Di dalam sebuah kamar perawatan VVIP, terbaring perempuan paruh baya yang tadi di tolong Rissa. Dialah Nyonya Gunawan. Kondisinya jauh lebih baik dibandingkan terkahir kali Rissa melihatnya.
"Bagaimana keadaan Nyonya?" tanya Rissa. Dia benar-benar tidak tahu siapa yang telah dia tolong.
Nyonya Gunawan tersenyum. "Ini semua berkat kamu. Terima kasih sudah menolongku, Rissa."
"Bagaimana Nyonya tahu namaku?" Pertanyaan ini sejak tadi memenuhi kepala Rissa. Bagaimana Nyonya itu bisa tahu namanya dan tahu kalau dia bekerja di toko itu.
"Aku tadi sedang membeli sesuatu dan tidak sengaja melihat kejadian sewaktu kamu ... " Nyonya Gunawan tidak melanjutkan kalimatnya. "Bagaimana kamu bisa berurusan dengan putri keluarga Wiratama?."
Tidak heran jika Nyonya Gunawan ini mengenal Karin, seluruh orang di kota ini mengetahui siapa Karin dan keluarganya. Bahkan tadi manajer toko juga langsung menyuruh Rissa meminta maaf kepada Karin tanpa mau mendengar penjelasannya.
Rissa tidak menjawab.
"Dengar Rissa ... apapun kesalahanmu, kamu tidak pantas di hina dan diperlakukan seperti itu. Kalau kamu tidak betah bekerja di tempat itu, datanglah kepadaku. Aku akan menerimamu bekerja di perusahaanku."
"Terima kasih Nyonya, akan saya pikirkan."
Setelah menemui Nyonya Gunawan, Rissa langsung menuju ruang praktek dokter kandungan. Dia memang sudah berencana untuk memeriksakan kandungannya setelah pulang bekerja. Kebetulan masih ada sisa uang pemberian Arvin.
Selesai mendapatkan nomor antrian Rissa langsung duduk di kursi tunggu. Dan entah kebetulan atau memang sudah takdir, Rissa kembali bertemu Karin di sana, bahkan mereka duduk bersebelahan.
"Hai ... Kamu juga disini?" sapa Karin ramah seperti lupa jika tadi dia sudah mempermalukannya. Sungguh, orang yang tidak tahu pasti menyebutnya bidadari yang baik hati. "Aku sedang merencanakan program kehamilan," terang Karin.
Kalau duduk berdekatan seperti ini penampilan Karin dan Rissa terlihat sangat kontras. Karin terlihat mewah dan serba mahal seperti kaum sosialita dan orang kaya pada umumnya, sementara Rissa seperti pembantu yang sedang mengikuti majikannya.
Pantas orang-orang mengatakan memang seharusnya Arvin menceraikan dia karena Arvin yang tampan lebih serasi bersama Karin dibanding bersama Rissa. Dan itu semakin membuat perasaan Rissa sakit.
"Apa kamu hamil? Boleh aku lihat buku yang kamu pegang?" Mata Karin melotot melihat buku KIA di tangan Rissa. Meskipun nada bicaranya terdengar halus tetapi tatapan matanya tidak bisa berbohong.
Rissa buru-buru menyembunyikan buku KIA nya meskipun sudah terlambat. "Tidak, ini punya temanku, aku hanya mengantarkan dia periksa."
"Aku tahu kamu tidak punya teman. Katakan kamu hamil berapa bulan?!" Rupanya Karin yakin kalau Rissa memang tengah hamil.
Belum sempat menjawab, nama Karin dipanggil oleh perawat. Jadi untuk sementara Rissa bisa menghindari Karin.
Karin sudah terlanjur mengetahui kehamilan Rissa walaupun lama-lama orang-orang juga akan mengetahuinya, tetapi untuk sekarang Rissa belum siap. Dia takut jika kabar ini sampai ke telinga Arvin, mantan suaminya itu pasti berniat untuk merebut anaknya nanti. Mungkin jika Arvin mengetahuinya sebulan atau dua bulan lagi, dia akan berpikir jika bayi di dalam perutnya bukanlah darah dagingnya melainkan hasil hubungan Rissa dengan laki-laki lain. Dengan begitu Arvin tidak akan peduli.
Beberapa saat kemudian giliran Rissa diperiksa. Selesai diperiksa Rissa pergi untuk ke bagian administrasi yang terletak di lantai satu. Rissa berjalan menuju lift tetapi ada seseorang yang menghampirinya memberitahu kalau lift tidak berfungsi jadi harus menggunakan tangga darurat.
Tanpa menaruh curiga sedikitpun Rissa pun mengikuti saran orang itu. Dia berjalan menuju tangga. Baru beberapa langkah menuruni tangga tiba-tiba ada yang mendorong tubuh Rissa hingga terjatuh dan tidak sadarkan diri.
*
Rissa terbangun di dalam sebuah ruang perawatan. Kepalanya terasa pusing dan perut bagian bawahnya terasa nyeri.
Seorang perawat datang sambil membawa obat.
"Suster, apa kandunganku baik-baik saja?" Itulah yang pertama kali Rissa tanyakan. Dia ingat betul apa yang terjadi sebelum dia terbaring di tempat ini. Dia sedang berjalan menuruni tangga lalu tiba-tiba ada seseorang yang mendorongnya. Jadi, bisa saja kandungannya dalam bahaya.
"Maaf, anda mengalami keguguran. Kandungan anda tidak bisa diselamatkan," jawab perawat itu.
Dan lagi-lagi Rissa harus menelan kenyataan pahit. Setelah suaminya direbut Karin, kini dia juga harus kehilangan bayinya karena Karin. Ya, Rissa yakin Karin lah orang yang telah mendorongnya hingga jatuh meskipun dia tidak punya bukti.
Tangis pilu Rissa membuat perawat yang sedang memeriksanya ikut merasakan kesedihan yang mendalam.
"Apa ada seseorang yang bisa saya hubungi untuk menghibur anda?" tanya perawat itu.
Rissa menggeleng. Memang pada kenyataannya dia tidak punya siapa-siapa selain Arvin di dalam hidupnya. Tetapi kini Arvin sudah membuangnya.
Tiba-tiba mata Rissa menerawang. Rasa sedih yang luar biasa membuatnya tidak bisa lagi menitikkan air mata.
"Ibu tidak apa-apa?" tanya perawat itu lagi. Dia khawatir karena melihat tatapan kosong Rissa.
"Ya, aku baik-baik saja," jawab Rissa datar sama sekali tidak menunjukkan ekspresi apapun.
Di dalam hatinya Rissa menyimpan dendam yang membara baik kepada Karin dan juga Arvin. Rissa akan menuntut balas atas pengkhianatan juga penghinaan yang telah mereka lakukan dengan cara yang lebih menyakitkan.
"Silahkan di minum obatnya. Ini akan mengurangi nyeri dan pusing akibat terjatuh tadi."
"Aku tidak butuh obat itu," jawab Rissa. Tiba-tiba semua sakit yang tadi dia rasakan menghilang.
"Tetapi ini harus di minum."
"Letakkan saja di meja. Nanti akan aku minum."
"Baiklah ... Kalau begitu saya permisi." Perawat itu hendak pergi.
"Sus, siapa yang menolongku tadi?"
"Saya tidak tahu siapa yang menolong anda, tetapi semua tagihan rumah sakit sudah dibayar atas nama Nyonya Gunawan."
"Baiklah, terima kasih."
Perawat itu menganggukkan kepalanya kemudian pergi.
Rissa tidak merasakan sakit apapun meskipun dia masih dalam masa pemulihan. Dia berjalan menuju ruangan tempat Nyonya Gunawan di rawat. Dia yakin Nyonya Gunawan masih berada di sana.
"Selamat malam Nyonya," sapa Rissa.
"Bagaimana keadaanmu?" balas Nyonya Gunawan.
"Aku baik-baik saja sekarang. Bagaimana Nyonya bisa tahu?"
"Tadi asistenku tidak sengaja melihat kamu dibawa ke ruang ICU. Apa yang terjadi?"
Lalu Rissa menceritakan kalau dia jatuh dari tangga.
"Aku benar-benar berterima kasih kepada Nyonya. Anggap saja saya tidak tahu diri, tetapi apakah tawaran untuk bekerja di perusahaan Nyonya masih berlaku? Saya ingin bekerja untuk Nyonya."
"Tentu saja, kalau kamu bersedia. Tetapi ada beberapa syarat yang harus kamu setujui."
"Apapun akan aku lakukan!" Rissa sudah membulatkan tekadnya untuk tinggal membalas dendam kepada Arvin dan Karin. Dan keinginannya itu tidak akan bisa terwujud kalau dia tetap bekerja sebagai pelayan toko.
"Pertama, kamu harus ikut kemanapun aku pergi. Dalam waktu dekat aku akan pindah keluar negeri, jadi kamu harus ikut. Apa kamu siap berpisah dengan orang-orang yang kamu sayangi di sini?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Sukliang
ooo arvin yg anjing sialan
dan karin anjing betina
2023-08-19
1
MOMMY
wah tega dn tdk takut balsam
2023-07-23
0