muda, sebaiknya kau gunakan cincin itu dengan baik d bijak, karena kekuatan cincin itu maha dahsyat, asal kau tau, cincin itu bisa dengan mudah mengendalikan segala sesuatu yang ada di alam tak kasat mata," ujarnya dengan sorot mata yang serius.
"Tak sembarang manusia atau makhluk dari jenis jin yang bisa menggunakan cincin itu, saat ini mungkin kau tidak mengerti kegunaannya, tapi suatu saat kau akan paham dan mengerti," lanjut si kakek tua itu.
Aku yang masih skeptis berusaha mengangguk pelan sembari mencerna sedikit demi sedikit wejangan dari si kakek.
"Aku tak bertanya kau mendapatkan cincin itu darimana dan siapa, mungkin itu semua sudah kehendak yang Maha Kuasa, bijaklah kelak kalau kau hendak menggunakannya anak muda, ini semua sudah takdir," timpal si kakek.
"Siapa namamu anak muda?" tanya kakek itu sambil tersenyum.
"Arya kek," jawabku pelan sambil menunduk.
Plaaaakkkkk
Tiba-tiba Sekar memukul kepalaku dari belakang. Aku terhuyung sedikit kedepan hampir jatuh dari tempat dudukku. Aku menoleh emosi ke arah Sekar.
"Kak kek kak kek! emang beliau kakekmu apa" bentak Sekar ketus.
"Hahaha, jangan begitu Sekar, kamu itu wanita, tak seharusnya memukul pria tanpa alasan yang jelas, wanita itu harus lemah lembut," ucap si kakek memberi nasihat kepada Sekar.
"Eheheh iya guru maaf," sahut Sekar salah tingkah.
Resi Arthasena menggeleng-gelengkan kepalanya lalu tatapannya kembali ke arahku.
"Aku Resi Arthasena, penasihat spiritual istana sekaligus guru dari gadis di sebalahmu," tunjuk Resi Arthasena kepada Sekar.
Aku mengangguk pelan sambil mengelus kepala belakangku bekas pukulan dari si Sekar.
"Apakah kau ingin segera kembali ke alammu Arya?" tanya Resi itu seraya memajukan sedikit wajahnya ke arahku.
"Iya kek Resi, aku tak tahu harus bagaimana selanjutnya," ucapku pasrah.
"Kamu jangan khawatir, 3 hari lagi adalah malam purnama, yang mana energi alam jin meningkat ke puncaknya dan portal dunia manusia akan terbuka, tunggulah, aku akan membantum," ucap Resi Arthasena meyakinkan.
"Kalau kau butuh pencerahan atau butuh sesuatu, temuilah aku bersama Sekar. Biarkan dia yang mengantar, dia tahu tempatku berada."
"Sekar, temani dia sampai hari itu tiba, baik-baiklah dengannya. Guru pamit dulu," pesan kakek Resi kepada Sekar seraya membalikkan badan menuju ke depan singgasana.
"Saya pamit undur diri Paduka, ada yang harus hamba kerjakan," ucap Resi sambil menundukkan kepala.
"Baiklah Resi, jaga dirimu," jawab Raja.
WUSSSHHHHH
Tiba-tiba Resi Arthasena menghilang di udara kosong di susul munculnya angin yang lumayan kencang berhembus kearah sekitar.
Ketika Raja hendak berdiri, dari kejauhan nampak seorang bapak tua yang dari tadi duduk di barisan kursi sebelah kanan paling ujung tiba-tiba ikut berdiri, membungkuk lalu mengangkat tangannya serasa minta di perhatikan oleh Raja.
Pak tua itu kelihatan normal seperti manusia pada umumnya, berjenggot hitam panjang berperawakan sedang, mengenakan pakaian hitam selutut, serta mengenakan batik terselempang di pundak sampai pinggangnya, dia mengenakan ikat kepala seperti udeng.
"Sebentar yang mulia," sahut pak tua itu menyela.
**********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Rusliadi Rusli
wawww....hebat
2023-08-23
0
Jimmy Avolution
Ayo....
2023-07-13
1