Nasi Padang

"Maaf, Pak Fahmi. Jangan sentuh Wanita Saya." Suara berat seseorang menyadarkanku, kenapa tangan Fahmi gak sampai-sampai di mukaku?Atau kejebak macet di jalan?

Aku membuka mataku perlahan melihat punggung tegap seorang Laki-laki yang tadi pergi kesini bersamaku. Dia tengah memegang tangan Fahmi yang mau menamparku.

Aku menghembuskan nafas lega, untung dia datang tepat waktu.

"P-pak Daren?" kata Fahmi terbata, sambil menurunkan tangannya. Dia terlihat Syok dengan kehadiran Lelaki yang bernama Daren itu.

"Saya harap, Kamu tidak pernah menyentuh Nayla lagi, bahkan memikirkannya saja, tidak Saya izinkan." kata Daren datar.

Laki-laki yang ku tau bernama Daren itu menarik lenganku dan mendekapku lembut. Wangi tubuhnya menyeruak di indra penciumanku.

"Se-sejak kapan Bapak dan Nayla bersama?" tanya Fahmi terbata.

Daren melepaskan pelukannya,"Bukan urusanmu." jawabnya.

"Kamu gak apa-apa, Sayang?" tanya Daren padaku, Aku mengerjapkan mataku bingung.

Aku melirik kearah Lia dan Fahmi yang mematung di tempat setelah jawaban ketus Daren. "Gak apa-apa. Kamu kok lama, sih?" jawabku Manja. Ekting dikit, biar mereka tambah panas, haha. Rasain!

"Maaf yaaa, Aku tadi lagi nyewa bioskop buat nonton nanti, abis pulang dari sini," katanya lembut, sambil mengusap pelan kepalaku dan tersenyum.

"Kamu udah lama kenal sama Nayla?" kali ini Lia yang bertanya pada Daren. Seolah dia bingung, sejak kapan Aku kenal dengan Daren. Padahal dulu, kalo Aku dekat dengan Laki-laki manapun, Lia pasti tau.

Fahmi menyengol pelan tangan Lia, Lia cuma planga-plongo gak ngerti situasi.

Galen hanya menatap Lia sekilas lalu memalingkan wajahnya. "Mau pulang kapan Sayang?" tanya Daren padaku.

"Se-Aduhhh" belum sempat Aku menjawab Lia menarik rambutku dari belakang.

"Aduhhh sakitttt!" Aku meringis merasakan kulit kepalaku yang hampir copot. Untung Daren sigap dan langsung mendorong Lia kearah Fahmi.

"APA-APAAN KAMU! BERANI-BERANINYA KAMU MENYAKITI WANITA SAYA." Daren menaikan suaranya lantang, membentak Lia yang menatapku kesal.

"Ma-maafkan Istri Saya, Pak. Saya janji dia gak akan begitu lagi," Fahmi menunduk meminta maaf.

"Kamu apa-apaan sih? Emang siapa, si Daren ini sampe kamu segitunya?" Lia mendorong Daren kencang, tapi tidak membuat Daren mundur sedikitpun.

Fahmi menarik Lia, menjauhkannya dari Daren."KAMU YANG APA-APAAN. DIA BOS AKU DI KANTOR!" Fahmi menaikan suaranya, Lia terlihat syok dan langsung menunduk.

Aku mengusap-usap kepalaku yang terasa panas, tak sengaja mataku melihat sekeliling pelaminan, Oh tidak. Ternyata kami sudah menjadi bahan tontonan! Bahkan Mama, Papa Fahmi dan Lia naik keatas pelaminan. Makin kacau udah!

Aku langsung menarik Daren untuk pulang.

"Sebentar Sayang..." kata Daren lembut kepadaku padahal setengah menit yang lalu dia sedang membentak orang lain. Dada Daren naik turun karena emosi. Padahal Aku hanya pacar bohongannya, tapi kenapa dia se-emosi ini?

"Pak Fahmi. Besok ke kantor beresin semua barang-barangmu, Kamu Saya pecat." lanjut Daren tegas .

Fahmi menatap Daren tak percaya, sedetik kemudian dia langsung pingsan tak sadarkan diri. Rasain!

Daren menuntunku untuk pulang, ntah kenapa wangi tubuhnya membuatku sangat tenang...

Aku dan Daren langsung masuk kedalam mobil, kepalaku berdenyut, perutku lapar. Oh tidak, Aku harus makan Nasi Padang dua bungkus!

"Kepalanya masih sakit?" tanya Daren, mimik wajahnya terlihat khawatir.

Aku mengangguk pelan, "Aku laper... Boleh mampir ke rumah makan dulu, nggak?"

"Boleh, mau ke Resto mana? Makanan Jerman? Itali? Atau apa?" jawab Daren.

"Pengen makan Nasi Padang aja, hehe." jawabku cengengesan.

"Nasi Padang?" Daren terlihat kebingungan.

"Iya... Kamu belum pernah makan Nasi Padang?" tanyaku yang di angguki Daren.

"YA AMPUN! Kamu beruntung ketemu Aku! Pokoknya, Kamu harus nyobain!" kataku mengebu-gebu.

"Boleh... Pak, ke Resto Nasi Padang," kata Daren.

"Siap, Tuan." jawab Pak Sopir.

Aku tersenyum, membayangkan betapa nikmatnya malam-malam makan Nasi Padang! Beuhh...

Sekitar Sepuluh menit, Pak Sopir memarkirkan Mobil di salah satu Rumah Makan Padang, Aku sudah tak sabar rasanya...

"Ayoooo Daren!" kataku semangat, tak sadar Aku menarik tangannya.

"Ehh, Maaf!" kataku gelagapan melepaskan tanganku setelah sadar kalo Aku hampir menyeret Daren.

Daren hanya diam sambil mengikutiku masuk.

"Kak, Aku pesan nasinya 3 porsi ya, terimakasih." kataku dan langsung berjalan kearah meja yang sudah komplit sama Lauk Pauk dan Sayuran. Aku memang sering beli Nasi Padang disini jadi Kakak Pelayannya udah lumayan kenal.

Aku melupakan sesuatu...

Daren? Mana Daren! Aku mengedarkan pandanganku kepenjuru Rumah Makan. Ternyata Daren duduk di pojokan paling belakang. Buset, ngapain tuh bocah anteng di situ?

"Daren! Sini." panggilku, Daren langsung berjalan menghampiri dan duduk di bangku tepat di depanku.

"Pak Sopir, mana?" tanyaku.

"Di mobil." jawab Daren singkat. Buset, sikapnya berubah 180derajat. Berbeda saat di pernikahan si Fahmi tadi.

"Loh... Kok gak ikut makan?" kataku.

Daren mengernyit, "Sejak kapan Sopir makan sama Bos?"

"Mau Bos atau bukan, tetap manusia. Sama-sama makan nasi, jadi kamu gaboleh gitu." kataku yang langsung berdiri bergegas menghampiri Pak Sopir.

Pak Sopir terlihat sedang memainkan Ponselnya, "Pak! Ayo masuk," kataku, Pak Sopir terkejut melihatku.

"Ehh, nggak deh Neng. Bapak disini aja, nanti makan di rumah," jawabnya cangung.

"Gaboleh, Pak! Saya udah pesenin loh, ayo kita makan bareng sama Saya." kataku yang langsung menarik pelan tangannya untuk masuk.

Pak Sopir pasrah berjalan ke meja yang berbeda denganku dan Garen. Aku langsung menarik pelan lagi tangan Pak Sopir membawanya untuk duduk bersama kami.

"Disini aja, Pak, duduknya. Bapak mau minum apa? Biar saya pesenin sekalian," kataku.

"Eh, anu... Air putih aja Neng," jawab Pak Sopir masih canggung.

"Bapak suka teh manis anget, gak?" tanyaku.

"Suka, Neng." jawabnya.

"Kamu minumnya mau apa, Daren?" tanyaku pada Daren yang sedang menatap aneh kearahku.

"Air putih aja deh," jawabnya.

"Okeee."

Tak lama tiga porsi nasi sudah datang, Aku langsung pesan minuman buat kita bertiga.

"Kak maaf, mau pesan minumnya sekalian, teh manis anget tiga, air mineralnya tiga, ya, Terimakasih..." kataku.

"Siap kak, tunggu sebentar ya..." jawab kakak pelayanannya ramah.

Aku membuka beberapa lauk yang Aku inginkan, sedangkan Daren cuma menatap makanan di depannya bingung.

"Kamu ambil aja, apa yang kamu mau, terus buka plastiknya, terus makan deh," kataku. Daren mengangguk dan membuka Rendang, serta Ayam bakar lalu memak

annya menggunakan sendok.

Sangat tidak nikmat, pake tangan dong!

Aku melirik kearah Pak Sopir yang hanya mengambil sayur nangka. Pasti Pak Sopirnya ngerasa gaenak, sama seperti Karyawan mama dan Papaku, saat pertama kali mereka makan bersamaku.

"Bapak suka Rendang?" tanyaku.

"Suka, Neng." jawabnya pelan.

Aku membuka Rendang dan menaruhnya di piring Pak Sopir, kemudian membuka Sambal serta sayur daun singkong, membaginya ke Pak Sopir dan Daren karena lumayan banyak.

"Cobain deh, enak tau!" kataku setelah melihat reaksi Daren yang terkejut setelah kuberikan daun singkong.

"Kebanyakan, Neng, takut Bapak gak bisa bayarnya," bisik Pak Sopir pelan.

Aku terkekeh, "Aku yang traktir Pak, ambil sepuasnya yang Bapak mau." jawabku.

Pak Sopir tersenyum dan mengucapkan terimakasih padaku.

"Darennn, aaaaa..." kataku yang menyodorkan nasi, sayur nangka, daun singkong, sedikit sambal dan Ayam Bakar di tanganku, menyuapinya pakai tangan, supaya dia tau kenikmatan makan Nasi Padang pakai tangan.

Daren menatapku bingung, tapi langsung membuka mulutnya dan mengunyah makanan yang Aku kasih. " Gimana? Enak?" tanyaku.

Terpopuler

Comments

May Keisya

May Keisya

🤣🤣🤣

2023-09-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!