"Kecuali kalau kamu bisa membuktikan bahwa di sepanjang perjalanan kamu mengantarkan makanan itu, kamu tidak memasukkan racun sama sekali!" tukas tante Miranda. Jingga terdiam terpaku, ia merasa tidak bersalah karena tidak melakukan kejahatan itu, tapi ia juga takut kalau polisi menuduhnya sebagai pelaku karena tidak ada yang bisa menjadi bukti kalau ia tidak melakukannya ketika dalam perjalanan.
"Tapi saya benar-benar tidak melakukan kejahatan itu, bu!" tukas Jingga, suaranya terdengar bergetar. Tante Miranda memalingkan wajahnya dari Jingga.
"Kita lihat saja hasil penyelidikan polisi!" sahut tante Miranda.
"Kamu tidak akan bisa lepas kalau polisi sudah menangkapmu!" tambahnya dengan nada bicara seperti sedang mengancam.
Jingga terdiam terpaku, ia tidak tahu harus berbuat apa, ia merasa tidak bersalah karena tidak melakukan hal itu tapi ia takut kalau sampai polisi menetapkannya menjadi tersangka utama.
"Baiklah, saya sudah selesai bicara denganmu!" ucap tante Miranda menutup pembicaraan dengan Jingga.
"Persiapkan dirimu sebaik-baiknya karena polisi akan memeriksamu dan mungkin saja polisi akan menetapkanmu sebagai tersangka utama!" tambahnya sambil beranjak dari tempat duduknya. Tante Miranda mengajak pengawalnya untuk segera meninggalkan ruangan itu.
"Apa yang harus saya lakukan agar tidak menjadi tersangka utama?" seru Jingga sedetik sebelum tangan tante Miranda menyentuh handle pintu. Tante Miranda membalikkan tubuhnya menghadap Jingga.
"Saya benar-benar tidak meracuni keluarga ibu, tapi saya takut kalau polisi akan menetapkan saya sebagai tersangka!" aku Jingga. Jingga berjalan ke arah tante Miranda dan bersimpuh di hadapannya.
"Saya mohon, bu! Saya bukan pelakunya, sungguh! Bantu saya!" pinta Jingga. Tante Miranda memperhatikan Jingga dengan seksama.
"Saya bisa saja membuatmu lepas dari jeratan hukum." ucap tante Miranda pelan. Jingga tersentak, ia menatap kedua mata tante Miranda.
"Bahkan kamu bisa hidup dengan lebih layak dari sebelumnya." lanjut wanita kaya itu.
"A.. Apa itu, bu?" tanya Jingga, ia terlihat sedikit ragu.
Tante Miranda kembali memperhatikan Jingga dari ujung kaki hingga ujung rambut lalu ia tersenyum getir.
"Sebenarnya kamu tidak pantas..." ucap wanita itu pelan.
"... tapi semuanya demi kebaikkan bersama!" tambahnya. Jingga terlihat bingung dengan ucapan tante Miranda.
"Menikahlah dengan keponakan saya!" ucap tante Miranda akhirnya.
"HAH?!" Ucapan tante Miranda itu membuat Jingga sangat terkejut.
"Karena kamu yang membuat Kovu berada dalam kondisi koma, maka kamu yang harus merawatnya!" terang tante Miranda. Jingga terpaku mendengar ucapan tante Miranda, ia merasa tawaran tante Miranda itu sangat aneh.
"Kovu anak tunggal dan sekarang kedua orang tuanya sudah meninggal, jadi dia memerlukan istri untuk merawatnya dengan tulus!" ucap tante Miranda lagi. Jingga sedikit mengerti dengan maksud dari ucapan tante Miranda, tapi hati kecilnya tetap merasa tawaran wanita itu aneh.
"Kamu tidak perlu memikirkan hal lain, kamu cukup merawat keponakan kesayangan saya itu dan ikuti semua yang saya perintahkan!" tambah wanita berumur 50 tahunan itu. Jingga menundukkan kepalanya, ia bimbang dengan apa yang harus ia pilih.
"Bagaimana?" tanya tante Miranda yang sudah tidak sabar menunggu jawaban Jingga.
"Apa mungkin aku menikah dengan orang kaya seperti pria itu?" tanya Jingga dalam hati.
"Cepat berikan saya keputusan!" desak tante Miranda. Jingga mengangkat kembali kepalanya dan menatap tante Miranda dengan seksama.
"Saya hanya perlu merawat pria itu, kan?!" tanyanya memastikan apa yang harus dikerjakannya di masa yang akan datang.
"Ya! Kamu hanya perlu mengikuti apa yang saya perintahkan!" jawab tante Miranda. Jingga menghela nafasnya, ia masih merasa bimbang dengan pilihannya tapi ia harus segera memutuskan.
"Cepatlah! Saya tidak punya banyak waktu!" seru tante Miranda, ia terlihat kesal karena Jingga belum juga memberikan keputusan. Debaran jantung Jingga terasa sedikit lebih kuat dan lebih cepat dari sebelumnya, ia takut salah mengambil keputusan.
"Baiklah, kalau kamu tidak mau, saya akan pergi dari sini dan segera ke kantor polisi untuk mengurus semuanya!" ucap tante Miranda lalu berpaling dari Jingga, tapi Jingga menahan tante Miranda pergi dengan meraih tangan wanita itu.
"Saya akan melakukannya! Saya akan melakukan yang ibu perintahkan!" ucap Jingga akhirnya.
"Tolong jangan membuat saya menjadi tersangka!" pintanya. Tante Miranda memandangi Jingga lalu menghela nafasnya perlahan.
"Baiklah!" ucapnya.
"Perintah pertama saya, keluarlah dari pekerjaanmu saat ini lalu temui saya besok!" tambah tante Miranda. Jingga menganggukkan kepalanya pelan, tubuhnya terasa sangat lemas.
...
Jingga masuk ke dalam ruang loker untuk menenangkan dirinya sebentar, ia duduk di salah satu kursi yang berada di sana, tapi baru saja ia duduk tiba-tiba pintu ruang loker itu terbuka.
"Jingga!" seru Nyonya Rita, suaranya yang keras memekakkan telinga Jingga.
"Nyo... Nyonya!" sahut Jingga. Nyonya Rita menghampirinya dengan langkah cepat seperti akan menerkamnya.
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Nyonya Rita to the point.
"Hah? Ma.. Maksud nyonya?" Jingga tersentak dan kebingungan dengan pertanyaan majikannya itu.
"Apa yang kamu lakukan sampai pelanggan terkaya kita itu ingin bertemu denganmu?" Nyonya Rita memperjelas pertanyaannya.
"Aku tidak melakukan apa-apa, nyonya!" bantah Jingga.
"Bohong!" seru Nyonya Rita, ia menarik tangan Jingga dengan kasar.
"Katakan yang sebenarnya!" desaknya.
"Aku sungguh tidak melakukan apa-apa, nyonya!" jawab Jingga.
"Aku hanya mengantarkan makanan untuk keponakannya yang waktu itu nyonya perintahkan!" ungkapnya.
"Lalu, mengapa wanita kaya sepertinya menemuimu?" Nyonya Rita terlihat sangat penasaran.
"Ee..." Jingga kebingungan. Nyonya Rita menatap Jingga dengan tatapan curiga.
"Hanya terjadi sedikit kesalahpahaman, tapi masalah itu sudah selesai, nyonya!" bohong Jingga. Nyonya Rita masih menatapnya dengan tatapan curiga, terlihat sekali kalau ia masih belum bisa mempercayai ucapan Jingga.
"Aku tidak berbohong, nyonya!" ucap Jingga berusaha untuk meyakinkan majikannya itu.
"Beliau pelanggan terkaya kita, kalau kamu melakukan sesuatu yang membuatnya tidak lagi menjadi pelanggan restoran ini, kamu akan menerima akibatnya, Jingga!" ancam Nyonya Rita. Jingga hanya diam dan menundukkan kepalanya.
"Kamu bukan siapa-siapa di sini, pekerjaanmu juga tidak terlalu baik, aku bisa memecatmu kapan saja!" lanjut pemilik restoran itu.
"Tidak terlalu baik?" gumam Jingga. Ia tidak menyangka kalau usahanya bekerja dengan baik selama ini tidak dihargai oleh majikannya. Jingga menghela nafasnya perlahan lalu tersenyum getir.
"Baik, nyonya!" ucap Jingga pelan. Nyonya Rita memperhatikan Jingga.
"Aku berhenti bekerja mulai hari ini!" tegasnya. Nyonya Rita terkejut mendengar ucapan Jingga itu.
"Bicara apa kamu, Jingga?!" seru Nyonya Rita marah.
"Saya mengundurkan diri dari restoran ini, nyonya!" Jingga memperjelas ucapannya.
"Nyonya bilang aku tidak bekerja dengan baik selama ini, baiklah aku akan berhenti bekerja di sini!" lanjutnya.
"Tidak bisa seperti itu!" tukas Nyonya Rita.
"Kenapa, nyonya?" tanya Jingga.
"Nyonya mau mempertahankanku?" tambahnya. Nyonya Rita terdiam, tapi wajahnya masih terlihat sangat marah.
"Terima kasih sudah memberikan kesempatan padaku untuk bekerja di sini, nyonya!" ucap Jingga. Jingga beranjak dari tempatnya dan hendak keluar dari ruangan itu, tapi Nyonya Rita memanggilnya sesaat sebelum ia membuka pintu. Langkah kaki Jingga terhenti.
"Kamu akan menyesal dengan keputusan yang kamu ambil ini, Jingga!" seru Nyonya Rita. Ucapan Nyonya Rita itu membuat jantung Jingga berdetak lebih cepat dari sebelumnya.
"Apa aku akan menyesal?" batinnya.
...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Nona Fien
yuk up lagi....
2023-06-19
1