5. Hari Pertama Kerja

Happy Reading🐭

Mohon bijak dalam membaca, ya. Dan jangan lupa untuk dukungannya setelah selesai membaca✨

〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎

Klotak ... klotak ...

Suara berisik yang diciptakan sepatu hack berwarna merah cherry itu mampu memenuhi isi ruangan, setelah Alicia masuk ke dalam rumah apartemen milik Robin.

Ia melihat setiap tempat di dalamnya, sama sekali belum ada satupun lampu yang menyala, membuat ruangan itu menjadi gelap seakan pemiliknya adalah seorang penyihir jahat.

Alicia meletakkan beberapa kantung plastik itu ke atas meja di ruang tamu. Lalu berjalan mendekati ruang kamar, dimana terlihat sosok pria yang tengah tertidur pulas di atas ranjang.

Seketika senyum manis terukir di bibir wanita itu, menatap wajah Robin yang bersinar terang saat terkena cahaya rembulan malam. Alicia pun membalikkan badannya, berjalan kembali menuju ruang tamu untuk mengambil kantung plastik berisi makanan.

"Eh, sudah pulang ya?" tanya Robin yang baru saja terbangun dari tidurnya, kontak mengejutkan Alicia.

Matanya yang berwarna coklat itu terlihat sipit, dengan langkah kaki yang berjalan semakin mendekati dimana Alicia tengah berdiri di sebelah sofa.

"Ini, aku membeli makanan untuk kita makan malam. Anggap saja sebagai perayaan karena aku berhasil masuk FWaD Company," tuturnya seraya mengeluarkan semua makanan dari dalam kantung plastik.

Kini keduanya duduk berseberangan, menyantap makan malam dengan menu makanan Jepang. Yah, itu dibeli karena Alicia ingin mencobanya sekali-kali.

"Aku sudah mendapat uangnya dari tuan Felipe. Ngomong-ngomong ... aku akan mengambilnya di bank pusat kota besok. Dan biarkan aku yang mengurus tanah di Distrik Markaus, kau bisa percaya padaku!" ujar Robin bersemangat.

Tangannya itu mulai meraih makanan di atas meja, memasukkannya ke dalam mulut dengan lahap. Jika bukan karena lapar, mungkin karena dia menyukai menu makanan Jepang yang baru di cobanya pertama kali.

"Ah, terima kasih."

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Langit pagi dengan awan cerah serta cahaya mentari yang baru terbit, menyambut hari baru untuknya. Alicia berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang terasa begitu lengket.

Begitu usai membersihkan tubuh, wanita itupun menuju ruang kamar. Tentu saja untuk memilih pakaian yang akan ia kenakan saat pergi ke FWaD Company di hari pertamanya ini.

Alicia memilih pakaian yang tidak begitu terbuka, agar bisa dipandang baik oleh karyawan lain. Lagipula, kedudukannya sekarang ini hanyalah pekerja biasa, bukan manager yang bisa mengatur siapa saja.

Waktu yang telah menunjukkan pukul tujuh tepat itu membawa langkahnya menuju mobil. Dengan seorang pria berkacamata yang siap mengendarai mobil itu kapan saja, bisa disebut sebagai sopir andalannya.

Selama diperjalanan menuju FWaD Company, keduanya saling mengobrol dengan hangat, sampai tak terasa bahwa mereka telah tiba di halaman perusahaan tersebut.

Terlihat sekumpulan orang-orang tengah berjalan memasuki gedung perusahaan, mereka tampak membawa beberapa lembar kertas yang terlihat cukup penting.

Karena sibuk, Robin pun terpaksa tidak dapat menemani Alicia seperti biasanya. Pria itu harus melayani bos nya di perusahaan, serta mengurus uang yang kemarin di pinjam untuk membeli tanah di Distrik Markaus.

......................

Alicia masuk ke dalam gedung perusahaan, banyaknya karyawan yang menatap Alicia dengan sinis, tentu membuatnya heran. Mungkin karena penampilannya yang cukup mencolok, meskipun sudah dicoba agar tidak terlalu berlebihan.

Wanita itu duduk di kursinya untuk yang pertama kali. Layar laptop yang masih terlihat berkilau menjadikannya tidak sabar untuk segera menyentuh benda itu.

Semua yang Alicia miliki sekarang adalah benda baru, yang sama sekali belum pernah disentuh oleh siapapun, termasuk si pemilik perusahaan.

Namun yang menjadi permasalahan, letak tempat duduk Alicia yang berada di paling ujung itu membuatnya tidak nyaman. Apalagi jarak yang cukup cukup jauh dengan karyawan lain, tentu akan sulit berkomunikasi.

"Selamat pagi Nona," sapa Darren, tangannya itu menunjukkan beberapa lembaran yang begitu banyak.

"Dari dulu, pria ini sama sekali tidak berubah," ucapnya kesal dalam hati.

"Maaf, apa Nona Alicia bisa ke ruangan tuan Zean dulu? Ada yang ingin beliau katakan pada Anda."

Alicia terdiam, ia kira pria di hadapannya sekarang ingin memberikan tugas berat untunya, namun ternyata tidak, karena Darren hanya ingin menyampaikan pesan yang diberikan dari sang mantan suami.

"Baiklah."

Alicia berjalan memasuki lift untuk menuju lantai dua puluh. Setibanya di lantai itu, Alicia dikejutkan dengan beberapa orang ber jas hitam yang kala itu membunuhnya di jembatan, tengah berdiri di depan ruangan Zean.

Meski sudah mengubah wajah dan identitasnya, Alicia masih merasa takut jika harus bertemu dengan para gangster yang saat itu membunuhnya dengan menggunakan senjata tajam.

Jika bukan karena rencana balas dendam, Alicia mungkin tidak akan memberanikan diri untuk menemui Zean sekarang.

"Anda siapa?" tanya salah seorang dari mereka, matanya menunjukkan tatapan kejam yang amat mengerikan.

"Aku hanya ingin bertemu dengan tuan Zean, apa bisa saya masuk?" tanya Alicia lembut.

Para pria ber jas hitam itupun membuka ruangan kerja Zean. Kini Alicia bisa melihat sosok pria yang ingin sekali dia bunuh. Namun sayangnya, rencana kali ini adalah untuk memanfaatkannya terlebih dahulu.

Sementara dengan Robin, dirinya justru sedang membawa mobilnya menuju Distrik Markaus, setelah berhasil mengambil uang perusahaan di bank pusat kota.

Dua puluh menit berlalu, Robin akhirnya tiba di tempat tujuan dengan menggunakan jas berwarna biru muda. Ia berhadapan langsung dengan penjaga Distrik, yang memiliki badan besar dan berotot.

"Ada kepentingan apa?" tanya pria dengan otot besar itu.

Bukannya merasa takut, Robin justru malah tersenyum menyeringai, menunjukkan wajah tampannya pada sesama jenis.

"Ada kepentingan dengan pemilik tanah ini."

Pria itu kemudian mengangguk, dan mempersilahkan Robin untuk masuk menemui si pemilik tanah di Distrik Markaus, yang katanya sedang menjual tanahnya dengan harga yang tidak terlalu mahal.

Begitu masuk ke dalam ruangan, yang dilihatnya pertama kali adalah secangkir kopi di atas meja, dengan beberapa camilan sebagai pendamping kerjaan pagi. Tentu saja, pria yang menyantapnya sekarang adalah pemilik Distrik.

"Wah, kau orang yang kemarin menghubungiku?" tanya Jade.

"Iya, namaku Robin Carlen," sahutnya seraya tersenyum lebar.

"E-- eh, tunggu sebentar. Sepertinya ... wajah tampan mu itu tidak asing."

Jade termangap heran, masih berusaha keras untuk menebak siapa sosok pria di hadapannya sekarang ini.

"Syut, jangan biarkan mereka tau," cakap Robin, jari telunjuk nya ia letakkan tepat di bibir Jade, membuat pria itu reflek mengangguk.

"Jadi, aku ingin membeli tanah ini. Dengan harga yang akan ku naikkan, tapi dengan syarat jangan memberi tahu pada siapapun, bahwa aku yang telah membelinya."

"Wah wah ... berapa harga yang ingin kau naikkan itu?" tanya Jade tidak sabar.

"$11.000, bagaimana?"

"Kalau begini sih, aku sangat untung! Oke, aku terima."

Bersambung ...

Mohon dukungannya untuk karya ini~ (๑`✪̤◡✪̤)◞ღԵհɑղƘՏღ

Terpopuler

Comments

𝒮🍷⃞⃟Ive•Сɛƨℓιɛα•ଓε🐬♀♛ƐꝈƑ⃝🧚

𝒮🍷⃞⃟Ive•Сɛƨℓιɛα•ଓε🐬♀♛ƐꝈƑ⃝🧚

semungutt

2023-12-16

0

𝒮🍷⃞⃟Ive•Сɛƨℓιɛα•ଓε🐬♀♛ƐꝈƑ⃝🧚

𝒮🍷⃞⃟Ive•Сɛƨℓιɛα•ଓε🐬♀♛ƐꝈƑ⃝🧚

lagi" udh selesai aja. Next ayank!

2023-06-22

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!