Jingga datang menemui tante Miranda di tempat yang sudah ditentukan, yaitu sebuah restoran mewah. Jingga menunggu di salah satu meja yang sudah disiapkan untuknya. Tante Miranda yang baru saja datang langsungbduduk di kursi yang ada di hadapan Jingga, tak lama kemudian ia mengeluarkan sebuah amplop berisi surat perjanjian dan langsung menaruhnya di meja, di hadapan Jingga. Jingga tampak bingung.
"Ini surat perjanjian, bacalah dan tanda tangani kalau kamu menyetujuinya!" ucap tante Miranda.
Jingga membaca surat perjanjian itu dengan hati-hati, jantungnya berdebar sedikit lebih kencang dari sebelumnya karena ia tidak pernah mengadakan perjanjian untuk hal seperti ini. Mata Jingga memang tertuju pada setiap tulisan yang ada di surat perjanjian itu tapi pikirannya terus berputar memikirkan tentang keputusannya ini, ia masih merasa ragu dengan keputusannya.
"Menjaga dan merawat Kovu selama yang dibutuhkan..." gumam Jingga pelan.
"Aku akan menjadi istrinya, sudah sewajarnya aku merawat suamiku, rasanya sangat aneh hal seperti ini harus dituliskan dalam perjanjian!" ucap Jingga dalam hati.
"Bagaimana?" tanya tante Miranda tiba-tiba, suara membuat Jingga tersadar dari lamunannya.
"Ah iya, bu!" sahut Jingga gugup.
"Apa kamu menyetujuinya?" tanya tante Miranda lagi. Jingga menetap tante Miranda dengan seksama.
"Kalau kamu tidak menyetujuinya, kita batalkan saja perjanjian ini dan aku akan memproses kasus ini secara hukum!" tukas tante Miranda tiba-tiba, ia terlihat kesal karena Jingga tidak juga menandatangani surat perjanjian itu.
"Eh! Sa.. Saya menyetujuinya, bu! Saya akan menandatangani perjanjian ini!" seru Jingga kikuk. Jingga akhirnya menandatangani perjanjian itu.
...
Tante Miranda mengajak Jingga datang ke ibadah pemakaman kedua orang tua Kovu di rumah duka termewah.
"Selamat sore bapak dan ibu sekalian!" sapa tante Miranda kepada para tamu dengan menggunakan microphone, semua tamu yang berada dalam ruangan itu memperhatikan tante Miranda termasuk Jingga.
"Mungkin waktunya kurang tepat untuk menyampaikan hal ini, tapi saya harus mengumumkan hal ini sesegera mungkin!" lanjutnya.
"Minggu depan saya akan mengadakan pernikahan secara tertutup untuk keponakan yang paling saya sayangi, Kovu Coasono!" ungkap tante Miranda. Pengumuman dari tante Miranda itu membuat hampir seluruh tamu yang berada di ruangan itu terkejut, seketika suasana di dalam ruangan itu menjadi riuh.
"Mungkin untuk bapak dan ibu sekalian hal ini tidak seharusnya dilakukan secepat ini, tapi saya ingin ada seseorang yang menjaga keponakan saya itu dengan sangat baik dan tulus." terang tante Miranda.
"Tidak ada yang lebih tulus daripada perhatian seorang istri kepada suaminya, makanya saya ingin segera menikahkan Kovu dengan wanita yang dicintai dan mencintainya!" tambahnya. Mendengar ucapan tante Miranda itu, jantung Jingga berdebar dengan sangat kencang hingga membuat dadanya terasa sesak. Jingga menundukkan kepalanya.
"Dicintai dan mencintainya? Kami bahkan tidak saling mengenal!" batin Jingga.
"Nona Jingga, kemarilah!" panggil tante Miranda. Jingga menghampiri tante Miranda. Begitu Jingga berada di dekatnya, tante Miranda langsung merangkul Jingga, dan seketika sebuah cuplikan dari rekaman CCTV ketika Jingga berinteraksi untuk pertama kalinya dengan Kovu muncul pada layar proyektor. Jingga sangat terkejut, ia tidak menyangka tante Miranda menyiapkan video itu. Dengan tambahan sebuah alunan musik romantis, interaksi antara Jingga dan Kovu yang sebenarnya hanya sebuah interaksi biasa jadi terasa berbeda.
"Mereka sudah saling mencintai sejak lama." ucap tante Miranda tiba-tiba. Jingga tersentak mendengar ucapan tante Miranda itu.
"Hanya saja karena perbedaan status sosial sehingga kakak dan kakak iparku tidak merestui perasaan mereka." Cerita tante Miranda semakin menjadi-jadi, Jingga benar-benar tidak menduga kalau tante Miranda akan berbuat sejauh itu.
"Tapi saya akan mewujudkan impian keponakan yang sangat saya sayangi untuk bisa menikah dengan wanita pujaan hatinya!" seru wanita 50 tahunan itu.
"Pujaan hatinya?" gumam Jingga.
"Bu!" tegur Jingga pelan, ia merasa tidak nyaman dengan semua yang dilakukan tante Miranda itu. Tante Miranda menatap Jingga dengan seksama, tapi perlahan ia mendekatkan mulutnya ke telinga Jingga.
"Ikuti saja apa yang kukatakan!" bisiknya. Jingga terdiam.
"Dan untuk sementara, nona Jingga yang akan menggantikan posisi Kovu di perusahaan!" seru tante Miranda. Sekali lagi, ucapan tante Miranda membuat Jingga terkejut.
Ibadah pemakaman pun selesai, tiba saatnya untuk Jingga menaburkan bunga ke dalam peti kedua calon mertuanya itu, tapi tiba-tiba saja tante Miranda mendekatinya dan berbisik,
"Berpura-puralah menangis, itu akan membuatmu diperhatikan oleh rekan-rekan bisnis orang tua Kovu!" Jingga tersentak, ia benar-benar tidak menyangka dengan sikap tante Miranda, terkadang wanita kaya itu terlihat sangat menyayangi keponakannya tapi terkadang ia terlihat aneh. Jingga berjalan mendekati kedua peti mewah berwarna putih gading itu, semakin dekat jaraknya dengan kedua peti itu semakin kencang debaran jantungnya hingga membuat dadanya terasa sesak.
Jingga menghela nafasnya perlahan, ketika ia hendak menaburkan bunga ke dalam peti itu, ia melihat wajah ibu dari Kovu, wajahnya terlihat teduh dan sangat cantik. Melihatnya, tiba-tiba saja perasaan bersalah memenuhi setiap ruang di hati Jingga, dadanya terasa sesak, dan nafasnya tersengal-sengal.
"Ma.. Maaf!" ucap Jingga dalam hatinya. Air mata Jingga mulai menggenang di pelupuk matanya.
"Bukan aku yang melakukan kejahatan ini, aku bersumpah!" akunya di dalam hati.
"Aku hanya tidak ingin tersangkut dalam masalah hukum!" tambahnya.
"Aku berjanji akan merawat anak ibu dan bapak dengan sebaik-baiknya!" Selesai melakukan pengakuan itu, air mata Jingga mengalir dengan deras tanpa bisa ditahan olehnya, orang-orang memperhatikan Jingga dan mulai berbisik-bisik membicarakannya.
"Aktingmu sangat bagus!" puji tante Miranda dengan suara berbisik. Jingga terdiam, tangisnya itu bukan akting tapi sungguh-sungguh dari hatinya yang merasa bersalah.
...
Wajah Jingga dirias dengan sangat cantik seperti pengantin pada umumnya, ia juga mengenakan gaun pengantin yang membuat dirinya terlihat lebih cantik dari biasanya. Tante Miranda membawa Jingga ke rumah sakit tempat Kovu dirawat. Jantung Jingga berdebar lebih kencang dari sebelumnya ketika ia melangkah masuk ke dalam kamar tempat Kovu dirawat, di dalam kamar itu sudah ada beberapa pengawal tante Miranda, seorang fotografer, dan seorang pendeta serta seorang petugas pencatatan sipil. Untuk pertama kalinya setelah tragedi itu, akhirnya Jingga bisa bertemu kembali dengan Kovu namun dalam keadaan yang berbeda.
Sejenak, Jingga hanya memandangi wajah Kovu. Meskipun dalam keadaan koma, tapi wajah itu masih terlihat sama seperti sebelumnya, wajah yang teduh dan sangat tampan. Terlintas kembali di benak Jingga bagaimana Kovu bersikap di awal pertemuan mereka.
"Dia pria yang sangat baik dan sopan, kenapa nasibnya setragis ini?" batin Jingga.
"Ayo kita mulai saja!" seru tante Miranda. Suaranya berhasil melepaskan Jingga dari lamunannya. Pemberkatan pernikahan antara Jingga dan Kovu akhirnya diselenggarakan dengan tertutup. Jingga menyematkan cincin nikah yang sudah tante Miranda persiapkan ke jari manis tangan kanan Kovu.
"Maafkan aku, Tuhan! Aku tahu semuanya ini salah, tapi aku harus melakukannya!" ucap Jingga dalam hatinya. Jingga kembali memandangi wajah Kovu yang kini sudah resmi menjadi suaminya.
"Aku tidak pernah menyangka ataupun merencanakan pernikahan di antara kita seperti ini, aku sadar siapa diriku, tapi ternyata takdir kita harus seperti ini." ungkap Jingga dalam hati.
"Maafkan aku, aku benar-benar meminta maaf padamu karena keadaan kita harus seperti ini sekarang, tapi aku berjanji akan merawatmu dengan baik selama kamu membutuhkannya!" tambahnya.
...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Eve.Eveline
lanjooooooooeeettttt!!!!
2023-06-20
0
Twinkle Twinkle Little Star
Next thoooorrrr
2023-06-20
0