Chapter 4 | Mencoba jurus baru

Sepeninggal Selena, Felix duduk di kursi kebesarannya. Tangannya membuka laci yang berisi foto candid seorang wanita ketika masih duduk di bangku kuliah. Entah seperti apa rupanya hanya Felix yang tau.

“Sepertinya takdir mempertemukan kita untuk yang kesekian kalinya, aku harus berterimakasih pada Papa. Jika bukan karena dia yang menyuruhku untuk menggantikan tugasnya, aku tidak akan pernah bertemu mahasiswi se tangguh dirimu” gumam Felix tersenyum kecil seraya mengusap foto itu.

Kenangan nya kembali pada tiga tahun silam ketika ia menjadi dosen pengganti papa nya, tak lain adalah Dave Wilson. Selain memimpin perusahaan pria paruh baya itu juga menjadi dosen di salah satu fakultas ternama di kota Dubai. Tepatnya menjadi dosen jurusan management. Ilmunya pun ia wariskan pada sang putra, agar Felix nantinya mampu memimpin perusahaan yang ia bangun dari nol.

“Kamu cantik” puji Felix menatap wanita yang berada di dalam foto.

Tiba-tiba lamunan nya buyar seketika mendengar ketukan pintu dari luar. Ia pun kembali memasukkan foto itu ke dalam laci.

“Masuk!” Ucap Felix dengan nada datarnya.

Pintu ruangan pun terbuka, menampilkan sosok wanita paruh baya berjalan anggun menghampiri sang putra.

“Ada keperluan apa sampai Mama datang kemari” tanya Felix masih fokus dengan layar monitor. Lebih tepatnya malas menatap sang Mama.

“Tidak ada, Mama hanya ingin melepas rindu dengan mu. Kapan kau pulang ke mansion? Sudah tiga bulan kau tak pernah menemui Mama, apa kau tidak rindu?” Cecar Grace panjang lebar.

Felix menyunggingkan senyum miringnya.

“Untuk apa? Apa sepenting itukah aku bagi Mama selain kepentingan pribadi Mama sendiri?” Sindiran menohok itu keluar dari mulut Felix.

Dan Grace seketika mengubah raut wajahnya muram mendengar penuturan putranya sendiri.

“Jaga bicaramu Felix, Mama menemui mu untuk membicarakan masa depan mu” ujar Grace.

“Masa depan apa? Felix bisa menciptakan masa depan Felix sendiri, yang terbaik untuk Felix tentunya” ucap pria itu dingin.

“Ini juga demi kebaikan mu, Mama punya kenalan yang mungkin bisa kau jadikan kandidat sebagai calon istrimu. Mama yakin dia wanita yang baik” ucap Grace to the point.

Felix tersenyum miring, sudah ia duga. Topik kali ini tidak jauh dari perjodohan konyol.

“Simpan saja niat Mama mencari calon istri untuk ku. Aku tidak butuh itu. Sebaiknya Mama keluar sebelum aku habis kesabaran” titah Felix dingin.

“Felix, kedatangan Mama kemari tidak ingin berdebat dengan mu. Tolong hargai Mama sebagai orang yang melahirkan mu!” Sela Grace tak terima.

“Menghargai? Termasuk mencampuri urusan pribadi ku? Apa ini yang Mama maksud menghargai?!” Bentak Felix menatap nanar Grace.

“Ini semua demi kebaikan mu Felix! Tolong mengerti!” Sahut Grace tak kalah kerasnya.

Keduanya memiliki sifat sama-sama keras kepala. Maka dari itu Felix sedari kecil tidak terlalu dekat dengan ibunya melainkan dengan ayahnya, Dave. Karena yang bisa mengerti keinginan Felix hanya Dave. Grace selalu memaksakan kehendak nya sendiri demi mendapatkan apa yang ia inginkan tanpa memikirkan perasaan putranya.

Itu alasannya mengapa ia memilih tinggal terpisah dengan orang tuanya daripada berada satu atap dengan Grace.

“Mama saja tidak pernah mengerti keinginan ku, lantas kewajiban apa yang mengharuskan Felix mengerti keinginan Mama? Asal Mama tau, kau adalah ibu paling egois yang pernah Felix temui!” Ucap Felix dengan emosinya di ujung tanduk.

Penuturan itu membuat Grace limbung seketika. Tidak menyangka putranya akan melontarkan kalimat yang cukup membuatnya habis tak punya muka di depan darah dagingnya sendiri.

“Aku tidak peduli dengan apa yang Mama lakukan! Silahkan keluar!” Ucap Felix mengusir Grace.

“Baiklah. Tapi Mama akan tetap pada keputusan Mama” ujar Grace beranjak pergi meninggalkan ruangan Felix.

Pintu tertutup rapat, seketika raut wajah Felix berubah murka.

Aaargghhh!!!!

Pria itu berteriak frustasi, ia tak habis pikir mengapa ia memiliki ibu yang egois tingkat dewa. Bahkan ketika orang lain merasakan kasih sayang seorang ibu ia hanya bisa membayangkan. Felix sama sekali tidak pernah merasakan kasih sayang dari Grace, wanita itu terlalu acuh dan hanya fokus dengan kebahagiaannya sendiri.

Felix mengambil vas bunga dan melemparkan ke dinding.

Pyarrrr!!!!!

Ceklek!

“Astaga Pak Felix!” Teriak Selena terkejut melihat ruangan yang mewah itu berantakan.

Sementara Felix hanya diam dengan tatapan nanar menerawang ke atas.

“Kenapa jadi begini? Apa yang terjadi Pak?” Cecar Selena bingung dengan keadaan yang menimpa bosnya.

Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Felix.

Perlahan langkahnya mendekati Felix yang duduk termenung di kursi kebesarannya.

“Selena..” panggil Felix pelan.

“Ya?”

“Apa kau pernah merasakan kasih sayang dari orang tua mu? Terutama ibu mu?” Tanya Felix tiba-tiba.

Hal itu membuat Selena terdiam, apa yang di maksud atasannya ini? Apakah dia sedang mengalami masalah dengan keluarganya? Mungkin saja, pikir Selena.

“Ehmm.. pernah, tentu saja pernah. Tapi itu dulu, sekarang sudah tidak lagi” jawab Selena.

Seketika pandangan Felix mengarah pada sekretarisnya.

“Kenapa?” Tanya pria itu.

“Karena mereka sudah pergi meninggalkan ku sejak aku duduk di bangku SMA” ucap Selena tersenyum getir. Ingatannya kembali menerawang kesedihan nya delapan tahun silam.

“Maaf, aku tidak bermaksud membuka luka lama mu” ucap Felix merasa tidak enak mengusik masa lalu Selena.

Selena mengangguk mengerti.

“Itu artinya kau hidup sendiri selama ini?” Tanya Felix hati-hati.

Entah dorongan apa yang membuat pria itu tertarik lebih jauh dengan kehidupan orang lain apalagi ini sekretarisnya.

“Ya, seperti yang Bapak ucapkan” ucap Selena menahan airmatanya agar tidak keluar.

Oh ayolah Selena, jangan pernah tunjukkan sisi rapuh mu di depan manusia es ini. Batin Selena mendongakkan pandangannya ke atas agar air matanya tidak jatuh ke pipi.

Felix mengetahui itu. Ia terdiam sejenak, sama sekali tak menyangka wanita yang ia kira kuat dari luarnya ternyata menyimpan kesedihan cukup dalam. Ada sedikit rasa bersalah di hati Felix atas sikapnya pada Selena selama ini.

“Kalau boleh tau, apa penyebab kepergian orang tuamu?” Tanya Felix sedikit kepo.

Selena tampak menarik nafasnya dalam-dalam.

“Mereka meninggal karena insiden kecelakaan saat akan berangkat ke tokyo” ucap Selena setenang mungkin.

Felix tampak mangut-mangut mendengar jawaban dari sekretarisnya.

Hatinya sedikit tercubit mengingat usia gadis itu masih cukup muda baginya untuk menanggung beban hidup sendirian. Sebab usia mereka terpaut tiga tahun.

“Jangan khawatir, jika kau butuh sesuatu katakan saja. Saya dengan senang hati akan membantu mu” ucap Felix menenangkan Selena yang hampir saja menangis.

Eh tunggu, siapa yang frustasi siapa yang memberi ketenangan? Memang aneh atasannya satu ini, pikir Selena.

“Bukannya Bapak yang sedang di landa kesedihan, kenapa jadi Bapak yang menenangkan saya?” Tanya Selena merasa konyol.

“Tidak! Siapa yang bersedih?” Tanya balik Felix pada Selena.

“Lalu ini,ini dan ini apa?” Tunjuk Selena pada pecahan vas bunga yang berceceran di lantai.

“Tidak! Saya hanya mencoba jurus baru” sanggah Felix tak ingin terlihat lemah di depan sekretarisnya.

Selena menaikkan alisnya,

“Benarkah? Lalu kenapa tadi Bapak berteriak?” Cecar Selena masih tak percaya dengan alasan bos nya.

“Kau salah dengar Selena, sudah lah. Kembali ke ruangan mu. Satu jam lagi waktu istirahat. Kita makan di luar, ada sesuatu yang ingin saya bicarakan” ucap Felix tak ingin memperpanjang.

Seketika pikiran Selena mengarah pada misinya kali ini.

“Baiklah, saya permisi” ucap Selena berbalik pergi meninggalkan Felix.

Episodes
1 Chapter 1 | Teguran dari Felix
2 Chapter 2 | Mencium bau tidak beres
3 Chapter 3 | Memulai misi
4 Chapter 4 | Mencoba jurus baru
5 Chapter 5 | Meminta untuk tinggal bersama
6 Chapter 6 | Tinggalkan saja dia
7 Chapter 7 | Don’t judge book by the cover
8 Chapter 8 | Kecuali kamu
9 Chapter 9 | Salah tingkah
10 Chapter 10 | Saya lah obatnya Selena
11 Chapter 11 | Diam atau saya cium kamu
12 Chapter 12 | Lindungi dia
13 Chapter 13 | Masalah mu juga masalah saya
14 Chapter 14 | Kepulangan Juan
15 Chapter 15 | Kemarahan Dave
16 Chapter 16 | Tidak akan pernah melepaskan mu
17 Chapter 17 | Menunggu kepulangan Selena
18 Chapter 18 | Tangisan Selena
19 Chapter 19 | Apa aku mimpi?
20 Chapter 20 | Kedatangan Grace
21 Chapter 21 | Tinggal menjawab iya, apa susahnya?
22 Chapter 22 | Biasakan dengan panggilan itu
23 Chapter 23 | Apa yang kau suka dariku?
24 Chapter 24 | Pertengkaran Juan dan Elle
25 Chapter 25 | Memilih lawan yang salah
26 Chapter 26 | Pertemuan Felix dan Charlos
27 Chapter 27 | Cerita Charlos
28 Chapter 28 | Kesakitan Elle
29 Chapter 29 | Robert & Celline
30 Chapter 30 | Bertemu Grace dan Celline
31 Chapter 31 | Itu tidak akan terjadi
32 Chapter 32 | Bertemu Hans
33 Chapter 33 | Tamparan Grace
34 Chapter 34 | Rasa bersalah Felix
35 Chapter 35 | Pelajaran untuk Grace
36 Chapter 36 | Hari spesial
37 Chapter 37 | Yes, I will
38 Chapter 38 | Sedikit gugup
39 Chapter 39 | Aku mencintai mu Istriku
40 Chapter 40 | Berkunjung ke makam
41 Chapter 41 | Burj Khalifa menjadi saksi
42 Chapter 42 | Kenapa harus malu?
43 Chapter 43 | Rencana Robert
44 Chapter 44 | Kecurigaan Dave
45 Chapter 45 | Kekesalan Felix
46 Chapter 46 | Keterkejutan Grace dan Celline
47 Chapter 47 | Orang asing
48 Chapter 48 | Johan & Celline
49 Chapter 49 | Nomor Tidak Dikenal
50 Chapter 50 | Amplop cokelat dan foto USG
51 Chapter 51 | Ancaman Dom
52 Chapter 52 | Tangis bahagia sekaligus sedih
53 Chapter 53 | Sikap manja Selena
54 Chapter 54 | Salah paham
55 Chapter 55 | Bertemu Johan
56 Chapter 56 | Selena Hilang
57 Chapter 57 | Misi penyelamatan
58 Chapter 58 | Pertarungan
59 Chapter 59 | Akhir dari Johan
60 Chapter 60 | Pilihan yang berat
61 Chapter 61 | Celline yang malang
62 Chapter 62 | Aksi Grace
63 Chapter 63 | Ingin memutus tali dendam
64 Chapter 64 | Sedikit tidak fokus
65 Chapter 65 | Keberangkatan ke Jepang
66 Chapter 66 | Amarah Felix
67 Chapter 67 | Merasa Dejavu
68 Chapter 68 | Tidak ada jalan lain
69 Chapter 69 | Mengunjungi Resort
70 Chapter 70 | Terungkapnya Masa lalu
71 Chapter 71 | End
72 Promo Novel Baru
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Chapter 1 | Teguran dari Felix
2
Chapter 2 | Mencium bau tidak beres
3
Chapter 3 | Memulai misi
4
Chapter 4 | Mencoba jurus baru
5
Chapter 5 | Meminta untuk tinggal bersama
6
Chapter 6 | Tinggalkan saja dia
7
Chapter 7 | Don’t judge book by the cover
8
Chapter 8 | Kecuali kamu
9
Chapter 9 | Salah tingkah
10
Chapter 10 | Saya lah obatnya Selena
11
Chapter 11 | Diam atau saya cium kamu
12
Chapter 12 | Lindungi dia
13
Chapter 13 | Masalah mu juga masalah saya
14
Chapter 14 | Kepulangan Juan
15
Chapter 15 | Kemarahan Dave
16
Chapter 16 | Tidak akan pernah melepaskan mu
17
Chapter 17 | Menunggu kepulangan Selena
18
Chapter 18 | Tangisan Selena
19
Chapter 19 | Apa aku mimpi?
20
Chapter 20 | Kedatangan Grace
21
Chapter 21 | Tinggal menjawab iya, apa susahnya?
22
Chapter 22 | Biasakan dengan panggilan itu
23
Chapter 23 | Apa yang kau suka dariku?
24
Chapter 24 | Pertengkaran Juan dan Elle
25
Chapter 25 | Memilih lawan yang salah
26
Chapter 26 | Pertemuan Felix dan Charlos
27
Chapter 27 | Cerita Charlos
28
Chapter 28 | Kesakitan Elle
29
Chapter 29 | Robert & Celline
30
Chapter 30 | Bertemu Grace dan Celline
31
Chapter 31 | Itu tidak akan terjadi
32
Chapter 32 | Bertemu Hans
33
Chapter 33 | Tamparan Grace
34
Chapter 34 | Rasa bersalah Felix
35
Chapter 35 | Pelajaran untuk Grace
36
Chapter 36 | Hari spesial
37
Chapter 37 | Yes, I will
38
Chapter 38 | Sedikit gugup
39
Chapter 39 | Aku mencintai mu Istriku
40
Chapter 40 | Berkunjung ke makam
41
Chapter 41 | Burj Khalifa menjadi saksi
42
Chapter 42 | Kenapa harus malu?
43
Chapter 43 | Rencana Robert
44
Chapter 44 | Kecurigaan Dave
45
Chapter 45 | Kekesalan Felix
46
Chapter 46 | Keterkejutan Grace dan Celline
47
Chapter 47 | Orang asing
48
Chapter 48 | Johan & Celline
49
Chapter 49 | Nomor Tidak Dikenal
50
Chapter 50 | Amplop cokelat dan foto USG
51
Chapter 51 | Ancaman Dom
52
Chapter 52 | Tangis bahagia sekaligus sedih
53
Chapter 53 | Sikap manja Selena
54
Chapter 54 | Salah paham
55
Chapter 55 | Bertemu Johan
56
Chapter 56 | Selena Hilang
57
Chapter 57 | Misi penyelamatan
58
Chapter 58 | Pertarungan
59
Chapter 59 | Akhir dari Johan
60
Chapter 60 | Pilihan yang berat
61
Chapter 61 | Celline yang malang
62
Chapter 62 | Aksi Grace
63
Chapter 63 | Ingin memutus tali dendam
64
Chapter 64 | Sedikit tidak fokus
65
Chapter 65 | Keberangkatan ke Jepang
66
Chapter 66 | Amarah Felix
67
Chapter 67 | Merasa Dejavu
68
Chapter 68 | Tidak ada jalan lain
69
Chapter 69 | Mengunjungi Resort
70
Chapter 70 | Terungkapnya Masa lalu
71
Chapter 71 | End
72
Promo Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!