Bukan Janda Hina

Bukan Janda Hina

1. Terpaksa Bertahan

Sarapan sudah tersaji lengkap di atas meja makan. Pekerjaan rumah juga sudah Rissa selesaikan sejak pagi buta. Meskipun ini hari-hari terakhirnya tinggal di rumah ini, Rissa tetap melakukan tugasnya dengan baik. Sekarang dia tinggal menunggu suami dan mertuanya turun untuk makan.

"Apa Mama sudah memanggil Arvin untuk sarapan?" tanya Rissa kepada mertuanya, Lena yang baru saja keluar dari kamarnya dan langsung duduk di meja makan.

"Dia tidak pulang. Tadi malam dia meneleponku untuk memberitahu jika dia menginap di apartemen Karin," jawab Lena datar tanpa terlihat rasa bersalah sedikitpun kepada Rissa.

Seketika tangan Rissa gemetar. Mertuanya tidak berusaha menutupi perbuatan Arvin bahkan terkesan membanggakan anak laki-lakinya yang selingkuh dengan anak orang kaya. Meskipun Rissa sudah mengetahui perselingkuhan suaminya, tetap saja dadanya bergemuruh membayangkan laki-laki yang masih berstatus sebagai suaminya itu menghabiskan malam bersama selingkuhannya.

"Sebaiknya kamu mulai memikirkan mau tinggal dimana. Memangnya kamu tidak malu menumpang di sini terus? Orang-orang sudah tahu kalau kamu dan Arvin akan segera bercerai lalu dia akan menikahi Karin," ucap Lena dengan entengnya seolah-olah kata-katanya sebelumnya belum cukup menyakitkan bagi Rissa.

Bicara soal malu, tentu saja Rissa malu harus tinggal di rumah suami yang sudah tidak menginginkannya. Sebagai seorang wanita dia merasa terhina. Tetapi dia tidak punya pilihan. Dia tidak punya uang untuk mengontrak rumah, dan sampai sekarang belum juga mendapatkan pekerjaan.

Selama menikah, keuangan Arvin yang pegang. Semua kebutuhan Rissa dan kebutuhan rumah sudah diatur oleh Arvin.

"Aku sudah tidak sabar ingin menjadi mertua Karina Wiratama, putri pemilik Wiratama grup. Kenapa tidak dari dulu Arvin menikah dengan Karin?"

Meskipun sakit hati mendengar kata-kata mertuanya, Rissa tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya duduk diam sambil terus memakan sarapannya.

"Kamu pakai acara tidak mau dicerai segala. Kalau dari awal kamu langsung setuju diceraikan kan tidak perlu berlama-lama seperti ini! Toh rumah tangga kalian juga tidak akan selamat. Sejak awal aku sudah memperingatkan kamu, Arvin hanya cinta sesaat kepadamu, jangan dianggap serius. Tapi kamunya malah baper. Sekarang lihat sendiri kan Arvin meninggalkan kamu?" Arvin yang selingkuh tetapi Rissa yang dianggap salah.

Rissa memang bodoh. Dia yang sudah diselingkuhi tetapi dia juga yang mengemis tidak ingin diceraikan. Dia minta waktu beberapa bulan, berharap Arvin menyadari kesalahannya lalu kembali padanya karena dia yakin Arvin masih mencintainya.

Tetapi setelah beberapa bulan terlewat, Arvin dan Karin justru semakin mesra. Bahkan mereka berdua berani memperlihatkan hubungan mereka di depan umum tanpa memikirkan perasaan Rissa.

Ketika Rissa menceritakan semuanya kepada mertuanya, jawaban mertuanya sungguh tidak terduga. Dia justru bahagia mengetahui Arvin selingkuh dengan Karin yang anak orang kaya.

"Setelah mereka menikah nanti, pasti Arvin akan langsung naik jabatan. Gajinya pasti banyak, itu artinya uang bulanan untukku juga bertambah. Belum dari Karin. Dia juga pasti akan sering mengajakku belanja. Baru membayangkannya saja aku sudah merasa bahagia." Lena tersenyum-senyum kemudian melirik Rissa sinis.

Rasanya Rissa sudah tidak kuat menahan ocehan mertuanya yang semakin lama semakin menyakitkan, tetapi dia tetap duduk di meja makan dan memaksakan dirinya untuk makan. Itu karena ada janin di dalam perutnya yang tidak diketahui orang-orang.

"Jangan pernah menganggap kalau aku dan Arvin adalah orang yang kejam. Kami tidak kejam, buktinya aku masih membiarkan kamu tinggal di rumahku dan kamu juga masih memakan makanan dari anakku. Itu bukti kemurahan hati kami."

Mendengar kata-kata mertuanya, rasanya Rissa sulit sekali menelan makanan yang sudah terlanjur masuk ke dalam mulutnya. Bahkan kalau bisa dia ingin memuntahkan semua makanan yang sudah dia makan. Jika bukan karena dia butuh nutrisi untuk calon bayinya, pasti dia lebih memilih kelaparan daripada mendengar mertuanya mengungkit kebaikan yang sudah dia berikan.

Kemudian terdengar suara pintu depan dibuka.

"Itu pasti Arvin," ucap Lena bangga, seperti anaknya itu baru saja menyelamatkan dunia. Terdengar suara langkah kaki mendekat, dan benar Arvin yang datang.

"Kamu tidak langsung berangkat ke kantor?" tanya Lena.

"Tidak, aku pulang untuk ganti baju. Tidak ada baju ganti di apartemen Karin," jawab Arvin sambil berlalu tanpa melirik Rissa apalagi menyapanya.

"Permisi Ma, aku mau menyusul Arvin. Mungkin dia membutuhkan bantuan. Biasanya dia kesulitan memilih kemeja yang sesuai dengan dasinya." Rissa pun beranjak untuk menyusul Arvin. Jauh di dalam lubuk hatinya, Rissa masih mencintai Arvin. Kalau suaminya itu meminta maaf dan ingin kembali bersamanya Rissa pasti akan memaafkannya.

Rissa mengetuk pintu kemudian masuk ke kamar Arvin karena sudah beberapa hari ini mereka tidur di kamar terpisah. "Apa kamu mau sarapan dulu?" memberanikan diri bertanya. "Aku sudah memasak makanan kesukaanmu."

"Lain kali tidak usah repot-repot memasak, apalagi jika kamu melakukannya hanya untuk mengambil hatiku. Kita sudah sepakat untuk bercerai, jadi tidak usah berharap lebih!" balas Arvin dingin sambil membelakangi Rissa.

Rissa langsung menunduk mendengar jawaban Arvin. Dia sadar bahwa tidak ada kemungkinan dia dan Arvin kembali bersama meskipun dia menginginkannya.

"Aku masih mengijinkan kamu tinggal di sini karena ibu yang meminta. Ibu tidak mau tangannya kotor kalau harus memasak dan membereskan rumah sendiri! Bukan karena aku ingin mempertahankan kamu!" Dan sekali lagi, Rissa kembali menelan kata-kata pahit. Tadi dari mertuanya sekarang dari suaminya.

"Nanti aku akan memberimu sedikit uang. Kamu bisa mencari tempat tinggal. Kamu tidak dibutuhkan lagi karena Karin akan membawa beberapa orang pembantu dari rumahnya saat tinggal di sini nanti!"

Tidak terasa Rissa menitikkan air matanya. Dia baru sadar ternyata sekarang dia tidak lebih dari sekedar pembantu bagi Arvin dan ibunya.

Mungkin Rissa bisa tahan mendengar kata-kata menyakitkan dari mertuanya, tetapi kata-kata yang keluar dari mulut orang yang dia cintai ini terasa lebih menyakitkan.

"Seandainya aku hamil, apakah kita tetap akan bercerai?" tanya Rissa lirih.

Arvin berbalik lalu menatap Rissa. "Sudah dua tahun kita menikah tetapi kamu tidak kunjung hamil. Sekarang, ketika aku mau menceraikan kamu tiba-tiba kamu membicarakan soal kehamilan. Apa kamu sedang bersandiwara?! Kamu pikir aku percaya?!"

Rissa tidak berani bersuara lagi. Wajahnya semakin menunduk dan air matanya mengalir semakin deras.

"Tidak usah memperlihatkan wajah memelasmu, aku tidak akan kasihan!" bentak Arvin. "Tadinya aku akan membiarkan kamu tinggal di sini sampai putusan cerai. Tetapi rasanya aku sudah tidak tahan. Semakin lama aku semakin muak melihatmu!"

"Nih, segera cari tempat tinggal kontrakan atau apapun! Yang jelas nanti malam ketika aku pulang kamu sudah tidak ada di rumah ini!" Mengeluarkan sejumlah uang lalu melemparkannya ke arah Rissa.

Terpopuler

Comments

Sukliang

Sukliang

tolol

2023-08-19

1

MOMMY

MOMMY

mngapa bertahan klau dsiasiakn..😔😔😔😔😔semangat thor

2023-07-23

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!