Malam harinya di kediaman keluarga Wilson. Sepasang pasutri paruh baya tengah berbincang hangat di ruang keluarga.
“Kau serius ingin menjodohkan putra mu?” Tanya Dave Wilson pada istrinya.
Wanita paruh baya itu tengah mengunyah makanan ringan yang di sajikan para maid.
Mendengar penuturan dari sang suami. Ia menghentikan sejenak aktifitas nya.
“Kenapa tidak? Apa Papa keberatan?” Tanya Grace Wilson menatap wajah tampan suaminya yang kini di tumbuhi bulu-bulu halus di sekitar rahangnya.
Grace tak menampik, walaupun pernikahan nya selama hampir tiga puluh tahun namun ia akui jika sampai saat ini ia masih sangat terpesona dengan ketampanan suaminya.
“Bukan begitu, aku hanya takut Felix tidak menerima perjodohan itu. Kau tahu sendiri bukan bagaimana tabiat putramu? Tidak ada seorangpun yang bisa mengatur kehidupannya, bahkan kita sendiri sebagai orang tuanya” tutur Dave memberi pengertian pada istrinya.
Bukan tanpa alasan Dave berkata seperti itu, ia hanya ingin hubungannya dengan putranya baik-baik saja. Jika mereka kekeh tetap menjodohkan Felix dengan wanita pilihan mereka maka Dave tidak yakin jika Felix mau menerimanya. Ia tahu betul sifat putra tunggalnya itu.
Lagi pula, Dave tidak ingin membebani kehidupan putranya dengan tuntutan apapun. Sudah cukup baginya selama ini melimpahkan segala urusan perusahaan pada putranya hingga Felix kehilangan masa mudanya.
Grace menghembuskan nafasnya dengan berat, ia sudah menduga ini. Suaminya itu tidak akan berpihak padanya.
“No problem Pa, jika Papa tidak setuju dengan keputusan Mama biar Mama sendiri yang bicara dengan Felix. Mama yakin perlahan anak itu pasti menuruti ucapan Ibunya” sahut Grace dengan begitu yakin.
“Terserah Mama, Papa tidak akan ikut campur jika Felix tidak terima dengan keputusan Mama. Dari awal sudah Papa peringatkan” tutur Dave dengan muka pasrahnya. Ia begitu malas berdebat soal perjodohan konyol itu. Dave sendiri yakin jika putranya itu mampu menemukan pasangan hidup pilihannya sendiri.
Dave pun beranjak pergi meninggalkan Grace di ruang keluarga sendirian. Grace hanya mengamati punggung suaminya yang perlahan menjauh. Wanita paruh baya itu mengendikkan bahunya acuh, tak mau memikirkan hal yang tidak penting menurutnya.
Sementara itu, Selena yang masih kacau dengan pikirannya kini mencoba mengalihkan sejenak. Gadis itu meraih ponselnya di atas nakas mencari nomor kekasihnya.
Sedetik kemudian ia mendial nomor pria itu.
Tut.. tut..
“Lama banget sih,” gumam nya menatap layar ponselnya tanda berdering.
“Ya halo sayang” akhirnya sang empu menjawab panggilan gadis itu.
“Kemana aja sih, kamu sibuk banget ya? Sampai-sampai tidak sempat membalas pesan ku, mengirim kabar pun tidak” sahut Selena dengan wajah di tekuk.
“Kamu kan tahu sendiri sayang bagaimana sibuknya aku, ini saja kebetulan sedang delay. Maaf ya aku jarang kasih kabar ke kamu” ucap Pria itu sedikit kasihan pada Selena. Ia menyadari selama ini tidak pernah meluangkan waktu untuk pulang bahkan cuti untuk sekedar menemui kekasihnya itu.
“Ya tapi masa nggak ada waktu luang sama sekali sih? Ya kali kamu kerja nonstop tanpa jeda, memangnya robot” gerutu Selena mengeluarkan kekesalannya.
“Ya ada, tapi memang aku tidak sempat membuka ponsel, minggu depan semoga saja aku bisa pulang. Karena seminggu ini jadwal ku full sekali sayang” ujar Juan merasa tidak enak terhadap kekasihnya.
“Beneran? Nggak bohong kan?” Tanya Selena antusias.
“Iya, aku nggak janji tapi akan ku usahakan” jawab Juan setengah ragu. Seperti ada hal yang mengganggu pikirannya.
“Hufhttt! Ujung-ujungnya paling juga gagal” desah Selena sedikit putus asa.
“Jangan gitu dong, kalo kamunya aja nggak yakin gimana aku? Kamu cukup semangatin aku aja, biar bisa cepet pulang dan kita liburan bareng” tutur Juan menenangkan Selena agar lega.
Liburan? Menarik juga, tapi apa aku bisa mengambil cuti untuk liburan? Kayaknya mustahil. Batin Selena menangis dalam hati. Ia jadi teringat misi yang di berikan Felix pagi tadi. Seketika bayangan liburan terhempas begitu saja.
“Gimana sayang, kamu mau kan?” Tanya Juan pada kekasihnya sebab tak ada respon yang keluar dari bibir Selena.
“Oke baiklah, aku tunggu kepulangan mu. Awas saja kalo sampe nggak jadi” ancam Selena dengan raut wajah cemberut.
“Iya.. iya.. udah dong jangan cemberut gitu, kamu makin cantik aku jadi gak kuat liatnya” ucap Juan menggombali kekasihnya.
“Ck! Bisa aja kamu” decak Selena salah tingkah dengan pujian kekasihnya.
“Yaudah aku tutup dulu telpon nya ya, udah mau take off nih” pamit Juan pada Selena.
“Ih kok cepet amat sih padahal aku masih kangen” rengek Selena tak terima.
“Nanti kalo aku udah landing aku hubungi lagi okay?” Ucap Juan tidak ingin melihat wajah sedih kekasihnya. Jujur saja dirinya merasa tidak tega, tapi apa boleh buat? Memang ini resiko nya.
Mendengar hal itu Selena seperti di terpa angin segar, ia menganggukkan kepalanya.
“Yaudah, safe flight capten!” Ucap Selena dengan penuh semangat membuat Juan tersenyum gemas.
“Bye, love you” ucap Juan
“Me too” balas Selena, kemudian panggilan berakhir.
Selena berguling-guling di atas kasurnya. Mood nya kembali membaik setelah berhasil melepas rindu dengan Juan.
Sudah enam bulan lamanya mereka tidak bertemu bahkan hanya sekali dua kali bertukar kabar. Entah apa yang membuat Juan tidak sempat menghubunginya, terkadang Selena sendiri merasa aneh. Tapi dia tidak ingin berpikiran negatif terhadap kekasihnya.
Keesokan paginya Selena terbangun lebih awal dari biasanya. Gadis itu bersiap pergi ke kantor menapaki tangga.
Rumah nya masih kosong belum ada tanda-tanda aktifitas, mungkin saja pelayan part time nya belum datang.
Ya, Selena tidak menempatkan pelayan tetap di rumahnya dengan alasan ia tidak ingin privasi nya terganggu. Selama ini dirinya cukup tertutup dan waspada terhadap orang asing. Pelayan itu hanya bekerja di pagi hari sampai sore saja.
Mobilnya melaju meninggalkan area rumah menuju gedung perusahaan Wilson Corp.
Felix yang baru saja tiba bersamaan dengan mobil Selena yang parkir di sebelah sisi mobil milik atasannya. Hal itu karena Felix sendiri yang memintanya agar tidak pusing mencari Sekretaris jika sewaktu-waktu ia perlukan.
Selena keluar dari mobil dan melangkahkan kakinya mendekati Felix.
“Selamat pagi Pak” sap Selena membungkuk hormat.
“Ya, kau sudah siap?” Tanya Felix melepas kaca mata yang bertengger di batang hidungnya.
Selena terdiam seketika, sejenak gadis itu terkesima dengan ketampanan bos nya. Sedetik kemudian ia sadar.
Astaga Selena! Bisa-bisanya kau mengagumi bos dingin mu itu? Sadar kau sudah punya Juan, lagi pula siapa juga yang mau dengan lelaki es sepertinya. Gumam Selena dalam hati.
“Selena!” Panggil Felix karena kesal tidak ada jawab dari sekretarisnya.
“Ah iya! Saya siap” ucap Selena spontan.
Ia menepuk jidatnya sendiri, tanpa sadar ia mau tak mau melakukan tugasnya mulai pagi ini.
“Bagus! Ikut saya” titah Felix berjalan diikuti Selena.
Sampai di ruangan nya, Felix duduk di sofa di susul oleh Selena.
“Saya tidak ingin panjang lebar Selena, jadi pasang telinga mu baik-baik. Dengarkan ini..” ucap Felix serius.
Selena hanya memperhatikan bosnya.
“Buat manager itu berurusan dengan mu, setelah kamu rasa dia akrab dengan mu gunakan kesempatan itu untuk menggali apa saja yang ia lakukan di luar prosedur peraturan perusahaan” jelas Felix pada Selena.
Selena tmapak berpikir, lalu gadis itu pun mengangguk paham.
“Baik, akan saya lakukan. Ada lagi Pak?” Tanya Selena
“Cukup, untuk sementara itu saja. Lakukan dengan baik, buat akting mu se natural mungkin jangan sampai dia menaruh curiga padamu” ucap Felix.
“Baik. Tapi jika terjadi sesuatu terhadap saya apa Bapak akan bertanggung jawab?” Tanya Selena mengantisipasi. Dirinya tidak ingin jatuh sendirian.
“Kamu tenang saja, apapun yang kamu butuhkan semua saya yang menjamin, termasuk keselamatan dan bantuan apapun” ucap Felix menatap kedua netra Selena sungguh sungguh.
Merasa puas dengan perkataan Felix akhirnya Selena mengangguk lega.
“Terimakasih, kalau begitu saya akan memulai misi ini sekarang juga” ucap Selena pamit undur diri.
“Ya, semoga berhasil” ucap Felix tanpa sadar memberi dorongan pada Selena.
Hal itu membuat Selena bingung, tumben si manusia kulkas itu care dengan bawahannya. Ini pertama kalinya mereka berada di jalur dan tujutan yang sama.
‘Ah paling juga karena dia masih membutuhkan tenaga ku kan dia berkata seperti itu’ batin Selena acuh.
***
Jangan lupa like dan pencet tombol ❤️
Selamat membaca🫶🏻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments