Tap...Tap...Tap...
Sepasang pengantin baru itu masuk ke dalam sebuah kamar hotel, Rasla menatap kasur. Lantai dan nakas dengan datar.
"Bersihkan semuanya, saya mau mandi." Ujarnya pada Hasbi yang berdiri di belakangnya.Ya, mereka sudah sah menjadi suami istri secara agama maupun hukum. Hasbi sudah mengucapkan ijab kabul siang tadi karena terus di desak dan di ancam.
Hasbi tak menjawab, ia hanya mengangguk kecil saja. Huh, jujur saja kalau pikirannya sedang kacau saat ini. Bagaimana nanti dirinya menjelaskan pada Isti dan keluarga? sungguh dia merasa bingung saat ini.
"Kau dengar tidak?" Tanya Rasla dari arah pintu kamar mandi yang dimana berhasil membuat Hasbi tersadar dari lamunannya.
"Iya," Jawab Hasbi setelahnya, sementara Rasla sendiri sudah masuk dan menutup pintu.
Hasbi menarik nafas dan menghembuskannya secara perlahan seraya memungut bunga-bunga mawar yang ada di lantai dan di kasur kemudian di buangnya pada tempat sampah, lalu melenyapkan api yang bertengger di atas lilin-lilin cantik. Terakhir, ia mengambil sebuah kain berbentuk sepasang angsa putih yang saling berhadapan sehingga membentuk hati. Menjembrengnya lalu melipatnya dengan rapih dan meletakkannya di atas sofa.
Cklek!
Pintu kamar mandi terbuka, memperlihatkan sosok Rasla yang sudah rapih dengan pakaian tidur miliknya.
Hasbi melirik jam di dinding yang menunjukan waktu hampir pukul enam sore, kurang lima menit lebih saja dan ini sudah waktunya sholat Maghrib. Segera dirinya masuk ke dalam kamar mandi untuk melakukan wudhu.
Setelah selesai dirinya segera keluar, menatap Rasla yang duduk bersandar di kepala ranjang sembari memangku sebuah laptop.
"Mbak, sholat dulu." Ajak Hasbi mengalihkan atensi Rasla yang menatapnya dengan pandangan sulit, kemudian menggelengkan kepalanya pelan.
"Saya lagi datang bulan," Ujarnya bohong, Hasbi mengangguk kecil. "Oh iya, jangan panggil saya Mbak. Panggil nama saja," Lanjutnya lagi yang tak nyaman dengan panggilan Hasbi walaupun usianya memang lebih tua tiga tahun.
Kembali Hasbi mengangguk kecil, lalu berjalan menuju lemari. Di hotel ini memang menyediakan alat sholat, Hasbi mengambil sajadah serta tasbih dan Al-Qur'an yang ada di dalam lemari yang tempatnya terpisah dengan tempat khusus pakaian.
Selanjutnya menggelar sajadah dan memulai sholatnya dengan khusyuk, Rasla melirik Hasbi sulit. Hatinya tersentil, sudah berapa tahun ia meninggalkan sholat ya? terakhir ia sholat waktu masih usia delapan tahun dan sekarang sudah dua puluh enam tahun. Andaikan saja kakeknya masih ada di dunia, dapat di pastikan dirinya masih melaksanakan sholat, tapi semenjak kakeknya meninggal karena sakit keras. Rasla sudah tak punya sumber semangat lagi untuk melakukan ibadah, karena Kakeknya lah yang selama ini menyemangatinya dan menegurnya saat salah di tengah ayah dan ibunya yang lalai dalam urusan agama.
Tak terasa satu tetes air mata jatuh saat mendengar suara merdu Hasbi yang membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an, tapi segera di usapnya dan kembali memasang wajah biasa-biasa saja.
Tok...Tok...Tok...
Rasla meletakkan laptopnya kemudian beranjak menuju pintu.
Cklek!
"Hallo pengantin baru!" Suara cempreng Yuna Zeleni, sahabat Rasla langsung terdengar nyaring hingga membuat Rasla menutup telinganya.
"Berisik!" Ketusnya.
"Hehehe," Yuna terkekeh, tapi segera berhenti saat telinganya mendengar suara seperti orang tengah mengaji walaupun samar.
"Eh, kayak ada yang lagi ngaji? Gak mungkin laki lu kan. Selera Lo kan rendah!" Ujar Yuna pedas, ingin sekali Rasla menimpuk wajah sahabatnya itu keras-keras.
"Salah denger kali, kuping Lo kan banyak tai-nya." Rasla membalas tak kalah pedas.
Yuna mencebik kesal. "Heh enggak ya, kuping gue udah pasti bersih!" Bantah Yuna tegas.
Rasla tersenyum remeh. "Udah, langsung ke intinya aja. Kesini mau ngapain?" Tanya Rasla.
"Mau ngasih ini," Yuna menyerahkan sebuah paper bag dengan logo bertuliskan YZ-YunaZeleni. "Ini gue bikin sendiri loh!" Lanjutnya lagi bangga.
Rasla menatap Yuna curiga namun tetap menerimanya. "Udah ini doang?" Tanya Rasla.
Yuna mengangguk.
"Nona," Ariz Newton, asisten pribadi Rasla datang dengan membawa sebuah map si tangannya.
"Berkas yang Nona minta," Ujarnya sembari menyerahkan map tersebut ke arah Rasla yang menerimanya dengan tenang, Yuna melirik map tersebut kepo.
"Mau gue tusuk matanya?" Ucap Rasla menatap tajam Yuna yang kini beralih ke pinggir Rasla untuk menengok map.
"Eh jangan dong!" Yuna reflek menolak dengan keras.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments