Terdapat seorang laki-laki gagah perkasa dengan Mahkota emas yang berada di atas kepalanya sedang berada di perpustakaan istana-nya sendiri.
Ia melangkahkan kakinya ke arah rak khusus buku-buku puluhan tahun lalu dan mendapatkan buku tua berwarna coklat, ada bercak abu-abu di sekitar covernya, buku itu sudah robek-robek akibat di makan rayap dan debu tebal yang menyelimuti buku tersebut.
Ia mengambil buku itu lalu meniup agar debu-debu tersebut tidak menghalangi covernya lagi, lalu ia membukanya dan terdapat kan tulisan yang membuat lelaki itu tersenyum miring.
Di sebuah benua Asia Tenggara terdapat sebuah pulau terbesar yang sering di sebut pulau Alomo.
Disana terletak sekitar 21 kerajaan di berbagai sisi pulau Alomo, salah satunya adalah Kerajaan Sellot, Kerajaan Timat, Kerajaan Formir, Kerajaan Dupadu, Kerajaan Cisles dan masih banyak lagi.
Pada zaman dulu, diciptakan Aliansi Kerajaan yang sepakat untuk membentuk 'Akademi' sebagai simbol perdamaian 21 kerajaan. Dimana anak-anak bisa belajar tentang ke 21 kerajaan tersebut dan saling mengenal satu sama lain, namun Akademi ini hanya bisa di ikuti oleh mereka-mereka yang keturunan Bangsawan.
Laki-laki yang bersurai hitam itu langsung membawa buku yang berjudul 'Akademi Alomo' tersebut untuk dia bakar, ia menganggap buku ini adalah 'Sampah'.
"Tidak ada perdamaian lagi." gumannya sambil tersenyum miring.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
“Selamat pagi dan selamat datang kembali di Akademi Alomo.” Seorang pria paruh baya berseru di lantai atas sambil memandang para Bangsawan yang berada di lantai bawah sambil memandanginya.
Para Bangsawan dari tingkat 1 hingga tingkat 3 bersorak dengan begitu meriah, hingga bergema di ruangan besar tersebut.
“Sebelum kita mulai pestanya, saya akan memperkenalkan diri untuk tingkat 1 yang baru saja menginjakan kakinya d Akademi,” para Bangsawan berfokus padanya.
“Nama saya Master Gonis, saya adalah kepala Akademi Alomo saat ini. Kalian adalah generasi pemimpin Kerajaan di kemudian hari, saya yakin dengan adanya kalian di Akademi ini akan membuat wawasan kalian menjadi jauh lebih luas.”
Para Bangsawan bertepuk tangan kembali.
"Hari ini adalah merayakan kembalinya tingkat 2 dan tingkat 3 dari libur yang singkat yaitu 4 bulan, juga hari ini merayakan para Bangsawan yang pertamakali datang ke Akademi, mereka adalah tingkat 1. Tepuk tangan untuk kita semua."
Seisi ruangan pun bergema di iringi dengan suara tawa kecil dari para Bangsawan.
“Di pesta pembukaan kali ini, saya ingin kalian mengenal satu sama lain dan menjadi teman yang baik. Karena pemimpin yang sempurna harus mempunyai hubungan rekan yang baik dengan pemimpin lainnya.”
“Dan pesta pun, dimulai!” Gonis berteriak dengan riang membuat seluruh Bangsawan bertepuk tangan dengan begitu meriah.
Musik classic pun langsung di putar oleh musisi profesional saat ini, karena ini adalah pesta Akademi maka tidak sembarangan orang yang datang.
Para Bangsawan tingkat 1 hingga tingkat 3 sangat menikmati moment yang penuh kebahagiaan ini, mereka menari kecil karena music yang di mainkan sangatlah membuat mereka bersenang-senang.
Di sisi lain Rebecca masih berada di kamarnya, ia sengaja ingin datang terlambat agar tidak bertemu orang-orang di lorong Akademi saat menuju ruangan pesta, Rebecca ingin berjalan sendirian.
Rebecca membuka pintu kamar dan tidak mendapati seorang pun karena mereka pasti sudah berada di pesta pembukaan.
Rebecca berjalan melihat pemandangan sekelilingnya, ternyata bangunan di sekitar tidak banyak berubah. Saat berada di lorong, Rebecca melihat bulan purnama membuat dia menghentikan langkahnya. Rebecca memandangi bulan itu, dia merasakan ketenangan.
“Akhirnya ada seseorang.” Gadis itu berlari mendekati Rebecca setelah terlihat dari kejauhan.
“Permisi,” Sapa dia tersenyum pada Rebecca sedangkan Rebecca mengerutkan alisnya bingung. Bukannya semua orang harusnya sudah di pesta?
“Aku tidak tau jalan menuju pesta, boleh kah kau memberi tau aku dimana arahnya?”
Rebecca sedikit bingung dengan orang asing depannya, Rebecca tidak pernah melihat gadis ini sebelumnya.
“Kau murid baru?” tanya Rebecca penasaran.
“Benar sekali, aku baru tingkat 1, nama ku Violla. Aku berasal dari Kerajaan Sellot ." Violla menjulurkan tangannya ingin bersalaman dengan Rebecca, namun Rebecca hanya menatap tangan itu tampa membalas.
"Oh jadi kau, yang memberikan ku surat dari bawah pintu itu? Konyol sekali."
Mendengar itu Violla langsung terkejut, dia menatap wajah Rebecca fokus dan benar saja, dia adalah Rebecca.
"Ternyata kau membaca surat ku ya? Terimakasih, Nona Rebecca." Violla tersenyum gembira namun senyuman itu tak berlangsung lama, "Di salam surat itu aku mengajakmu pergi ke pesta bersama, dan sekarang kau sendirian sekarang. Berarti kau tidak ingin pergi bersama dengan ku ya?" tanya Violla memanyunkan bibirnya, sedikit kecewa dengan Rebecca.
“Kau salah paham, aku tidak membacanya."
"Lalu?"
"Membuangnya."
Violla langsung hilang harapan pada Rebecca.
"Ikut aku.” Rebecca berjalan menuntun Violla menuju ruangan Pesta.
Violla sedikit sedih karena surat yang dia kirim setelah memikirkannya 10 kali justru sia-sia.
“Maaf sebelumnya, walaupun kau tidak pergi ke pesta bersama ku, mengapa kau tidak berada di pesta sekarang?” tanya Violla yang berada di belakang Rebecca.
“Terlambat.” Balas Rebecca.
Violla mengangguk paham, untung saja ada Rebecca di lorong tadi. Jika tidak, Violla akan terus mondar-mandir sampai pesta selesai.
“Kau kenapa gak ikut teman-teman mu yanng tingkat 1?" tanya Rebecca datar.
“Aku menunggumu, ku pikir kau akan menjemput ku karena di dalam surat itu aku tulis untuk kau datang ke kamar ku. Ternyata kau membuangnya." Violla berbicara pelan karena dia sedikit malu.
"Jangan berharap pada orang lain."
Kalimat Rebecca membuat Violla menggaruk kepalanya yang tak gatal, sungguh dia sangat malu dengan Rebecca. Dan apa yang di katakan Rebecca ada benarnya juga, ini akan menjadi pelajaran buat Violla.
“Kita sampai.” Rebecca menunjuk pintu besar yang tertutup rapat menggunakan dagunya.
“Apa kau yakin?” Violla melihat tidak ada tanda-tanda cahaya di pintu besar ini, dimana-mana yang namanya pesta pasti identik dengan orang yang ramai dan tempat yang terang.
Rebecca mendorong pintu besar itu dan mendapati orang-orang yang begitu banyak, mereka sedang berbincang sambil menyantap makanan yang tersedia.
Violla terkejut, gadis itu masuk ke ruangan mengikuti Rebecca dari belakang, Violla tersenyum karena pada akhirnya ia telah sampai di tujuan.
“Aku tidak pernah berbohong.” tutur Rebecca menaikan sebelah alisnya. Sedangkan Violla, dia malu untuk kedua kalinya.
“Terima kasih banyak,” Violla tersenyum pada Rebecca, namun Rebecca ragu membalas senyum itu.
“Sama-sama.”
Rebecca ingin menuju ke tempat minuman yang berada tak jauh dari tempat ia berdiri, namun tiba-tiba ada seseorang yang menabrak bahu Rebecca hingga minuman manis bewarna merah itu membahasi gaun putih Rebecca.
“Punya mata gak?!” bentak Rebecca pada gadis itu. Rebecca sambil melihat seberapa banyak tumpahan merah itu membasahi gaunnya.
Akibat teriakan Rebecca, orang-orang yang berada di sekitar langsung memandanginya.
“Ma-maaf Rebecca.” Rebecca sangat membenci suara ini, suara yang membuat Rebecca kehilangan kekasihnya.
...----------------...
Mohon dukungannya yaaa❣️
(Violla yang nulis)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments