Draft

BAB 2

"Awwww...." Ameldita meringis ke sakitan.

"Hai apa kau bodoh kenapa kau sentuh dengan tanganmu, pakai sarung tangan." Sahut Alghi seraya meraih tangan sang gadis kemudian menatap netra yang penuh dengan buliran air mata, Ameldita menolehkan matanya ke samping tak berani bertatap muka, takut sekali kalau tuan muda mengenalinya.

Sementara Sari kesal sekali hatinya, dia saja selama setahun bekerja belum pernah bersentuhan dengan tuannya, hanya mengagumi dan menyukai dalam hati saja, eh anak baru yang jelek ini sudah bertingkah dapat sentuhan yang halus, menurut pandangan iri Sari tentunya.

"Eh sial kenapa jadi begini, beruntung sekali sijelek itu dapat pertolongan dari tuan muda tampan." geramnya dalam hati.

Ameldita berusaha menepis sentuhan Tuan muda didepannya, dia beringsut sambil berdiri, ternyata dibalik ke angkuhan dan ksombongan nya ada terselip kebaikan, walaupun terhadap seorang pelayan yang bisa dikatakan jelek dan hitam juga berkaca mata tebal, jauh dari kata menarik, masih berbelas kasih untuk menolongnya.

"Meldi tanganmu terluka, mari diobati dulu" Sahut bu Ani kepala pelayan disitu yang tadi sempat marah-marah.

"Terimakasih biar Meldi obati sendiri bu." jawab Meldi beranjak pergi ke kamarnya, sedih ternyata begini rasanya jadi tkw itu, tidak mudah untuk menjalaninya, harus mengorbankan segala perasaan. Biasa hidup serba dilayani dengan penuh kasih sayang, dan karena egonya yang tidak mau diatur orang tua akhirnya mengalami nasib seperti ini.

"Tok tok tok..." suara pintu diketuk, Meldi secepatnya mengusap air mata yang masih terus mengalir dan ia mencoba membuka pintu.

"Ya sebentar..." tepat didepan pintu ada bu Ani kepala pelayan disana.

"Meldi kamu dipanggil ke ruangan tuan muda, ayo cepat, semoga aja tidak disuruh ganti rugi atas pecahnya barang kesayangan tuan muda, mari ku tunjukkan ruang kerjanya" jelas Bu Ani.

"Tapi bu bukan aku yang memecahkannya, aslinya sumpah." sergah Meldi seraya mengang kat tangan kanannya.

"Ya tapi kamu yang saat itu ada ditempat Mel, jadi pasti kamu yang tersangka, semoga ja tuan muda tidak minta ganti rugi, soalnya tu barang harganya mahal" sahut bu Ani seraya melangkah dan Ameldita mengekornya.

Rasa takut dan deg degan jantungnya, sudah terbayang pasti akan kena murka sang tuan muda yang angkuh itu, mencoba pasrah dengan apa pun yang akan terjadi, menarik nafas kemudian menghembuskannya.

"Tok tok tok..." Bu Ani mengetuk pintu ruangan tuan muda nya.

"Yaaa masuk..." Terdengar suara bariton itu menyahut tanpa menoleh sedikit pun dia fokus saja ke laptop yang ada didepannya, etah apa yang dia kerjakan so sibuk.

"Tuan ini Ameldita pelayan baru." ujar bu Ani kemudian ia meninggalkan Ameldita, setelah melihat tuan muda memberi isyarat keluar.

Ameldita hanya pasrah saja atas apa pun yang akan terjadi, dia berdiri mematung sambil sesekali memegang kacamata tebalnya di naik turunkan, karena dia pun masih beradaptasi dengan penampilan barunya.

"Kamu tahu kesalahan kamu apa?" ucap Alghi tanpa menoleh sedikit pun, padahal yang sebenarnya dia sudah melirik dari sudut matanya ke arah penampilan cewe jelek yang berkulit hitam serta berkacamata tebal itu, namun etah kenapa dirinya seolah tertarik untuk mengerjai perempuan tersebut. Ya walau pun dia sudah tahu bahwa gadis itu tidak bersalah, karena melihat dari rekaman cctv, ternyata Sarilah pelakunya, si pelayan genit itu, sudah sering Sari mencoba mendekatinya, namun tak tertarik sama sekali.

"Maaf tuan Meldi tidak memecahkan benda itu, asli sumpah" jawab Ameldita seraya meremas kedua tangannya untuk menghilangkan gemetaran pada tubuhnya, ya karena bener-bener takut menghadapi amarah tuan muda angkuh itu.

"Kamu tidak bisa mengelak, semua orang melihat kamu yang ada ditempat saat barang kesayangan ku pecah, jadi harus bertanggung jawab, karena barang itu mahal, apa kamu tahu harganya berapa hah...1 Miliyar tahu, apa kamu bisa menggantinya?" Alghi menjelaskannya panjang kali lebar seraya menatap muka gadis itu yang terlihat shock bukan main. Etah kenapa Alghi ingin sekali membuat gadis itu kesal padahal sudah tahu kenyataan yang sebenarnya.

Deg jantung Ameldita seakan mau copot shock dan juga terkejut mendengar harga barang itu begitu pantastis, dan dia bingung harus ganti rugi dengan hal yang tidak dibuatnya, tentu saja dia malas untuk mengakuinya karena bukan perbuatannya."Ta ta pi tuan, jika anda tetap menuduh saya, baiklah tidak apa-apa walau pun saya tidak melakukannya, cuma untuk ganti rugi uang sebanyak itu dari mana coba, saya kan hanya bekerja sebagai art, gajih saya tak kan cukup untuk melunasinya, tolong pertimbangannya tuan."

"Tidak mau tahu, kamu harus ganti rugi, kamu bisa membayarnya dengan menjadi asisten pribadiku, melayani segala kebutuhanku setiap hari, jangan pernah telat, kalau saja kamu telat maka hukuman akan berlaku, paham..." jelas Alghi seraya melipat kedua tangannya didada dan bersandar di kursi ke banggaannya, dengan mata tajam menatap gadis yang nampak risau itu.

"Whatttttt....kenapa begitu tuan, aku aku..." suara Ameldita terbata-bata, bingung apa yang harus dikata, hanya bisa *******-***** jari tangannya sambil menatap wajah angkuh itu penuh dengan kebencian.

"Kenapa keberatan, bukannya itu sama saja dengan kamu bekerja sebagai art, sudah jangan protes sekarang kamu mulai kerja sebagai asistenku, siapkan semua pakaianku untuk pergi ke kantor." ucap Alghi seraya melengos pergi dari ruang kerjanya. Sementara Ameldita bingung dimana kamar tuan mudanya, untuk menyiapkan baju tentunya harus tahu lemari dan tempatnya, bodohnya dia tak bertanya.

Dia secepatnya lari kedapur menghampiri para pelayan yang sedang sarapan pagi. "Bu mau tanya disebelah mana ya kamarnya tuan muda, ku disuruh nyiapin pakaiannya, buat berangkat ke kantor, mulai sekarang ku disuruh jadi asisten pribadinya sebagai ganti rugi barang yang pecah tadi."

"Wah enak sekali kau ini, baru pertama kerja sudah di jadikan asistennya, ku aja pengen jadi asistennya tak kunjung juga." Sahut Sari mencibir dengan rasa iri.

"Ku juga tidak menginginkannya tapi kalau ga nurut ku harus ganti rugi sebanyak 1 miliyar darimana coba, terpaksa ku harus menjalaninya." Jelas Ameldita dengan wajah ditekuk.

"Sudahlah Meldi terima ja kenyataan, ayo ibu tunjukkan kamarnya." Ajak bu Ani, rupanya hanya bu Ani saja yang terlihat bersahabat dengannya.

Tentunya Alghi sudah menghubungi kedua orang tuanya yang sedang berada diParis menjalankan bisnisnya, dia meminta satu pelayan untuk dijadikan asisten pribadinya karena sejak Anton sang kaki tangan plus merangkap asisten menikah tak bisa lagi bekerja rodi lagi, karena harus membagi waktu dengan keluarga barunya.

Terpaksalah mengambil pelayan rumah tuk jadi asistennya, pucuk dicinta ulam pun tiba dengan memanfaatkan pelayan baru dan etah kenapa feelingnya mau dia yang menjadi asistennya padahal ga ada yang menarik dari gadis itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!