UJPP 5 - Menjelaskan

Kini, Kyai Amar. Nyai Faridah, Ning Isti dan Hasbi tengah duduk di ruang tamu.

"Ada apa Nak Hasbi?" Tanya Kyai Amar menatap Hasbi serius sementara yang di tanya diam menunduk, bingung akan bicara dari mana terlebih dulu. Rasanya sulit untuk ia katakan.

"Kang..." Isti memanggil Hasbi pelan dan lembut.

Hasbi mendongak, menatap Kyai dan Nyai secara bergantian kemudian mengatur napas agar lebih tenang. "Maaf sebelumnya Kyai, Nyai. Hasbi kesini ingin... " Ucapnya tertahan, masih mencoba untuk menguatkan diri.

"Ingin mengatakan kalau Hasbi sebenarnya sudah menikah kemarin sore, "

Deg!

"Jangan bercanda, kamu ingat kan nanti malam kamu akan meng-khitbah putri saya?" Ucap Kyai Amar, ia harap Hasbi hanya tengah bercanda.

"Maaf Kyai, tapi Hasbi tidak bercanda." Jawab Hasbi dengan menundukan kepala, tak berani menatap Kyai Amar.

Plak!

Bukan Kyai Amar yang menampar, tapi Nyai Faridah. Sebagai seorang ibu ia merasakan kekecewaan sekaligus amarah yang dalam saat putri tunggalnya di campakkan oleh seorang laki-laki yang telah berjanji manis.

"Tega kamu! mencampakan Isti. " Bentak Nyai Faridah murka sementara yang tengah ia bela kini sedang menangis sesenggukan, jujur saja perasaannya kini hancur. Bahkan sangat, hingga tak bisa di jabarkan.

"Umi... istighfar, jangan biarkan syetan menguasai Umi." Ujar Kyai Amar mencoba untuk menenangkan, ia juga kecewa. Tapi sadar, maut rejeki dan jodoh Tuhan yang menentukan.

"Bagaimana Umi bisa sabar Bi!? kalau putri kita satu-satunya sudah di permainkan oleh seorang laki-laki yang Umi kira baik justru busuk." Tutur Nyai Faridah dengan air mata yang berderai sembari menunjuk-nunjuk Hasbi yang diam.

Kyai Amar bangkit, kemudian memeluk sang istri mencoba untuk menenangkan sang istri. "Mungkin Hasbi bukan jodoh Isti Mi, kita tidak bisa memaksakan kehendak-Nya." Jelas Kyai Amar, Nyai Faridah diam di pelukan sang suami.

"Bawa Isti ke kamarnya ya, tenangkan dia. Ini biar Abi yang urus, " Perintah Kyai Amar yang di anggukinya kemudian melepas pelukan seraya memapah Isti yang sudah lemas untuk mengantarkannya ke kamar.

Setelah itu, Kyai Amar kembali duduk dan menatap Hasbi.

"Coba jelaskan Nak Hasbi," Titah Kyai Amar, Hasbi mendongak sehingga memperlihatkan matanya yang merah akibat menangis.

"Kemarin, Hasbi dari rumah Paman. Tapi di tengah jalan motor Hasbi mogok dan tidak lama ada dua laki-laki datang dan langsung memukul tengkuk Hasbi kuat sampai pingsan, saat sadar dari pingsan. Hasbi melihat seorang wanita memakai gaun pengantin Kyai, dia memaksa Hasbi untuk menikahinya. Hasbi sudah menolaknya dengan keras, tapi dia lebih pintar. Menggunakan Umma sebagai kelemahan Hasbi, mengancam ingin membunuh Umma. Hasbi tetap menolak karena mengira dia hanya main-main saja, tapi saat dia melakukan panggilan video dengan seseorang. Di situ Hasbi melihat ada laki-laki yang mengarahkan pisau pada leher Umma, Umma bahkan sampai berteriak histeris saat laki-laki itu hampir saja menggores leher Umma dengan pisau. Akhirnya dengan berat hati, Hasbi menikahi dia." Cerita Hasbi panjang lebar, tampak Kyai Amar mengangguk paham.

"Dan maaf Kyai, Hasbi tidak bisa mempertahankan Ning Isti." Lanjut Hasbi kemudian dengan nada menyesal.

"Tidak apa-apa Nak, mungkin Isti memang bukan yang tertulis di lauhul mahfudz-mu. Kyai hanya bisa mendoakan Nak Hasbi, semoga samawa till jannah." Doa Kyai Amar dengan tulus.

"Aamiin ya rabbal alamin," Hasbi meng-Aamiinkan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!