Satu minggu lagi adalah hari dimana para bangsawan yang berumur 18 tahun akan kembali ke Akademi untuk melanjutkan pembelajaran mereka yang kini akan menjadi tingkat 3. Tentu, mereka akan menyiapkan beberapa baju karena akan tinggal di asrama selama satu tahun.
Di Kerajaan Formir terdapat gadis yang memutar bola matanya malas tak terima dengan kenyataannya yang akan membawanya kembali ke Akademi. Berkali-kali gadis itu memohon kepada Ibunya untuk keluar dari Akademi namun di tolak.
Rebecca memperhatikan gerak-gerik pelayan yang sibuk memasukan barang-barangnya ke dalam tas-tas besar, dia akan berangkat besok pagi karena perjalanan dari istana ke Akademi sangatlah jauh. Butuh tiga hari dua malam untuk sampai ke tujuan.
“Kau tau Kana, aku tidak ingin pergi ke neraka itu.” Rebecca menggerutu dengan tangannya yang di lipat ke depan dada.
“Saya sudah mendengar perkataan itu ratusan lebih, Nona.” Ucap Kana yang masih sibuk memasukan baju-baju dan barang-barang ke dalam tas milik Nona-nya.
Benar, setiap menit Rebecca selalu mengeluh jika ia tidak ingin pergi ke Akademi. Rebecca sangat malas jika bertemu dengan sepupu yang sering Rebecca rundung karena ujung-ujungnya sang Pangeran kesiangan akan membela gadis itu.
Saat pertama kali Rebecca memasuki Akademi tepatnya pada saat Rebecca masih tingkat 1, ia langsung jatuh cinta pada Pangeran yang sangat cerdas seangkatannya. Bagusnya, pangeran itu membalas perasaan Rebecca juga. Namun saat tingkat 2, ada sepupu Rebecca yang merupakan murid pindahan yang membuat kekasih Rebecca langsung menyukainya.
Hal itu membuat Rebecca sakit hati, ia pun mencoba berbagai cara untuk membuat Pangeran dan sepupunya itu berpisah. Namun nihil, justru Pangeran yang menjauhi Rebecca.
Karena rumor Rebecca yang mencoba melukai sepupunya sendiri, Rebecca menjadi tidak memiliki teman. Dan dia selalu kesepian di sepanjang pembelajaran Akademi tingkat 2, Rebecca trauma akan hal itu.
“Tenang saja, Nona. Kau pasti bisa melewati hari-hari Akademi dengan baik-baik saja.” Balas Kana, pelayan yang mengabdikan nyawanya pada Rebecca itu selalu berkali-kali menyemangati Nona-nya.
Rebecca pun menghela nafas kasar, ia berharap jika di Akademi nanti akan ada yang ingin berteman dengannya. Rebecca sangat sakit hati atas perlakuan Pangeran yang tidak menyukainya lagi, maka dari itu Rebecca benci Akademi.
Selain membenci Akademi, Rebecca juga membenci keluarganya. Keluarga macam apa yang tidak memperhatikan anaknya, Ratu dan kakaknya yang sudah di lantik menjadi Putra Mahkota itu terlalu sibuk dengan pekerjaan. Sejak sang Ayah wafat 2 tahun lalu, Rebecca sudah tidak pernah mendapatkan perhatian lagi dari keluarganya.
Rebecca sangat di sayang oleh Ayahnya, Delart. Namun tidak dengan Rihanna sang Ibunda, yang dari kecil Rebecca sangat jarang berinteraksi dengannya. Terlebih lagi Kakaknya, Rebecca hampir tak pernah berbicara dengannya. Hal itulah yang membuat Rebecca makin kesepian.
Hanya Kana, pelayan yang merupakan teman masa kecilnya. Ia sangat setia dengan Rebecca, di gempuran para pelayan yang sungkan melayani Rebecca. Hanya Kana yang setia dengannya. Rebecca bersyukur mempunyai teman yang setia seperti Kana.
Tiba-tiba Rebecca memikirkan 'Dia' yang merupakan wasiat dari Delart. Rebecca tertunduk, ia sedih karena harus mencintai lelaki itu. Rebecca tidak bisa, Rebecca selalu memikirkan mantan kekasihnya. Seribu cara Rebecca mencoba untuk mencintai 'Dia' fikiran Rebecca langsung teralihkan oleh mantan kekasihnya. Perasaan tidak bisa berbohong, padahal Rebecca sudah di jodohkan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
1 minggu berlalu, sekarang Rebecca tengah bersiap-siap untuk berangkat menaiki kereta kuda. Namun sebelum itu, Rebecca harus makan pagi bersamaan dengan keluarganya.
Hening, hanya ada suara ketukan piring dan sendok yang mengisi heningnya ruangan. Rebecca menatap kedua keluarganya itu secara bergantian.
“Ini adalah hari terakhir ku bersama kalian." Rebecca mencoba mencairkan suasana.
Rihanna dan Dilan hanya menatap Rebecca sekilas lalu fokus kembali pada kegiatan masing-masing.
“Ibu, aku gak mau kembali ke Akademi,” Jerit Rebecca untuk kesekian kalinya, dia berharap sang Ibu berubah fikiran.
“Tidak. Mengapa kau selalu mengeluh tentang hal itu Rebecca? Saya kesal mendengarnya,” ucap Rihanna yang merupakan Ratu Kerajaan Formir.
“Maaf, Ibu. Aku hanya tidak ingin berada disana." Rebecca menunduk, dia tidak akan pernah bisa dekat dengan Ibunya.
“Jangan pernah kau merundung sepupu mu lagi, jangan berantem hanya karena percintaan mu yang tidak terbalaskan itu. Buat malu keluarga saja." Ketus Rihanna menatap tajam Rebecca.
Seluruh keluarga Rebecca mengetahui itu, karna laporan yang di buat oleh Master Akademi. Bukan hanya keluarga Rebecca saja, bahkan keluarga besarnya pun tau. Rebecca penindas di Akademi adalah rahasia umum.
"Dia merebut kekasih ku, wajar saja aku marah." Rebecca berbicara pelan, dia tidak ingin keluarganya juga beranggapan Rebecca pelaku utama.
“Biarkan saja dia, kau sudah di jodohkan Rebecca, jangan memikirkan pria lain." Kali ini Dilan menimpali, yang merupakan Raja masa depan Formir.
“Aku sudah melupakannya." Balas Rebecca berbohong.
"Aku hanya kesal dia pernah merebut kebahagiaan ku." Lanjut Rebecca yang masih bersuara pelan dan sedikit takut.
"Jangan seperti anak-anak, berfikirlah dewasa." ketus Rihanna.
Lagi-lagi Rebecca menghela nafasnya kasar, keluarga tidak pernah mengerti perasaan Rebecca. Rebecca tertunduk sedih, dia ingin sekali saja seperti keluarga normal pada umumnya. Yang saling menyayangi dan mengerti satu sama lain.
Sarapan telah selesai, Rebecca sudah berada di luar istana bersiap-siap ingin menaiki kereta kuda. Namun sebelum itu, ia menunduk hormat kepada Ratu dan Putra Mahkota.
“Aku berangkat." tutur Rebecca tak berani menatap mata Ibunda dan kakaknya.
Rihanna hanya diam menatap dingin Rebecca, tentu saja Rebecca merasa terintimidasi.
“Jangan membuat hal konyol." tegas Dilan menatap Rebecca.
"Baik." Rebecca tersenyum, namun seperti di paksa.
“Hati-hati Nona.” Kana menunduk hormat pada Rebecca sambil menahan air matanya.
“Tak perlu seperti itu Kana, kita akan bertemu 12 bulan lagi.” Rebecca tertawa kecil melihat kelakuan pelayan setianya, ia pun menaiki kereta kuda yang di bantu oleh Prajurit.
“Sampai nanti.” Rebecca melambaikan tangannya, ia sangat sedih karna harus mendapatkan tatapan tajam dari keluarganya. Padahal Rebecca akan pergi selama 1 tahun, namun sang Ibu dan Kakak tidak bereaksi apapun.
Tampa sadar Rebecca meneteskan airmatanya, ia sangat kesepian dengan nasib hidupnya. Tampa teman, tampa kasih sayang keluarga, hari-hari Rebecca begitu hampa. Walaupun ada Kana di dalam hidupnya, tidak menutup kemungkinan jika Rebecca sangat kesepian.
Tiba-tiba Rebecca teringat dengan ucapan Dilan yang membahas tentang calon suaminya saat sarapan pagi tadi, di Akademi nanti mereka pasti akan bertemu karena mereka sama-sama tingkat 3.
Rebecca semakin sedih, karena lelaki itu adalah wasiat sang Ayah untuknya. Yaitu menjodohkan Rebecca dengan Pangeran Kerajaan lain, Rebecca berusaha mencintai lelaki itu. Namun nihil, Rebecca selalu kepikiran tentang mantan kekasihnya.
Rebecca bersandar di kereta kudanya lalu memejamkan mata, ia selalu terbayang-bayang kejadian sedih yang menimpanya dulu, tepatnya 1 tahun yang lalu.
“APA YANG KAU LAKUKAN REBECCA?” Teriak Fion yang tiba-tiba datang entah dari mana.
“Bukan, bukan aku.” Tegas Rebecca panik.
Tampa basa-basi lelaki itu langsung terjun ke danau menyelamatkan seseorang yang sedang tenggelam.
Wajah Rebecca memerah akibat marah, ini penipuan. Rebecca tidak mendorong Tiana, ia menjatuhkan dirinya sendiri seolah-olah Rebecca yang bersalah.
Fion pun timbul ke daratan dengan menggendong Tiana yang lemas, Fion menaikan Tiana ke daratan dan Rebecca membantunya.
Rebecca menepuk-nepuk pipi Tiana supaya gadis tersebut segera sadar, tapi Fion langsung menepis tangan Rebecca kuat.
“Jangan sok peduli!” Bentak Fion menatap Rebecca tajam.
Fion langsung memberikan Tiana nafas buatan sambil memompa dadanya, hal itu membuat Tiana langsung terbangun dan memuntahkan air.
“Kau tak apa-apa?” panik Fion memegang pipi Tiana, Fion pun memeluk Tiana sambil menatap Rebecca marah.
"Apa yang kau lakukan?!” tanya Fion sambil membentak.
“Aku tidak melakukan apapun! Dia menjatuhkan dirinya sen...”
“Selalu banyak alasan!” Fion langsung memotong omongan Rebecca membuat hati Rebecca seperti tersilet.
“AKU BILANG AKU TIDAK MELAKUKAN APA-APA!” Rebecca tak terima, ia terus membela dirinya sendiri.
“Kau mendorongnya, aku liat sendiri Rebecca. Kau jahat sekali, apa yang kau inginkan darinya?" Fion mulai berdiri mendekati Rebecca, ia menatap Rebecca dengan tatapan membunuh.
Rebecca tak kuasa menahan rasa sakit hatinya. Mengapa Fion tega membentak Rebecca, bahkan tidak mau mendengar penjelasan Rebecca. Padahal kalau di lihat lagi, Fion dan Tianalah yang berkhianat padanya. Menjalin hubungan dan tega menipu Rebecca.
“Aku kecewa dengan mu Rebecca.” Fion pun langsung menggendong Tiana menuju ruang tabib.
"SEHARUSNYA, AKU LAH YANG KECEWA PADA KALIAN?!" teriak Rebecca tak ingin kalah.
Kaki Rebecca sangat lemas, ia tak sanggup berdiri hingga terduduk sambil berusaha menahan isakan tangisnya.
Padahal, Rebecca hampir di dorong oleh Tiana. Rebecca membalikan dirinya supaya ia tidak terjatuh, namun Tiana tiba-tiba menjatuhkan dirinya sendiri membuat Rebecca terkejut. Dan tiba-tiba saat itu juga Fion datang.
Rebecca perlahan membuka matanya, ia merasakan ada sesuatu yang membasahi pipinya. Terbangun dari mimpi yang merupakan kejadian 1 tahun yang lalu.
Rebecca menghela nafas kasar, mungkin karena ia terlalu kepikiran tentang Akademi jadi ia bermimpi tentang kejadian kelamnya.
Rebecca melihat luar langit yang ternyata sudah sore, sepertinya Rebecca tertidur cukup lama. Rebecca memilih untuk membaca buku yang di sediakan oleh Prajurit agar Rebecca tidak bosan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
ilhmid
sulit mengambil keputusan di tambah lagi masalalu yang masih menghantui dirinya
2025-04-26
1