Wanita misterius itu bernama Joanna. Sudah beberapa waktu berlalu, Joanna masih setia duduk di ruang tunggu IGD, sebuah klinik khusus milik Garcia Group yang dirujuk oleh tuannya kali ini. Klinik itu berada di tempat terpencil, tapi memiliki beberapa dokter spesialis hebat dan peralatan medis lengkap dengan teknologi termutakhir.
Tatapan matanya tak lepas dari sebuah ruangan di mana Hope sedang diperiksa oleh seorang dokter. Sambil menunggu hasil pemeriksaan dokter, Joanna mereka ulang kejadian yang berputar di kepalanya. Dia harus segera memberikan laporan secara detail kepada tuannya. Tangannya menggenggam sesuatu, lalu benda itu dimasukkan ke dalam saku jaket bagian dalam.
Seorang dokter keluar dari ruang IGD tempat Hope diperiksa. Joanna segera beranjak menghampiri sang dokter.
“Bagaimana kondisinya, Dokter Brian?” tanya Joanna setelah membaca name tag di jas putih dokter itu.
"Benarkah beliau ini dokter mata yang hebat itu?" batinnya.
“Beruntung anda segera membawanya ke mari. Hope kehilangan banyak darah," jawab dokter Brian dengan senyum ramahnya.
“Bagaimana kondisi matanya, Dokter?” Joanna kembali bertanya.
Dokter Brian menghela napas berat.
“Mata kiri Hope mengalami kebutaan akibat cidera kornea. Karena dilukai dengan benda tajam sehingga menyebabkan infeksi.”
“Tolong lakukan yang terbaik untuknya. Saya sungguh menyesal sudah lalai menjaga tuan muda," Joanna memohon dengan raut kesedihan dan penyesalan.
“Jangan sungkan Nona, saya pasti menjalankan permintaan Mr. G dengan baik. Dia kakak kandungku, dan Hope juga cucuku," dokter Brian berusaha mencairkan suasana.
“Baiklah, terimakasih Dokter Brian Garcia.” Joanna bernapas lega, setidaknya Hope berada dalam penanganan dokter Brian. Dokter spesialis mata terhebat sekarang ini yang ternyata adik kandung Mr. Anthony.
"Ternyata benar, sungguh suatu kehormatan bisa bertemu dokter Brian secara langsung," ucapnya dalam hati. "Dokter Brian sangat ramah. Meski bersaudara, sikapnya sangat berbeda dengan Mr. Anthony" Joanna tidak bisa menyembunyikan rada kagumnya pada dokter itu.
Joanna mengidolakan dokter Brian sejak kecil. Tapi kali ini dia tidak bisa mengekspresikan kegembiraannya bertemu sang idola. Karena pertemuan mereka dalam kondisi Hope yang terluka. Setelah dilakukan berbagai tindakan medis, Hope dipindahkan ke ruang rawat biasa.
"Saya akan bicarakan lebih lanjut dengan Anthony, tindakan apa saja yang diperlukan untuk kesembuhan Hope. Nona bisa menemani Hope di ruang perawatan." Dokter Brian pamit untuk kembali ke ruang kerjanya dan menghubungi kakaknya.
"Baik Dokter, saya sangat berharap Hope mendapatkan kembali penglihatannya." Joanna mengangguk hormat pada dokter Brian.
*
“Daddy ... Dad ...” Setengah sadar Hope memanggil daddynya. Mata kirinya terasa perih dan ditutup perban.
“Akhirnya anda siuman. Tenanglah tuan muda, saya akan memanggil dokter untuk anda. Anda sedang dirawat, dan anda sudah tertidur cukup lama.”
Lalu Joanna memencet tombol nurse untuk memanggil dokter. Sementara Hope hanya diam saja.
“Dokter sudah merawat dan sedang mengusahakan kesembuhan untuk tuan muda,” kata Joanna menenangkan Hope sambil menggenggam tangannya.
Hope menatap lekat wanita asing itu, meski tanpa kata, tatapan matanya seolah meminta jawaban.
“Tuan Muda, perkenalkan ... saya Joanna. Anda bisa memanggil saya aunty atau apa pun senyaman anda,” jawab Joanna tanpa diminta.
Hope masih teringat kejadian mengerikan yang sudah menimpa dia dan ayahnya. Membuatnya bersikap waspada pada siapapun yang ditemuinya. Hope menggeleng dan pura-pura memasang wajah bingung.
“Tidak apa-apa kalau tuan muda belum ingin berbicara. Beristirahatlah.” Joanna tersenyum lembut, lalu menoleh ke arah pintu yang terbuka.
Seorang dokter diikuti seorang perawat melangkah mendekat, bersamaan dengan bunyi notif pesan masuk di ponsel Joanna. Panggilan dengan kode rahasia.
"Saya permisi dulu, Dokter." Joanna mengangguk pada dokter itu dan bergegas meninggalkan ruang perawatan.
Dokter dan perawat segera memeriksa kondisi Hope. Beberapa pengawal melakukan penjagaan ketat di depan ruang perawatan itu.
Sementara Joanna bergegas meninggalkan klinik, dia hendak melepas beban berat di pundaknya.
*
Joanna mengendarai mobil sportnya dengan kecepatan tinggi menuju sebuah villa di tepi pantai. Bangunan villa mewah itu hanya sebuah kamuflase. Tak seorangpun tahu, bahwa di villa itu ada sebuah kolam renang yang tersambung dengan akses menuju bangunan di bawah laut. Sebenarnya ada akses lain menuju tempat itu, tanpa harus berbasah-basah seperti yang Joanna lakukan saat ini. Tapi Joanna lebih menyukai akses ini. Karena dia bisa menguji kemampuan berenang dan menyelamnya tanpa alat bantu. Akses itu juga dilengkapi dengan sapuan arus deras buatan. Sehingga tidak semua orang mampu melewatinya.
Sebuah palung yang dalam dan curam juga ada di area itu, sebagai jebakan bila musuh menyerang. Mr. Anthony sangat detail dalam pemilihan lokasi markasnya.
Setelah menyelam beberapa menit, Joanna memasuki sebuah bangunan megah menyerupai istana di dasar laut. Dia tidak bisa berlama-lama seperti yang biasa dilakukannya saat senggang. Berolah raga dan uji kemampuan sambil melihat keindahan dasar laut.
Joanna menuju lobby melalui akses yang tidak biasa. Posisi pintunya berada di lantai dan begitu lantai di atasnya terbuka, lantai tempatnya berpijak secara otomatis terangkat. Tubuh Joanna langsung masuk kapsul kaca untuk mengeringkan pakaian tanpa melepaskannya dari tubuh.
Setelahnya Joanna memasuki sebuah lorong. Tubuh ramping dan liatnya melompat ke sana ke mari, terkadang merunduk dan meliuk-liuk indah untuk menghindari senjata rahasia dan bidikan laser gun otomatis yang menyerangnya. Bidikan itu mengarah pada titik-titik tubuhnya yang mematikan.
“****!” umpatnya dalam hati. “Rupanya tuan besar sudah mengganti sistem pengamanan lorong jadi secanggih ini,” batinnya. Memang sudah beberapa waktu lamanya, Joanna tidak menyambangi markas mereka. Meski Joanna berhasil lolos, tapi pola kombinasi baru untuk pengamanan lorong rahasia itu sempat mengejutkannya. Sambil melangkah pelan, Joanna berusaha menetralkan kembali napasnya yang memburu.
"Relax Jona!" katanya pelan menenangkan diri sendiri.
Sesampai di ujung lorong, sebuah pintu terbuka secara otomatis, setelah Joanna mendekatkan mata kanannya ke layar sensor. Tidak semua orang bisa memasukinya, karena pintu canggih itu didesain menggunakan sistem sensor kornea mata.
"Welcome home seven zero." terdengar suara operator otomatis menyambut kedatangannya. Seven Zero (70) adalah kode yang diambil dari dua huruf depan nama Joanna.
Seorang pria berambut pirang keabu-abuan sedang duduk di kursi membelakanginya, sambil menghisap cerutu. Dari bau asap cerutunya, Joanna bisa menebak dengan pasti bahwa pria itu adalah Mr. Anthony.
Joanna segera menjatuhkan tubuhnya sampai lututnya menyentuh lantai. Biasanya Joanna yang akan menuju ruang pribadi atau ruang meeting khusus milik tuannya. Bukan malah disambut seperti ini.
"Jika Mr. Anthony sampai turun tangan dan datang ke negeri ini, pasti ada masalah besar," batinnya menerka.
"Ehm ..." terdengar deheman berat pria itu.
“Apakah tuan sangat murka, hingga tak sabar untuk menghukumku?” tanyanya dalam hati.
“Maafkan saya Tuan, saya lalai sehingga tuan muda terluka. Saya bersedia menyerahkan nyawa saya sebagai gantinya.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦⒋ⷨ͢⚤IмᷡαͤѕͥᏦ͢ᮉ᳟🍜⃝🦁
masih agak bingung dengan ceritanya belum nemu benang merahnya🤭🤭🙈🙈
2023-12-04
3
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦⒋ⷨ͢⚤IмᷡαͤѕͥᏦ͢ᮉ᳟🍜⃝🦁
woah visual joanna nya keren..
2023-12-04
3
GIO😛
Wah Joanna dah di sambut dengan sistem yang canggih nih
2023-08-11
8