Happy Reading🐭
Mohon bijak dalam membaca, ya. Dan jangan lupa untuk dukungannya setelah selesai membaca✨
〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎〰︎
Lalu lintas yang cukup padat membuat waktu mereka terbuang sia-sia. ditambah dengan teriknya matahari yang menembus kaca jendela, menciptakan suhu panas di dalam ruangan mobil.
Alicia akhirnya tiba di sebuah cafe yang terletak bersebelahan dengan King Card, setelah memakan waktu hampir tiga puluh menit di perjalanan.
Kini kepalanya sudah bersandar di kursi, duduk berhadapan langsung dengan seorang pria, yang perannya adalah sebagai mata-mata suruhan Robin.
Pria itu tampak celingak celinguk, ingin mengeluarkan beberapa lembaran kertas berisi laporan di waktu yang tepat, agar tidak diketahui oleh siapapun.
Wajahnya menyimpan rasa takut, jelas terlihat dari keringat dingin yang terus keluar hingga membasahi kemejanya.
"Ini laporannya. Maaf, aku tidak bisa lama-lama. Mungkin seseorang bisa melihatku nantinya," ucapnya dengan gugup.
Tangan lebarnya itu di acungkan pada Robin, apalagi kalau bukan selain meminta jatah hasil kerja kerasnya, setelah berhasil memata-matai Zean.
"Tenang saja, memangnya kau pikir aku akan lupa?" sahut Robin seraya mengeluarkan kertas berwarna coklat tebal dengan isi uang di dalamnya.
Usai memberikan laporan, pria dengan kemeja biru muda itu lantas pergi, memasuki mobilnya yang terparkir di depan cafe.
Robin menyerahkan lembaran kertas berisi laporan hasil mata-mata itu pada Alicia. Kini tangannya perlahan mulai membuka tiap lembaran, membaca setiap tulisan yang telah dicatat rapih oleh pria suruhan tadi.
"Bagaimana?" tanya Robin penasaran, setelah melihat raut wajah Alicia yang sepertinya terlihat begitu senang.
"Dia akan membeli tanah di distrik Markaus. Apa aku bisa memanfaatkan keadaan ini?" balasnya sembari menunjukkan senyum menyeringai.
Saat masih menjadi istri Zean, Alicia adalah sosok yang ramah dan baik hati. Bahkan penampilannya juga bisa dikatakan sebagai wanita imut, yang bisa membuat pria mana saja nyaman dengan dirinya.
Tapi sekarang, sikap dan gaya berbicara nya justru berbanding terbalik. Wanita itu berubah menjadi sosok yang mengerikan, dengan penampilannya yang tampak elegan. Bahkan senyumannya juga bisa ditakuti oleh orang-orang.
"Hmmm, Robin … apa kau bisa membantuku lagi?" tanya Alicia sedikit ragu.
Yah, memang benar. Sejak awal pertemuannya dengan pria berkacamata itu, Alicia selalu saja merepotkan nya, menyeretnya masuk ke dunia balas dendam yang bahkan tidak ada sedikitpun untungnya bagi Robin.
Namun sama sekali tidak ada rasa keberatan di dalam hati pria itu. Ia justru merasa senang melihat orang lain bahagia berkat bantuannya.
"Boleh saja. Kau ingin minta tolong apa?"
"Aku butuh uang untuk bisa membeli tanah di distrik Markaus. Ngomong-ngomong … tanah ini dijual dengan harga yang murah, namun bisa mendapat untung besar jika kita membangun perusahaan di sana," terangnya.
Robin yang mendengarnya kontan termangap heran, tidak percaya bahwa wanita yang berada duduk di sebelahnya ternyata memiliki keahlian dalam dunia bisnis.
"Aku akan berusaha. Mungkin aku bisa mengandalkan perusahaan RAC Grup. Itu tempat perusahaan aku bekerja!" usul Robin bersemangat.
Setelah dirasa tidak ada hal lagi yang penting untuk di perbincangan, kedua orang itu akhirnya kembali menuju apartemen tempat mereka tinggal.
Namun Robin harus menyelesaikan urusannya sesuai permintaan Alicia. Dia akan meminjam uang pada pemilik perusahaan RAC Grup, atau bisa dikatakan pada bos nya.
Karena hal itu, Robin pun harus kembali mengemudi mobilnya. Melewati jalan Kota yang ramai dipenuhi dengan kendaraan umum.
Dua puluh menit telah berlalu, pria berkacamata itu akhirnya tiba di halaman perusahaan RAC Grup. Perusahaan dengan pemilik aset kekayaan terbesar di kota Hollwof.
Dengan dua puluh gedung perusahaan yang didirikan di beberapa Kota di negara asing. Sudah tentu pemiliknya adalah orang yang memiliki kedudukan sangat tinggi.
Robin berjalan masuk mendekati lift yang ramai dipenuhi orang-orang. Mereka terlihat membungkukkan badan begitu Robin masuk ke dalam lift nya.
Bahkan tak ada satupun diantara mereka yang berani menatap, apalagi mengajak bicara dengan pria itu.
Lift berhenti di lantai tertinggi, dimana Robin akan memasuki ruangan sang pemilik perusahaan.
Dirinya membuka pintu ruangan secara perlahan, lalu duduk di sebuah sofa yang di hadapannya juga terdapat seorang pria mengenakan jas berwarna coklat.
Felipe, namanya adalah Jonathan Felipe. Pria yang kerap dipanggil Felipe itu tampak tersenyum menyambut kedatangan Robin yang secara tiba-tiba, setelah beberapa hari tidak hadir di perusahaan.
"Tumben sekali, apa ada yang bisa ku bantu?" tanya Felipe dengan wajah tenang dan gaya bicaranya yang santai.
Pria itu menuangkan teh merah ke dalam gelas berukuran kecil, lalu memberikannya pada Robin.
"Aku ingin meminjam uang perusahaan. Jumlahnya tidak banyak, hanya $20.000 saja," jawabnya.
Kontan Felipe pun terkejut, hingga tersedak setelah meneguk segelas teh merah ke dalam mulut. Bahkan kedua bola matanya ia buka dengan lebar, benar-benar merasa dikejutkan dengan permintaan Robin yang terlalu besar.
$20.000 Amerika atau yang setara dengan 300 juta rupiah, tentu bukan jumlah yang sedikit. Apalagi hanya untuk membeli tanah di distrik Markaus, yang luasnya dua kali lipat dari gedung perusahaan RAC Grup.
"Yang benar saja. Apa kau bisa mengganti uang perusahaan sebesar itu?" sindir Felipe, dia bahkan mengangkat jari telunjuknya ke langit atap.
"Tentu saja. Tolong kirim ke rekening ini, aku bisa menggantinya hanya dalam waktu dua bulan."
"Berjanjilah, atau tidak kau akan menyesal. Apalagi jika ibumu sampai tau, haha!"
"I– iya iya, lain kali jangan membawa-bawa ibuku."
Felipe mengangguk. Begitu keduanya saling setuju, Robin pun keluar dari ruangan tersebut. Dan dirinya lagi-lagi harus dipertemukan dengan beberapa karyawan perusahaan.
Cukup lama berada di perjalanan, Robin yang sudah merasakan lelah berat pada tubuhnya itu lantas berbaring di atas ranjang, saat tiba di kamarnya.
Namun pria itu tidak sadar kalau ternyata Alicia tidak sedang berada di dalam rumah apartemen tersebut. Sesekali mulutnya menguap kantuk berat, dan perlahan kedua bola matanya mulai terpejam lantaran tak kuasa menahan kantuk.
Sementara itu, Alicia terlihat sedang berkeliling ke setiap toko yang terletak di seberang jalan. Ia tidak bisa membeli makanan mahal di restoran, itulah alasan mengapa dia harus membeli makanan di toko seberang jalan, yang harganya sudah pasti terjangkau.
Langit yang hampir gelap itu menampakkan rembulan dengan wujud yang masih samar-samar. Dibarengi dengan gemerlapnya bintang yang perlahan mucul di atas langit.
Alicia menghentikan sebuah taxi yang sempat lewat di depannya. Wanita itu meminta untuk segera diantarkan menuju apartemen G.O.U Big.
Beberapa kantung plastik kresek terlihat memenuhi tangan kecilnya. Makanan yang ia beli dari toko di seberang jalan itu ternyata memiliki jumlah yang cukup banyak, untuk dimakan dirinya bersama Robin sebagai pesta perayaan karena berhasil masuk ke FWaD Company.
Bersambung ...
Mohon dukungannya untuk karya ini~ (๑`✪̤◡✪̤)◞ღԵհɑղƘՏღ
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
𝒮🍷⃞⃟Ive•Сɛƨℓιɛα•ଓε🐬♀♛ƐꝈƑ⃝🧚
wahmin jem uang segampang itu ya
2023-11-30
0
Rossee
kok bs gampang bgt minjem duit k bos ny?
2023-06-24
0
𝒮🍷⃞⃟Ive•Сɛƨℓιɛα•ଓε🐬♀♛ƐꝈƑ⃝🧚
Yah, lagi-lagi dh selesai. Jgn lupa update lgi dong Zy, gw nungguin nih
2023-06-21
4