"Mas,tadi aku bersihin ruang kerja kamu,dan aku menemukan sesuatu," ucap Zahara sambil membetulkan posisi jilbabnya di depan cermin.
"Apa yang kamu temukan?" Farhan yang sedang sibuk membalas chatt dari asistennya,menghentikan sejenak kesibukannya itu,dia mulai fokus dengan sang istri.
"Apa sayang? Apa yang kamu temukan?" tanya Farhan lagi,Zahara dapat melihat rasa penasaran suaminya dari pantulan di cermin. "Kalau aku ngomong yang sebenarnya,dia mau jujur enggak,ya?" Zahara bertanya dalam hati.
"Sebuah foto," dia mulai berbalik badan menghadap suaminya.
"Foto siapa?" tanya Farhan,saat itu Zahara mulai duduk di sampingnya.
"Seorang perempuan,aku rasa sepertinya aku pernah melihat perempuan itu,tapi enggak tahu dimana,"
"Coba aku lihat!"
Zahara mengambil foto itu dan menyerahkannya kepada Farhan. "Ini dia mas,kamu kenal?" tanya Zahara menyelidik.
Farhan mengerutkan keningnya,entah apa yang ada dipikirannya saat itu.
"Ini Arini," jawabnya datar.
"Apa perempuan ini mantan pacarmu?" tanya Zahara. Farhan terkekeh mendengar pertanyaan istrinya. "Kamu sedang menginterogasi aku,ya? Kamu cemburu sama perempuan di foto ini?" tanya Farhan menggoda.
"Jawab dulu pertanyaan aku,mas!" rengek Zahara dengan manjanya.
"Sayang,dia ini cuma teman aku,enggak lebih! Namanya Arini,dia anak dari pak Kasman,sopirnya papa. Kamu kenal pak Kasman,kan?" ujar Farhan menjelaskan.
"Oh,anaknya pak Kasman," Zahara manggut-manggut. "Pantesan aja aku merasakan kalau pernah melihat perempuan ini," lanjutnya.
"Sudah terjawab sekarang kan rasa penasarannya," desis Farhan.
"Tapi,kenapa mas bawa-bawa foto dia ke rumah kita?" sekarang Zahara mulai merasa aneh.
"Ya ampun sayang,kan enggak sengaja kebawa. Lagian kamu menemukannya pasti karena keselip di bawah album pernikahan kita,kan?" tanya suaminya memastikan.
"Bener ni ya,mas Farhan enggak punya hubungan apa-apa sama Arini," Zahara masih tidak yakin.
"Bener Zahara,sama suami sendiri masa kamu enggak percaya,sih?" Farhan mencoba membuat Zahara tidak curiga dengannya.
"Aku percaya kok sama kamu,mas." Akhirnya Zahara percaya,tapi di mulut saja. Sedangkan hatinya masih penasaran dengan perempuan bernama Arini tersebut,apalagi dia juga pernah melihat Arini berada di rumah ibu mertuanya. Farhan bilang mereka hanya teman biasa,kalau memang teman,mana mungkin sampai saat ini foto itu masih tersimpan rapi.
-oOo-
Hari ini Reina benar-benar memenuhi permintaan Arini.
Reina masih bingung dengan apa yang dikatakan Arini. "Aku tidak bisa percaya gitu aja sama omongan kamu,Ar," ucap Reina.
"Mbak Reina enggak percaya juga tidak masalah. Lagi pula saya juga tidak akan rugi kok," ucapnya santai.
"Kalau memang kamu kenal sama Zahara,seharusnya Zahara juga kenal sama kamu,"
"Aku kenal sama Zahara,bukan berarti dia juga kenal sama aku. Zahara itu mantan pacarnya sepupu aku,namanya Dimas." Arini mulai memperjelas.
"Lalu,kenapa kamu membenci Zahara,bahkan ingin rumah tangganya dan Farhan hancur?" Reina semakin penasaran.
"Zahara sudah membuat sepupu aku depresi sampai dia harus di rawat di rumah sakit selama satu tahun lebih,bahkan sampai sekarang keadaannya belum membaik sama sekali. Dimas terus memanggil nama Zahara," Arini bercerita dengan mata yang berkaca-kaca.
"Apa sepupu kamu itu depresi karena di tinggal nikah sama Zahara?" tanya Reina lebih lanjut.
"Iya,mbak benar. Dan apa mbak tahu alasan Zahara meninggalkan sepupuku dan lebih memilih Farhan?" Arini semakin membuat Reina penasaran.
"Tidak," Reina menggeleng. Dia benar-benar larut dalam cerita Arini.
"Karena Farhan lebih tampan dan kaya raya,awalnya Zahara sudah memberikan jawaban kalau dia mau menerima lamaran dari Dimas. Tapi,tiba-tiba saja dia berubah pikiran setelah kenal dengan Farhan."
Melihat reaksi terkejut di wajah Reina,membuat Arini sangat senang,dia yakin kali ini rencananya akan berjalan lancar.
"Ternyata dia perempuan seperti itu,aku pikir dia perempuan baik-baik. Percuma saja berpakaian serba tertutup kalau hatinya lebih busuk daripada gadis penghibur," Reina mencela habis-habisan sifat Zahara.
Tidak ada yang tahu,apa yang dikatakan Arini benar atau tidak.
"Lalu,sekarang apa rencana kamu?"
"Aku tidak bisa melakukannya seorang diri,karena itu aku ingin mbak Reina juga ikut membantu," jawab Arini.
"Apa yang bisa aku bantu?" tanya Reina. Arini mulai mengalihkan pandangannya ke arah rumah yang berdiri di depan mereka.
"Rumah itu! Mbak akan menemukan jawabannya di sana," ucap Arini menunjuk.
"Rumah siapa itu?" dia masih belum mengerti apa yang di maksud Arini.
"Ikuti aku!" tanpa basa-basi Arini segera mengajak Reina masuk dalam pekarangan rumah itu. Sebuah rumah bergaya klasik yang tampak sangat bagus dan terawat. Namun,malah membuat merinding,Reina tidak tahu rumah yang sekarang di datanginya adalah rumah Ki Septo,dukun terkenal di daerah tersebut.
Dengan patuh Reina mengikuti langkahnya Arini,dia terus berjalan di belakang perempuan itu. Angin berhembus pelan,menusuk sampai ke tulang-tulangnya,mendadak dingin. Hawa tak enak pun mulai di rasa oleh Reina. "Rumah siapa ini? Apa yang sebenarnya di rencanakan Arini?" batin Reina.
"Ayo kita masuk,mbak!"
Baru saja mereka menginjakkan kaki di depan pintu masuk,mendadak pintu itu terbuka sendiri. "Akh!" Reina kaget,spontan saja dia bersembunyi dibalik badannya Arini.
"Mbak ngapain kaget gitu,sih? Ayo kita masuk ke dalam!"
Sekarang Arini malah mengajaknya masuk.
"Kamu yakin mau masuk,Rin? Belum apa-apa aja udah serem gini,gimana kalau kita masuk ke dalam,entah hal apa yang akan terjadi." Reina mulai ragu.
"Katanya mbak mau memisahkan Zahara dari Farhan,caranya ya dengan datang ke sini," ucap Arini. Dia enggak mau membuat Reina berubah pikiran gitu aja.
"Ada perlu apa kalian datang ke sini?" tanya seorang kakek-kakek. Lelaki tua yang masih tampak gagah itu memandang mereka dengan sorot mata tajam.
"Ki Septo,kakek ini ki Septo,kan?" Arini memastikan.
Yang di tanya tersenyum mengangguk.
"Silahkan duduk dulu!" suruh ki Septo. Mereka pun kemudian duduk. Pikiran Reina semakin tidak nyaman,ketakutan menjalar ke dalam hatinya. Apalagi kakek itu datang tiba-tiba tanpa tahu dari arah mana.
"Kalian tentunya bukan orang daerah sini," ujar ki Septo.
"Iya,kek. Kedatangan kami ke sini adalah untuk meminta bantuan dari kakek." Jawab Arini.
"Kalian ingin saya membuat rumah tangga mereka hancur?" tanya si kakek. Terperangah Reina dan Arini mendengar ucapan ki Septo. Lelaki itu bisa tahu tujuan mereka,benar-benar hebat dan hal ini mulai membuat Reina senang. Dia semakin yakin kalau mereka datang ke tempat yang tepat.
"Hebat sekali,kakek ini bisa tahu tujuan kami datang kesini," puji Arini berdecak kagum.
"Tentu saja saya tahu,saya ini cukup terkenal di wilayah ini. Kalian sudah tahu itu,kan?" si kakek tersenyum bangga. Tapi,ki Septo ini kok enggak terlihat kayak dukun,ya? Masa sih mereka berdua yakin kalau ki Septo adalah dukun.
"Saya tidak ingin kalian berlama-lama di sini," ucap kakek itu dengan raut wajah serius, "Ini,air ini harus kalian masukkan dalam makanan atau minuman salah satu dari orang yang ingin kalian celakai itu,jangan sampai mereka tahu!" lanjut ki Septo,dia memberikan sebuah ramuan dalam botol kaca kecil untuk mereka. Reina langsung mengambil botol itu,dia terlihat sangat bahagia sekarang,apa yang diinginkannya akan segera tercapai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments