Sinar matahari terasa menghangatkan tubuh Callysta, begitupun hatinya. Hari ini terasa hangat, setelah badai datang menghantam hatinya yang luluh lantak menjadi puing-puing. Kini kembali dia tata perlahan, dimulai dari dirinya. Iya, Callysta mencoba mengedepankan dirinya bukan orang lain. Membahagiakan dirinya terlebih dahulu.
Sembari menyeruput Americano dingin, kaki Callysta yang terendam di kolam renang menciprat-cipratkan air. Handphone nya berbunyi beberapa kali, pesan dan panggilan dari Felix sudah tidak terhitung. Namun tidak satupun dibalasnya. Callysta asyik menonton youtube, channel Greatmind yang tengah dia tonton. Mencintai diri tanpa validasi orang lain, itulah judul yang tengah ditontonnya.
"Non, ada tamu." Suara pak Edo menyadarkan angan Callysta.
"Siapa pak?"
"Emm, itu pak Felix. Katanya gak mau pergi sampai non Callysta keluar."
"Oh gitu, yaudah pak. Biarin aja, biar dia nunggu aku. Coba tahan berapa lama."
"Baik non."
Callysta tidak memedulikan Felix, tak bergeming sedikitpun dari kolam renang. Dia sudah paham karakter Felix.
"Paling sejam atau dua jam juga udah pergi." gumam Callysta.
***
Di luar Felix menunggu dengan gelisah, handphonnya dibuka berkali-kali memastikan apa sudah dibaca atau dibalas oleh Callysta. Ternyata tidak satupun dibaca apalagi dibalas. Sudah hampir dua jam Felix menunggu Callysta di depan rumahnya, dia keluar masuk mobil untuk memastikan apakah Callysta mau keluar.
Tiba-tiba, telepon berdering. Segera dilihat oleh Felix. Ternyata panggilan dari Tara.
"Halo, beb. Kamu dimana?" tanya Tara dari seberang sana.
"Kenapa?" jawab Felix singkat.
"Beb, ini udah jam berapa? Kamu gak berangkat?"
"Nanti deh, aku datang telat."
"Kamu gak lupa kan beb, jam 10 ada rapat sama CEO dan direktur lain di perusahaan. Ini udah hampir jam 9 beb."
"Iya, oke. Aku on the way." Felix menyalakan mobilnya dan bergegas menuju kantornya.
Dari lantai dua, Callysta melihat mobil Felix pergi.
***
Rapat bulanan bersama CEO dan direktur lain, kali ini terasa berbeda pasalnya Felix tidak fokus dan bersemangat seperti biasanya. CEO PT. Leonade merupakan pak Leo Sasono yang juga bermitra dengan PT. Atmajaya milik pak Jaya Atmaja papi Callysta. Sebelumnya tentu, Felix mendapat letak khusus di hati CEO pak Leo karena hubungannya dengan pak Jaya sebagai menantunya. Namun, kini setelah mendengar berita perceraian putrinya bahkan kasus penyertanya KDRT dan selingkuh. Jelas membuat pak Leo mempertimbangkan lagi.
"Mohon maaf, untuk rapat bulanan ini ada beberapa yang ingin saya sampaikan." pak Leo sambil melirik sekilas pada Felix. Begitupun direktur lain yang ikut saling tatap.
"Saya berharap, di lingkungan perusahaan kita sehat. Tidak ada kejadian-kejadian yang merugikan perusahaan. Tolong pisahkan antara urusan pribadi dan perusahaan. Jalin relasi sebaik mungkin dengan mitra bisnis perusahaan kita. Apalagi perusahaan itu menjadi investor utama perusahaan kita. Paham ya?"
"Jika, saya melihat ada yang tidak beres. Tidak segan-segan jabatan kalian dipertaruhkan. Tidak mudah bukan untuk meraih jabatan kalian? Maka berhati-hatilah dalam bertindak. Jangan sampai merugikan perusahaan."
Felix merasa tersindir dengan ucapan pak Leo.
Orang di seluruh perusahasn mungkin sebagian sudah mengetahui bahwa Felix baru saja bercerai dengan tuduhan perselingkuhan dan KDRT. Bahkan orang-orang mengetahui hubungan Felix dan Tara.
Pak Leo tidak mengambil tindakan apapun pada Felix, karena kinerjanya baik. Dan kerjasama dengan perusahaan pak Jaya masih berjalan baik.
***
Di dalam mobil perjalanan pulang, Felix terlihat tidak peduli pada Tara. Wajahnya kusut, tidak satu patah katapun yang keluar dari mulutnya.
"Beb, kamu kenapa begitu mukanya?"
"Kenapa apanya?" jawab Felix ketus.
"Itu lho muka ditekuk, gak kayak biasanya."
"Gini ya, aku heran sama kamu. Kenapa waktu itu datang pas sidang. Bikin susah tau gak?"
"Lho, bukannya aku justru bantuin kamu ya?"
"Bantuin apanya? Namaku jadi buruk sekarang di kantor. Orang-orang ngira aku KDRT dan selingkuh."
"Mereka udah tau kali hubungan kita."
"What???? Ulah kamu ya? Jahat banget sih kamu."
"Lho lho, bukannya kamu yang pengen kita segera nikah ya? Kamu udah janji kan? Kalau udah cerai gini kan udah gak ada penghalang lagi. Lagian juga, mereka tuh bisa menilai sendiri. Tanpa perlu diperjelas tentang hubungan kita."
"Enggak enggak, gak gini caranya yang aku maksud. Ini menyudutkan aku banget. Merugikan aku."
"Udahlah, kamu fokus sama aku aja sekarang. Kapan kita mau tunangan?"
"Kita bahas lain kali aja,aku capek."
Mobil terus melaju kencang, Felix mengantarkan Tara sampai ke rumahnya. Di perjalanan pulang Felix membuka kaca jendela mobilnya. Menghirup angin yang berhembus. Banyak yang dikhawatirkan oleh Felix. Terutama kariernya, dia merasa keputusan bercerai bukanlah yang paling tepat. Karena kariernya akan terancam. Hubungan baik dengan pak Jaya harusnya dia jalin. Bukan malah, seperti ini. Bagaimana kalau kariernya hancur? Namanya hancur? Ah, pikiran semacam itu sangat menghantui Felix.
***
Suasana hati Callysta sudah semakin membaik dari sebelumnya, ia berencana untuk mengunjungi perusahan papinya. Sembari mempelajari hal-hal baru yang sudah lama terhenti.
"Pi, Callysta mau ikut ke kantor boleh?" pinta Callysta pada pak Jaya yang tengah mengunyah nasi merah, sarapan pagi ini.
"Boleh nak, kamu mau ke perusahaan boleh. Mau ikut mami lihat-lihat pabrik kosmetik yang baru menjalin mitra dengan perusahaan kita juga boleh." jawab pak Jaya sambil menatap istrinya bu Sinta.
"Iya mi? Ah, Lysta mau ikut mami aja deh. Siapa tau suka sama produknya, bisa di tester dulu."
"Iya iya, kamu bebas mau kemana. Buat ngisi waktu biar gak bengong mulu di rumah." bu Sinta menggoda Callysta.
Callysta mengikuti maminya mengunjungi pabrik kosmetik yang baru bermitra dengan perusahaan Atmajaya. Perusahaan milik papinya bergerak di bidang manufaktur, pemasaran produk di bidang konsumsi, seperti makanan ringan, minuman kemasan, kebutuhan pribadi dari mandi, cuci, perawatan tubuh dari rambut, kulit hingga kosmetik. Tentu, bermitra dengan banyak perusahaan besar lainnya. Sedangkan perusahaan milik pak Leo Pt. Leonade merupakan pemasok bahan baku pembuat bahan dasar sebagian produk.
Saat sampai perusahaan kosmetik, Callysta merasa tertarik dengan berbagai mavam inovasi produk baru yang dimiliki perusahaannya. Karena memang, Callysta cukup tertarik pada bidang kecantikan. Hanya saja, wajah dan fisiknya kurang mendukung itulah yang membuatnya merasa minder.
***
Sebuah mobil Fortuner terparkir di depan rumah Callysta, menghalangi mobil yang dikendarai Callysta dan bu Sinta yang akan masuk ke dalam rumah. Rasanya tidak asing, mobil yang terparkir itu. Seorang laki-laki turun dari dalam mobil, dan ternyata memang betul, Felix. Dia menghampiri mobil yang dikendarai Callysta.
"Aku mohon, maafin aku. Kita bicara baik-baik. Aku akui salah, tapi mohon maafin aku Lysta." Felix tidak peduli meski kaca mobil tertutup.
"Mi, gimana nih? Kita gak bisa masuk dong. Tapi aku males turun mi. Takut sih sebenernya. Tiap hari dia dateng ke rumah."
"Yaudah, mami aja yang turun. Kamu tetap di mobil, nanti langsung masuk aja sama pak Edo. Biar dia mindahin mobilnya dulu."
Bu Sinta bergegas turun dari mobil dan mencoba mengajak Felix berbicara.
"Begini nak Felix, sebelum kamu ngobrol sama Lysta alangkah baiknya mobil kamu pindahin dulu. Menghalangi jalan lho. Gak baik ya."
"Mobil aku pindah mi. Tapi mami janji, ijinin aku ngobrol dan ketemu sama Lysta. Aku nyesel mi, aku nyesel. Sungguh." Felix memelas dan membuat kesepakatan pada bu Sinta.
"Oke."
Akhirnya mobil di pindahkan, bu Sinta masuk ke dalam mobil. Pak Edo, membawa mobil ke dalam halaman rumah setelah pak satpam membukakan gerbang.
Felix mengikuti dari belakang, ikut memarkirkan mobilnya ke dalam halaman rumah sebelum gerbang di tutup. Segera dia menghampiri Callysta yang baru saja turun dari mobil.
"Lysta, dengerin aku. Aku minta waktu kamu sebentar aja."
Callysta menghentikan langkahnya.
"Please, jangan ganggu aku."
"Aku nyesel, aku minta maaf. Aku janji bakal berubah. Jangan begini caranya."
"Kenapa kamu malah nyudutin aku? Seolah-olah aku yang salah."
"Bukan gitu maksudku Lysta. Tapi aku gak mau kita berakhir seperti ini."
"Stop. Felix. Kamu sadar!!! Udah-udah, aku gak mau tau. Kamu selesein sendiri perasaan kamu itu. Aku muak bener-bener muak."
Callysta meninggalkan Felix, masuk ke dalam rumahnya.
"Udah nak, biarkan Callysta tenang sejenak. Kalo kamu sayang sama dia, ikhlaskan. Biarkan dia bahagia. Sekarang, kamu pulang."
Felix pulang dengan rasa kecewa, apa yang dia inginkan tidak terwujud. Harus bagaimana lagi caranya, agar dia mendapatkan hati Callysta kembali.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Sukliang
aku baca lg /Smile//Smile/
aku khilaf aku minta maaf aku dak ulangi lg
tp masih jln dg tara
2023-12-08
0
Sukliang
caranya ada felix, jamu jadi mayat duku baru callysta maafin
2023-10-26
0
Metro Kdw
.
2023-09-12
1