“Permisi pak” sapa Selena membuka handle pintu ruangan Felix. Gadis itu berjalan dengan anggun, sesuai pembawaan kepribadian Selena yang terbilang cukup dewasa.
Namun Felix hanya melirik sekilas dan kembali memfokuskan pandangannya ke layar monitor.
Pria dingin itu sama sekali tak menoleh.
“Ini berkas yang Bapak minta” ucap Selena menyerahkan setumpuk dokumen ke atas meja Felix.
Tidak ada sahutan dari bibir Felix, ia masih fokus dengan kegiatannya.
Merasa di abaikan, Selena menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan.
“Silahkan di tanda tangani Pak” ucap Selena sekali lagi.
“Hmm”.
Hanya itu yang keluar dari mulut Felix. Matanya tetap tertuju pada layar monitor.
Astaga sabar Selena, jika dia bukan sumber pendapatan ku. Sudah aku jambak rambutnya sampai botak! Rutuk Selena dalam hati.
“Apa kau sudah selesai dengan tugas mu?” Tanya Felix melirik sekilas ke arah Selena.
“Sudah Pak, kalau begitu saya pamit undur diri. Permisi” ucap Selena berdiri dan membungkukkan badannya dengan sopan.
Meskipun bos nya menyebalkan, namun Selena tetap menghormatinya sebagai atasan. Dia hanya menanamkan nilai-nilai yang di ajarkan oleh kedua orang tuanya sejak kecil.
“Tunggu..”
Seketika suara Felix menghentikan langkah kaki Selena. Gadis itu berbalik menatap bos nya.
“Ya, kenapa Pak?” Tanya Selena menaikkan sebelah alisnya. Ada perasaan was was di dalam pikiran Selena, mengingat terakhir kali ucapan Felix sesaat setelah menegurnya.
“Setelah rapat nanti, temui saya di ruangan ini. Ada sesuatu yang ingin saya bahas” ucap Felix kemudian.
”Ohh, itu. Tapi Bapak tidak jadi memotong gaji saya bulan ini kan?” Tanya Selena dengan hati - hati.
Felix mengerutkan jidatnya,
“Maksud mu kau benar-benar ingin ku potong gajimu, begitu? Kalau iya dengan senang hati akan saya lakukan” ucap Felix membuat kedua mata Selena membola.
Selena menggeleng kuat,
“Ah tidak! Jangan Pak, saya mohon jangan potong gaji saya. Saya akan melakukan apapun yang Bapak minta asalkan gaji saya tetap utuh” melas Selena mengatupkan kedua telapak tangannya di depan dada.
Melihat reaksi Selena, seketika Felix tersenyum smirk.
“Benarkah? Apa kau yakin ingin menuruti semua perintah ku?” Tanya Felik menaikkan sebelah alisnya.
Selena menganggukkan kepalanya.
“Ya, saya berjanji” ucap Selena bersungguh sungguh. Gila saja jika ia kehilangan separuh gajinya, bisa-bisa dia tidak bisa membeli barang yang ia incar sekian purnama lamanya.
“Oke bagus! Saya tidak akan memintanya sekarang, tapi nanti jika sudah waktunya” ucap Felix tersenyum devil.
“Baik Pak, jika sudah tidak ada yang Bapak sampaikan saya permisi dulu” pamit Selena.
“Ya” singkat Felix.
Seperti biasanya, kata-kata emas itu tidak luput setiap harinya. Bahkan Selena menganggapnya sebagai asupan sehari-hari.
Tapi apa barusan perkataan nya tidak sedikit berlebihan? Yang benar saja dirinya menuruti semua kemauan manusia es itu, bagaimana kalau dia meminta hal yang aneh-aneh?
“Ah masa bodoh, yang penting gaji ku bulan ini aman” gumam Selena melanjutkan langkahnya.
Setengah jam berlalu, kini semua jajaran penting di perusahaan tengah melaksanakan rapat bulanan.
Felix dan Selena tiba di ruangan rapat itu dan duduk saling bersebelahan. Seketika ruangan tampak hening.
Aura yang diciptakan oleh Felix begitu kuat, tidak ada satu manusia pun yang berkutik di dalam ruangan itu.
Tatapannya lurus kedepan, tidak pernah sekalipun Felix menundukkan pandangannya. Wibawa yang dimiliki oleh pria itu sangat-sangat mendominasi.
Tiba saatnya pembukaan, Felix dengan gagah melakukan sambutan selaku CEO di perusahaan ini.
Kalimat demi kalimat begitu fasih dan lancar terdengar merdu di telinga para karyawan. Tak jarang banyak yang mengaguminya diam-diam karena suara maskulin yang Felix miliki membuat para kaum hawa terhipnotis.
Tiba di pokok pembahasan. Satu persatu dewan direksi melaporkan segala input dan output data perusahaan selama satu bulan terakhir.
Selena mendengarkan dan mencatat semua hasil laporan dengan cermat.
Gadis itu sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini, bahkan untuk menghadapi klien luar negeri pun Selena lebih dari kata mampu.
Felix memang tidak pernah salah memilih partner kerja, sebab seleksi waktu itu sangat ketat. Dari sekian ribu pelamar hanya 10 yang lolos, dan Selena salah satu diantara mereka yang berhasil lolos dari qualifikasi.
Satu jam kemudian rapat selesai. Felix segera keluar dari ruangan itu lebih dulu di ikuti Selena di belakangnya.
“Langsung saja ke ruangan saya” titah Felix tanpa menoleh.
“Baik Pak” sahut Selena mengekori Felix.
Sesampainya di ruangan Felix, Selena langsung duduk di hadapan bos nya. Dalam hatinya ia begitu penasaran apa yang akan pria dingin ini bahas. Kelihatannya sangat genting. Pikir Selena.
Sambil menetralkan detak jantungnya, Selena memberanikan diri untuk bertanya terlebih dahulu, sebab Felix masih saja bungkam.
“Ngomong-ngomong hal apa yang ingin Bapak sampaikan?” Tanya Selena.
Felix mengubah posisi duduknya menjadi tegap.
“Begini, saya ada tugas baru untuk mu..” ucap Felix menjeda kalimatnya membuat Selena semakin penasaran.
“Sejak dua bulan terakhir saya merasa janggal dengan laporan keuangan yang tidak sesuai dengan anggaran pengeluaran, apa kamu tidak merasakannya Selena?” Pertanyaan itu keluar dari bibir Felix, terdengar seperti mengintimidasi. Selena sangat tahu maksud dari atasannya, ia meminta agar dirinya lebih peka dengan suatu hal.
“Ya, sebenarnya saya juga sudah curiga. Tapi saya tidak punya keberanian lebih untuk membicarakan hal ini pada Bapak” jawab Selena.
“Its oke, dan saya ingin meminta bantuan mu” ucap Felix menautkan jarinya di atas meja.
Selena menaikkan sebelah alisnya,
“Apa itu?” Tanya gadis itu.
“Tolong selidiki manager keuangan, saya mencium bau tidak beres sejak rapat berlangsung” ucap Felix dengan mimik wajah serius.
“Saya? Kenapa harus saya? Kenapa tidak orang suruhan Bapak saja yang melakukannya?” Tanya Selena merasa heran.
“Kamu berani menolak perintah saya?” Ketus Felix tidak suka dengan jawaban Sekretarisnya.
“B-bukan begitu maksud saya Pak, tapi kenapa harus saya? Apa yang membuat Bapak yakin menugaskan saya dalam misi ini?” Cecar Selena merasa bingung dengan keputusan atasannya. Padahal tinggal menyuruh orang suruhannya saja gampang kan?
“Siapapun itu saya berhak memilih Selena, kamu tidak perlu tahu apa alasan saya memilih kamu untuk menjalankan misi ini, saya akan menambah bonus mu dua kali lipat jika kau bersedia menerima tugas ini” ucap Felix.
“What?” Cicit Selena membeo.
Tapi ada untung nya juga kan bagiku? Kapan lagi aku menerima tawaran semenguntungkan ini, apa aku coba saja ya? Siapa tahu berhasil! Gumam nya dalam hati.
“Bagaimana, apa kamu bersedia dengan tawaran saya?”
“Emm.. baiklah, akan saya coba. Tapi jika saya gagal bagaimana?” Tanya Selena setengah ragu.
Dia merasa ini bukan bagian dari keahliannya. Dia kuliah mengambil jurusan managemen, bukan detektif. Ada ada saja memang.
“Bagaimana kamu bisa lolos seleksi menjadi karyawan di perusahaan ini jika mencoba saja belum kau sudah mengatakan kegagalan?” Sindiran telak keluar dari mulut Felix.
Ya, Felix tetaplah Felix. Bukan Felix namanya jika tidak melontarkan kata-kata pedas.
Seketika Selena di buat kicep dengan kalimat itu.
“Ah baiklah! Saya setuju!” Ucap Selena pada akhirnya.
Sontak hal itu membuat Felik tersenyum samar.
“Bagus! Pilihan yang tepat” ucap Felix.
“Lalu apa yang harus saya lakukan kedepannya?” Tanya Selena kemudian.
“Kamu tidak perlu pusing, cukup lakukan saja arahan dari saya. Dan misi ini di mulai besok!” Ucap Felix.
“Apa??! Secepat itu?” Tanya Selena shock.
“Kenapa? Jangan bilang kamu belum siap! Saya tidak mau ada tikus di kantor ini yang akan merugikan perusahaan, mengerti?!” Ucap Felix dengan suara beratnya.
Tidak ingin menambah emosi sang atasan, Selena memilih mengiyakan.
“Baiklah baiklah” putus Selena pada akhirnya.
“Bagus! Kau boleh keluar sekarang” titah Felix dengan nada ketus.
“Baik, permisi” pamit Selena.
Sepeninggal Selena, Felix tersenyum puas menampakkan ekspresi senangnya.
“Aku tidak sia-sia dalam memilih partner kerja” ucapnya tersenyum devil. Entah apa yang sedang pria itu rencanakan. Hanya Felix dan author yang tau.
Sesampainya di dalam ruangan Selena menjatuhkan tubuhnya di sofa. Otaknya tidak bisa berfikir jernih saat ini.
Semua ini gara-gara Felix si manusia es itu! Aaargghh!! Jeritnya dalam hati.
****
Hai semua! Mohon maaf jika terdapat typo dalam bacaan.. jangan lupa like dan pencet tombol ❤️
selamat membaca, semoga kalian suka!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments