Rissa tengah menikmati makan malam bersama ibunya. Setelah kembali dari luar negeri, Rissa tinggal di rumah Nyonya Gunawan atas permintaan ibu angkatnya itu.
"Apa rencanamu selanjutnya Rissa?" tanya Nyonya Gunawan.
"Aku masih mengawasi pergaulan Karin Ibu. Aku harus mengetahui circle pertemanannya setelah itu aku akan bergabung di dalamnya. Lalu aku akan mengambil temannya satu persatu."
"Kalau begitu kamu harus mulai gemar berbelanja," jawab Nyonya Gunawan disertai tawa. "Belilah tas dan pakaian seperti mereka. Bergayalah seperti mereka agar kamu mudah di terima."
"Ibu tidak keberatan aku menghabiskan uang ibu untuk berbelanja?"
"Lakukan apa yang kamu mau. Ibu selalu mendukungmu. Lagi pula ibu tidak sanggup menghabiskan uang ibu sendirian. Kamu harus membantu ibu menghabiskannya," Nyonya Gunawan kembali tertawa.
Rissa tersenyum mendengar jawaban ibunya. Dia memang telah merencanakan semuanya. Dendamnya kepada Arvin dan Karin harus terbalaskan. Rissa tidak terima jika sekarang mereka berdua hidup bahagia sementara dirinya harus hidup dalam bayang-bayang penderitaan akibat perbuatan mereka.
*
Rissa tengah melihat-lihat koleksi tas di sebuah butik terkenal. Sebenarnya bukan hobi Rissa berbelanja barang-barang mahal, tetapi demi melancarkan aksi balas dendamnya dia harus melakukannya, menjadi sosialita ibu kota.
Rissa menghampiri sebuah tas yang sedang di pajang dan hendak mengambilnya. Tepat di saat yang bersamaan ada seorang perempuan yang juga hendak mengambil tas itu sehingga Rissa dan perempuan itu seperti berebut untuk mendapatkan tas tersebut.
Baik Rissa dan perempuan itu sama-sama menoleh.
"Maaf, aku menyentuh tas ini lebih dulu," ucap Rissa ramah.
"Ya, sepertinya aku kurang beruntung," jawab perempuan itu dengan wajah kecewa.
"Kalau kamu sangat menginginkannya kamu boleh mengambilnya. Minggu depan aku akan pergi ke Paris, jadi mungkin aku akan membeli tas di sana," kilah Rissa, padahal dia tidak ada rencana keluar negeri bulan ini.
"Benarkah?" tanya perempuan itu dengan wajah sumringah. "Aku sangat menginginkan tas ini. Sebenarnya aku sudah punya yang warna coklat, tetapi warna hitam ini aku belum punya," lanjutnya.
"Kalau begitu kamu akan segera memilikinya," balas Rissa.
"Terima kasih. Kamu baik sekali mau mengalah padahal kita tidak saling kenal. Namaku Bella," ucap perempuan itu sambil mengulurkan tangannya untuk berkenalan.
"Aku Carissa, panggil saja Rissa," balas Rissa.
Yup!!! Satu mangsa lagi memakan umpan, batin Rissa.
Bukannya tanpa alasan, Rissa sudah lama mengamati perempuan ini. Bella adalah seorang istri wali kota tempat mereka tinggal yang merupakan teman Karin sekaligus ketua perkumpulan sosialita. Rissa memang sengaja mendekati Bella agar lebih mudah masuk ke dalam perkumpulan perempuan kelas atas itu.
"Kamu juga mengoleksi tas?" tanya Bella.
"Tidak banyak," jawab Rissa. "Tetapi aku punya beberapa tas edisi terbatas," imbuhnya sambil berbisik.
"Benarkah?" Bella melotot tidak percaya.
"Datang saja ke rumah kalau kamu ingin melihat-lihat. Atau mungkin kamu tertarik untuk memiliki salah satunya."
"Berikan alamatmu. Kalau aku ada waktu aku akan main ke rumahmu."
"Aku tinggal di rumah keluarga Gunawan. Kamu pasti mengetahui rumah itu."
"Setahuku hanya satu orang yang tinggal di rumah itu, yaitu Nyonya Gunawan. Apa hubunganmu dengannya?"
"Dia ibuku."
"Kamu putrinya Nyonya Gunawan?" Sekali lagi Bella melotot tidak percaya.
Lalu Bella dan Rissa pun mengobrol. Mudah sekali mendekati Bella yang seorang penggila tas branded. Setelah bertukar nomor handphone mereka pun berpisah.
*
Satu minggu kemudian Rissa mendapatkan undangan pesta dari Bella.
"Hai ... Kamu sudah datang rupanya. Ayo aku kenalkan pada teman-temanku," sambut Bella. Rupanya dia sudah menunggu Rissa karena malam ini Rissa adalah tamu kehormatannya.
"Aku sangat suka dengan tas pemberianmu. Itu edisi terbatas, dan aku belum memilikinya," ucap Bella sambil menuntun Rissa berjalan menyusuri lorong restoran. Mereka menuju ruangan khusus tempat pesta kecil Bella berlangsung.
"Aku senang kamu menyukainya," balas Rissa.
Beberapa hari sebelumnya Rissa sengaja mengundang Bella ke rumahnya untuk melihat koleksi tas nya, lebih tepatnya koleksi ibunya. Dan atas seizin ibunya, Rissa memberikan salah satu koleksi tas itu kepada Bella. Tentu saja ini bukan hal yang merugikan bagi Rissa mengingat Bella bisa membantu rencananya menghancurkan Karin.
"Halo semua, perkenalkan ini tamu istimewaku malam ini. Namanya Carissa Gunawan." Bella memperkenalkan Rissa kepada teman-temannya.
"Selamat malam semuanya, senang bisa berkenalan dengan kalian," ucap Rissa.
Semua orang menatap Rissa, semuanya menyambut Rissa dengan ramah kecuali satu orang, yaitu Karin.
Karin tidak bisa menutupi keterkejutannya melihat sosok Rissa di depannya. "Siapa dia?" tanyanya.
"Dia Carissa Gunawan, putri Nyonya Gunawan," terang Bella.
"Bukankah dia tidak punya anak?" tanya Karin lagi.
"Sudahlah Karin, biarkan orang tua kalian yang bermusuhan. Urusan bisnis tidak usah dibawa-bawa kesini," ucap Bella lagi.
"Tentu saja tidak, maafkan aku," ucap Karin lembut. Nada bicaranya masih halus dan lembut sama seperti dulu tetapi terdengar sangat memuakkan di telinga Rissa.
Sebenarnya bukan permusuhan orang tuanya dan Nyonya Gunawan yang Karin permasalahkan, tetapi wajah Rissa lah yang menjadikan masalah bagi Karin. Kemiripannya dengan Rissa mantan istri Arvin membuatnya langsung membenci Rissa sejak pertama kali melihatnya.
Tidak mungkin dia! Gadis kampung itu tidak akan berubah menjadi seperti ini! Karin berusaha meyakinkan dirinya.
"Silahkan, nikmati pestanya, aku harus menyambut yang lain," ucap Bella kemudian berlalu dari hadapan Rissa dan yang lainnya.
"Hai, aku Hellen." Seseorang menghampiri Rissa dan memperkenalkan dirinya.
"Apakah kamu dokter Hellen yang mempunyai klinik kecantikan itu?" balas Rissa.
"Ya, itu aku."
"Oh ... Hai. Aku Rissa. Aku sering mendengar namamu dari dokter Oktav. Dia yang mengoperasi hidungku." Rissa menunjukkan hidungnya dengan bangga. Operasi plastik adalah sesuatu yang harus dibanggakan di lingkungan ini.
"Benarkah? Dia teman kuliahku dulu."
"Dokter Oktav bahkan merekomendasikan klinikmu seandainya aku tidak sempat pergi ke Korea untuk melakukan perawatan wajah," cerita Rissa.
"Benarkah dia memujiku? Aku sangat tersanjung," balas Hellen.
Dalam waktu singkat Rissa sudah bisa merebut perhatian teman-teman Karin. Dan itu membuat Karin semakin tidak menyukainya.
"Permisi, aku ingin ke toilet sebentar," pamit Rissa kepada teman-teman barunya. Meskipun terlihat acuh Rissa sadar sejak tadi Karin terus memperhatikan gerak-geriknya.
Tanpa disadari orang-orang, Karin mengikuti Rissa pergi ke toilet.
Rissa sedang membasuh tangannya di wastafel lalu Karin menghampirinya.
"Aku tidak tahu kalau Nyonya Gunawan memiliki anak," kata Karin sambil bercermin membenarkan rambutnya di samping Rissa.
"Aku lama tinggal di luar negeri," jawab Rissa santai.
"Wajahmu mengingatkan aku pada seseorang, namanya juga Rissa sama seperti namamu. Apa mungkin kalian kembar? Atau mungkin kalian orang yang sama?" pancing Karin.
"Menurutmu bagaimana?" balas Rissa masih dengan santainya.
"Menurutku tidak mungkin kalian orang yang sama. Karena Rissa yang aku kenal itu miskin dan juga jelek," balas Karin. Jelas dia sedang berusaha memprovokasi Rissa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Sukliang
mulaiiii eng ing eng
2023-08-19
0