ONLY MINE!

ONLY MINE!

Nikahan Mantan.

Lagi dan lagi, Aku gagal untuk ke-tiga kalinya. tapi kali ini alasannya benar-benar membuatku kecewa.

Berbeda dengan Mas Dimas dan Mas Angga yang meninggalkanku karena tidak kuat LDR (Long Distance Relationship) karena jarak kami yang jauh, menyebabkan mereka memilih menyudahi hubungan. Karena pekerjaan yang tidak bisa di tinggalkan atau di pindahkan.

Kali ini Mas Fahmi Laki-laki ketiga yang meninggalkan-ku dan memilih Menikah dengan Perempuan lain. Alasannya cuma satu, Aku tidak mau di ajak menginap di hotel bersamanya. Walaupun kita akan menikah sebentar lagi. Aku menolak mentah-mentah ajakannya. Enak saja, belum menikah tapi udah pengen anboxing duluan!

Aku berjalan keluar dari kantor menuju parkiran. Badanku lemas, membayangkan betapa malangnya nasibku ini. Aku memang mencintai Mas Fahmi, tapi Aku lebih mencintai diriku sendiri. Aku juga tidak menyangka jika Mas Fahmi sudah keluar dari batas sejauh itu. Baru putus hubungan lamaran denganku, dia langsung menikahi Wanita lain. Ntah sejak kapan mereka bertemu dan menjalani hubungan, pasti saat Mas Fahmi sudah lamaran denganku. Atau bahkan saat sebelum melamarku.

Aku baru lamaran dengan Mas Fahmi sebulan yang lalu, dan seminggu yang lalu kami memutuskan untuk berpisah. Padahal tanggal pernikahan sudah kami tentukan. Tapi, mungkin ini yang di namakan bukan Jodoh. Dan hari ini Mas Fahmi sudah menikah dengan Wanita lain yang menjadi pilihannya.

Aku terus berjalan menyusuri parkiran dan masuk kedalam Mobil kesayanganku.

Baru juga masuk mobil, air mataku merembes keluar seperti keran bocor.

"Hiks, Mas Fahmiiii..." Tangisku pecah, mengingat kenangan yang pernah kami lalui walaupun tak terlalu lama. Rasanya, Aku sangat kecewa, Aku dan Mas Fahmi sudah satu tahun bersama. Kemarin Anniversary ke satu tahun pas dia melamarku. Aku sangat bahagia, tidak menyangka akhirnya jadi seperti ini.

Aku mengusap pipiku kasar, menghapus jejak air mata yang terus mengalir. Setelah ku pikir-pikir buat apa Aku menangisi Laki-laki tidak berakhlak seperti Fahmi? Yang baru niat menikah saja sudah minta macam-macam.

Aku mulai melajukan Mobilku meninggalkan parkiran dan pikiran bodohku soal Fahmi. Gausah pake kata 'Mas' lagi! Aku sangat muak sekarang.

Sampai di rumah, Aku melihat Mama-ku sibuk memilih Dress yang ntah akan dia pakai kemana.

"Ehh, Nay. Udah pulang Sayang?" kata Mama lembut.

Aku mengangguk, "Iya, Mah. Mama mau kemana udah milih-milih Dress gitu?" kataku pelan.

Mama mengernyit. "Loh, ini buat kamu, Sayang. Bukannya kamu mau dateng ke Nikahan si Fahmi?" kata Mama sambil terus memilah Dress.

"Nggak Mah! Aku gak akan mau datang." jawabku sedikit kesal. Bukan karena Mamaku, tapi mendengar namanya saja Aku pengen muntah.

Oh, ya. Satu lagi, Fahmi mengundangku ke acara Pernikahannya, sangat baik sekali bukan?

"Gak boleh gitu dong, Sayang. Kamu mau di anggap lemah atau gagal move on sama Fahmi kalo gak dateng?" Mama jalan mendekati Aku yang sudah terlihat frustasi.

"Nggak mau! T-tapi, Mah..." kataku terbata Aku lemas,lesu,lunglai jadi satu rasanya, perasaanku campur aduk.

"Ayo dong Sayang, kuat yaa. Mama yakin Nayla bisa ngelewatin ini. Nayla anak Mama yang hebat." kata Mamaku sambil mengusap lembut kepalaku.

"Lagi pula, kalo Aku dateng, masa Aku kesana nya sendiri-an, Aku malu, Mah." rengekku mencoba mencari alasan biar tidak usah datang ke Nikahan si ketan itu. Eh Mantan maksudnya.

"Udah! Kamu gausah khawatir, Mama udah siapin semuanya, kamu tinggal pergi aja!" jawab Mamaku bersemangat.

"Hah? Maksud Mama gimana?" tanyaku bingung.

"Udah, kamu siap-siap gih. Apa mau ke salon aja? Biar si Fahmi tau, kalo Kamu bisa jauh lebih baik tanpa dia." kata Mama menggebu, dan sibuk sendiri.

"Nggaaaa... Nayla mau ke kamar aja." jawabku dan langsung melenggang pergi setelah berpelukan sama Mama sebentar.

"INGAT! NANTI JAM 8 MALEM YA, JANGAN LUPA!" teriak Mama lumayan kencang. Karena posisinya Aku sudah naik ke lantai 2 menuju kamarku.

"IYA, MAH!"

.

.

.

.

.

"Nay! Nayla! Bangun, Sayang." suara lembut Mama terdengar di telingaku, Aku yang malas bangun hanya berdehem kecil.

"Nay, bangun ayo! Jangan dehem-dehem mulu. Kamu pikir mama kelomang?" kata Mamaku kesal.

"Kelomang itu bukan hmm, tapi HAAAAH." jawabku sedikit kesal sambil mempraktekan cara meniup kelomang ke Mama.

Mama cengengesan sambil menutup hidungnya. "Buset, napasmu bau Naga, Nay! Cepet mandi, udah jam 8 nih."

Aku terkekeh sambil melirik ke meja sebelah kasur, melihat jam weker yang terdampar tak tersentuh di sana, jam baru menunjukan pukul 18:30 malam.

"Buset, masih jam setengah tujuh loh, Mah." jawabku kesal, Aku langsung merebahkan kembali tubuh jompoku kekasur yang empuk dan sangat nikmat ini.

"Ayo cepet, Nay! Kamu belum Make up, belum mandi, mau kayak gembel kamu ke Nikahan si Fahmi nya?" Mama berusaha menarikku dari kenyamanan tak terbatas ini.

Aku bangun dengan berat hati berjalan menuju kamar mandi dengan sangat terpaksa, niatnya Aku akan tidur di Bath up sampe pagi.

Kenapa juga si Fahmi harus Nikah sekarang sih! Ganggu orang tidur aja, heran!

Baru mau masuk kamar mandi, Mama sudah mengancamku dengan satu serangan andalannya. "Kalo kamu tidur di Bath up, mama bakar semua Album dan Foto-foto idola kamu."

Buset, yang tadinya nih mata ngantuknya kebangetan. Langsung seger kayak abis di jejelin cabe sekilo. "Siap Ratu, hamba akan melaksanakan perintah dari yang Mulia Ratu." kataku langsung jebar-jebur mandi.

Ceklek.

"Buset dah, itu mandi apa cuci kaki, kilat amat." kata Mama sambil berkacak pinggang, memandang anak gadisnya kesal, masa mandi semenit doang, beres.

Aku memandang foto-foto Idol favoritku, ternyata masih aman dan damai di tempatnya. "Hehe, cuci muka doang." jawabku cengengesan.

"MANDI LAGI! KALO NGGAK, MAMA BENERAN BAKAR SEMUANYA!" keluar sudah suara merdu mamaku yang mengalahkan toa Mesjid.

"SIAP YANG MULIA!" Aku langsung masuk lagi ke kamar mandi dan mulai mandi dengan benar, takut kalo Mamaku ngamuk lagi.

.

.

.

.

.

Pas jam Delapan malam, Aku sudah siap dengan Dress merah selututku, wajahku yang sudah cantik dari lahir (jangan iri, ya!) Berkilauan penuh riasan yang membuatku terlihat 10 tahun lebih muda! Asekkk.

Aku terus memandang pantulan diriku di cermin, memutar dan berjinjit sambil melihat high heels merahku, sepadan dengan Dress yang Aku kenakan.

Aku sangat cantik, tapi kenapa Aku selalu di tinggalkan? Hiks.

"Sayang, cepat berangkat. Udah di tungguin tuh," kata Mama sambil menarik pelan tanganku keluar dari kamar.

HAH? DI TUNGGUIN, SAMA SIAPA?

APAKAH PANGERAN BERKUDA PUTIH YANG SELAMA INI AKU TUNGGU SUDAH DATANG?! OH ME GAT!

"Loh, di jemput siapa, Mah?" tanyaku penasaran.

"Udah, masuk gih. Nanti juga Kamu tau." jawab Mama seraya mendorongku untuk masuk kemobil yang sudah di bukakan pintu oleh Pak Sopir.

Waktu Aku masuk, seorang Laki-laki turun dari mobil yang sama denganku, dan menghampiri Mama. Aku tidak tau apa yang sedang mereka obrolkan, karena jendela dan pintu mobilnya sudah tertutup.

Aku terus memperhatikan punggung Laki-laki itu dari belakang. Tak lama dia berjalan dan memutar masuk kedalam mobil.

"Maaf sudah menunggu lama." ucapnya.

Aku melongo, siapa dia?

Ganteng banget, haha.

"Oh, iya. Gak apa-apa," jawabku singkat.

Sepanjang perjalanan dia hanya diam, berbeda denganku yang curhat pada Pak Sopir.

"Aneh kan, Pak? Saya kurang apa coba? Cantik, pasti. Sexy, Iya. Nyari uang sendiri, bisa. Masa Saya udah di tinggalin sampe tiga kali! Coba Bapak bayangin!" kataku menggebu-gebu.

Bapak Sopir ikut mengebu-gebu, "Bener tuh, Neng! Aneh banget yaa? Padahal Neng-nya udah sempurna banget. Kok bisa-bisanya di tinggalin!"

Aku mengangguk-anggukan kepala merasa di bela sama Pak Sopir. "Iya kan, Pak! Memang gak tau diri mereka tuh!"

"Bener, Neng! Semoga Neng-nya dapat cowok yang jauh lebih baik kedepannya!" kata Pak Sopir.

"Semoga aja, terimakasih Pak doanya!" jawabku meng-Aminkan doa Pak Sopir.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih setengah jam, Aku langsung bergegas masuk. Biar cepat selesai dan Aku bisa cepat pulang.

Drrtttttt

Suara ponsel bergetar, Aku merogoh tas-ku untuk mengecek, ternyata getarannya bukan dari ponselku.

"Kamu masuk duluan ya, Aku angkat telepon sebentar," kata Lelaki itu, yang sudah berdiri di sampingku ntah sejak kapan, Aku bahkan belum tau namanya siapa.

Aku hanya mengangguk dan melenggang masuk ke pernikahan Fahmi. Pengen lihat secantik apa sih, wanita pilihannya itu.

DEG!

Baru saja kaki mungilku menginjak karpet merah beberapa langkah, langkahku kini terhenti tepat di pintu masuk. Aku melihat foto-foto mesra Fahmi dan Wanita itu, Wanita yang sangat Aku kenal.

Seluruh badanku gemetar, dadaku bergejolak, rasa sakit menyelimuti hatiku, bagaimana bisa perasaan sakit yang Aku rasakan berlipat. Setelah melihat Wanita yang Fahmi nikahi.

Aku tetap berjalan, walaupun rasanya Aku sudah tidak sanggup untuk sekedar menopang berat badanku. Aku menarik nafas dalam dan menghembuskannya kasar, mencoba menenangkan diri. Ini bukan saatnya Aku lemah seperti ini.

AKU HARUS KUAT. NAYLA GANENDRA BUKAN WANITA LEMAH!

Setelah cukup tenang, Aku berjalan perlahan memasuki gedung dengan tersenyum, melangkah penuh percaya diri, memancarkan seluruh Aura positif yang Aku punya.

Sudah kuduga, tidak ada yang bisa menolak pesona seorang Nayla. Tak sedikit yang memuji, bahkan hampir seluruh orang yang melihatku, memandang dengan tatapan takjub.

Siapa dulu dong, Nayla gitu loh!

Setelah sampai di depan pelaminan, Aku melihat Fahmi dan Wanita itu tengah tersenyum menyambut tamu dengan wajah ramah yang sangat menjijikan dimataku.

Aku menaiki tangga satu persatu menuju ke arah mereka. Fahmi dan Wanita itu tampak terkejut melihat kedatanganku.

Mungkin di fikiran mereka, kok Aku beneran datang saat mereka undang? Haha.

Aku tersenyum ramah dan mengucapkan selamat tanpa menyentuh tangan kotor Fahmi yang dia ulurkan untuk berjabat tangan denganku. Enak aja!

"Selamat ya, Fahmi dan Lia atas pernikahannya. Semoga bahagia dan cepat diberikan momongan," kataku ramah sambil bergeser sedikit kedepan Lia-Istrinya Fahmi dan juga 'mantan' Sahabat baikku.

Lia Amara, sahabat yang ku anggap baik, ternyata tidak sebaik namanya. Aku tidak menyangka, Sahabat yang sudah bersamaku hampir Lima Tahun ini, ternyata dia juga yang menusukku dari belakang.

Aku terus menatap Lia yang menatap balik kearahku, sambil tersenyum mengejek. Aku masih tidak habis pikir, kenapa harus Lia?

"Kenapa, Nay? Kaget? lihat Gue nikah sama sahabat lo sendiri?" Fahmi tertawa terbahak-bahak sambil melihatku.

"Haha! Gimana, enak di tinggal nikah sama Cowok yang lo suka?" kata Lia ikut mengejekku.

Aku sedikit kaget melihat perubahan sikap Lia kepadaku. Selama ini dia Wanita yang baik dan lembut. Bahkan, dia sering memberiku saran jika Aku sedang mengalami masalah. Terutama waktu Aku memutuskan untuk melepaskan Fahmi.

Lia dan Fahmi sibuk tertawa mengejek. Fahmi menarik pinggang Lia mesra di hadapanku.

"Gue sama Fahmi... Ups! Maaf. Maksudnya Suami Gue udah lama hubungan, Sebelum Lo lamaran. Ehh satu lagi, Fahmi lamar Lo karena Gue yang nyuruh. Biar pas batal sakitnya kerasa. Haha!" lanjut Lia yang di dukung Fahmi.

Fahmi mengangkat jempolnya kearahku. "Gimana? Enak toh? Haha..." Kata Fahmi.

Aku mengangkat Wajahku, mendongak dengan tatapan jijik kearah mereka berdua. Dalam hati Aku sangat bersyukur, karena menolak ajakan bejat Fahmi untuk menginap dihotel bersamanya.

"Bagus deh, Beban sama beban nikah, kan emang pantes, iya gak sih?" kataku sarkas.

Fahmi dan Lia berhenti tertawa, mereka berdua menatapku tak terima. "Maksud Lo!" sentak Fahmi kesal.

"Halah! Bilang aja, Lo iri kan? Udah jomblo gak punya pasangan, di tinggal nikah pula," kata Lia sambil menyungingkan bibirnya meledekku.

"Buat apa, iri sama sampah?" jawabku tenang melipat tanganku di dada.

"Siala*n. Buat apa sih Lo datang! Ngabisin makanan sama tempat doang disini. Oh, ya. Satu lagi, cepetan nyusul, keburu jadi perawan tua!" kata Fahmi menambahi kata-kata sarkas Lia padaku.

"Apa udah gak perawan? Ups! Haha." Lanjut mereka berdua.

"Maaf ya, gak doyan makanan sampah. Soalnya disini aja udah bau banget kayak tempat pembuangan terakhir." kataku cuek sama kata-kata pedas mereka.

Padahal udah pengen nangis dikit.

Wajah Fahmi merah padam, menatapku penuh emosi. Aku tau apa yang akan dia lakukan padaku, Fahmi melayangkan tangannya hendak menamparku.

Aku langsung memejamkan mataku...

"Maaf, Pak Fahmi. Jangan sentuh Wanita Saya." Suara berat seseorang menyadarkanku, kenapa tangan Fahmi gak sampai-sampai di mukaku?Atau kejebak macet di jalan?

Aku membuka mataku perlahan melihat punggung tegap seorang Laki-laki yang tadi pergi kesini bersamaku. Dia tengah memegang tangan Fahmi yang mau menamparku.

Aku menghembuskan nafas lega, untung dia datang tepat waktu.

"P-pak Daren?" kata Fahmi terbata, sambil menurunkan tangannya. Dia terlihat Syok dengan kehadiran Lelaki yang bernama Daren itu.

Terpopuler

Comments

Roselia Dufan

Roselia Dufan

ku baca sampai disini dulu ya, besok lanjut lagi

2023-06-23

1

Bintang Ray234🌸🌸

Bintang Ray234🌸🌸

Semangat terus ya kak🌸🌸

2023-06-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!