Bulan masih terus saja mengikuti langkah kaki seorang Bintang hingga ke dalam kelas laki-laki itu. Seperti biasa semua mata langsung tertuju pada keduanya. Mereka ingin melihat apa lagi yang akan Bulan lakukan untuk Bintang, dan penolakan macam apa lagi yang akan Bintang berikan untuk Bulan kali ini.
"Tang, percaya deh sama gue kali ini aja." seru Bulan dengan nada lirih.
Bintang diam lalu mengeluarkan ponselnya dan mulai membuka aplikasi game-nya.
"Bintang, please jangan marah sama gue. Tapi lo marah atau gak marah juga sama aja sih tetep diemin gue." gumam Bulan.
Masih sama, Bintang hanya diam tidak menjawab apapun ucapan dari Bulan.
"Lan, lo gak malu ya begini terus dari kelas 10. Gue yang ngelihat aja muak lama-lama sama tingkah lo!" seru Puput ketua geng perempuan di kelas Bintang.
Puput sejak dulu memang tidak suka dengan Bulan, karena Puput iri dengan Bulan. Satu sekolah hampir mengenal Bulan, entah dari prestasinya atau dari cara bergaulnya. Tidak seperti Puput yang terkenal karena melalu jalur BK alias siswa yang selalu berbuat onar di sekolah.
Gaya Puput seperti bukan anak sekolah, karena memakai seragam dengan ketat dan rok yang pendek jangan lupakan pula make-up yang bertengker di wajahnya.
Puput selalu iri karena Bulan selalu saja di dekatin oleh cowok-cowok ganteng di sekolah ini, meskipun Bulan selalu menolaknya.
"Gue gak ada urusan sama lo!" desis Bulan pada Puput yang tengah berdiri di hadapannya bersama dengan ketiga dayangnya.
"Lo selalu ganggu tau gak sih di kelas ini, mending sekarang lo keluar deh!" bentak Puput karena sudah tidak tahan dengan tingkah Bulan.
"Berisik!" bentak Bintang sambil menggebrak meja, walaupun matanya tetap pada ponselnya.
"Bintang bilang berisik, jadi mending lo keluar deh dari sini. Lo gak punya malu ya? Udah tau di tolak tapi kekeuh mau deketin Bintang. Ngaca Lan, ngaca!" ucap Puput sambil mendorong bahu Bulan.
Bulan tidak Terima dengan perlakukan Puput padanya, ia pun membalas dorongan itu dengan kencang hingga Puput melangkah mundur kebelakang, untung saja ada dayangnya kalau tidak dia bisa jatuh ke lantai.
"Sialan ya lo cewek murahan!" marah Puput langsung menjambak rambut milik Bulan.
Bulan berusaha untuk melepaskan itu dan mecoba untuk membalasnya, tetapi sayang ia tidak pernah ada di posisi seperti ini jadi ia tidak tau harus bagaimana. Ia hanya bisa berontak agar terlepas dari Puput.
Ringisan terdengar dari mulut Bulan, tetapi Puput tidak kunjung melepaskan rambutnya. Tanpa di duga, Bintang menarik tangan Puput hingga terlepas dari rambut Bulan.
Melihat siapa yang menolongnya membuat Bulan besar kepala, ini ada kemajuan pikirnya.
"Pergi!" ujar Bintang entah kepada siapa, yang jelas ia tidak ingin melihat keributan di depan matanya lagi.
"Bintang lo bantuin gue, dari serangan nenek sihir?" ujar Bulan sambil berbinar karena masih tidak percaya. Lupa dengan sakit di kepalanya saking senangnya.
"Lo ngatain gue?" bentak Puput dan ingin menarik kembali rambut milik Bulan. Belum dapat, tangan Bulan sudah di tarik oleh Bintang menuju pintu kelas.
Bulan yang tangannya di genggam oleh Bintang bahagia, ingin rasanya ia loncat-loncat sekarang. Puput yang melihat itu tambah emosi, sejak kapan Bintang mau menolong Bulan.
Semua yang berada di kelas pun melihatnya, ada beberapa yang mengabadikan momen tersebut dengan memotret dan di share ke grup angkatannya. Ini akan menjadi berita yang paling hot di sekolah.
"Sumpah itu Bintang nolongin Bulan?" tanya Killa salah satu dayang Puput.
"Berisik lo!" ketus Puput lalu berjalan menuju bangkunya.
****
Ternyata Bintang membawa Bulan hingga ke depan kelas saja. Meskipun hanya begitu tetapi itu sangat berkesan buat Bulan. Ini adalah kemajuan yang sangat besar untuknya. Setidaknya sekarang Bintang peduli padanya.
"Lo udah mulai suka ya sama gue?" tanya Bulan dengan kepercayaan dirinya.
Bintang melirik Bulan sekilas lalu memutuskan lagi. Jantungnya berdebar saat ini.
"Gak!" ketus Bintang.
Bulan mengerucutkan bibirnya, "Trus kenapa lo nolongin gue, kalau lo belum suka sama gue?" tanya Bulan lagi.
"Berisik!"
Lagi-lagi Bulan hanya bisa mengerucutkan bibirnya mendengar ucapan dari Bintang yang sangat singkat.
"Apa sekarang lo udah peduli sama gue?"
"Gak!"
"Tapi itu buktinya lo udah selamatin gue dari serangan nenek sihir, artinya lo gak mau lihat gue tersakiti."
"Gue!"
Mendengar jawaban dari Bintang membuatnya pusing, apa dia cuma bisa ngomong dengan satu kata doang kali ya batin Bulan.
"Gue?" beo Bulan yang tidak mengerti maksud Bintang.
"Cukup gue yang nyakitin lo!" ujar Bintang dengan cepat. Untung saja Bulan bisa mendengar ucapan itu.
Entah apa yang harus Bulan rasakan saat ini, entah sedih atau senang. Sangat membingungkan pokoknya.
"Masuk." suruh Bintang dan lagi-lagi membuat Bulan bingung.
"Masuk kelas!" ketus Bintang lalu meninggalkan Bulan.
Bulan yang mulai sadar dengan omongan Bintang langsung mengangguk, sebelum Bintang benar-benar pergi dari hadapannya Bulan mulai bersuara kembali.
"Tang, gue sama Alex gak ada hubungan apa-apa kok, ucapan gue tadi sama dia cuma bercanda aja. Lo percaya ya sama gue." jelas Bulan.
Bintang berhenti melangkah dan membalikan badannya untuk melihat ke arah Bulan yang sedang berdiri sambil meremas jarinya sendiri.
"Bukan urusan gue." ucap Bintang dingin.
Bintang kembali teringat kejadian di depan toilet tadi yang membuatnya jadi kembali ke mode awal yang selalu menolak Bulan. Bintang pun bingung, mengapa tadi ia menolong Bulan. Apa benar yang di katakan Bulan, kalau ia sudah mulai peduli dengan keberadaan Bulan di dekatnya?
Bintang menggeleng, menepis pikiran itu. Balik lagi, ia tidak mau memikirkan perempuan untuk saat ini.
"Iya tau bukan urusan lo, tapi gue mohon lo percaya ya sama gue. Kalau hati gue untuk cuma buat lo." ujar Bulan tanpa malu.
Bulan sendiri pun menilai dirinya memang sudah tidak memiliki rasa malu. Tetapi ia tidak suka kalau ada orang lain yang bilang seperti itu padahal itulah faktanya. Lagian mana ada sih cewek ngejar cowok hingga bertahun-tahun seperti Bulan.
"Pergi!" usir Bintang.
Bulan mengangguk sambil tersenyum getir, sudah biasa ia di usia seperti ini oleh Bintang. Yang terpenting ia sudah menjelaskan tentang kejadian tadi pada Bintang, dan berharap agar Bintang percaya.
"Gue kaya orang ketahuan selingkuh aja, sampe harus ngejelasin ini sama Bintang. Emang gue siapanya Bintang, cuma debu yang gak pernah di lihat sama tuh cowok!" gerutu Bulan sambil melangkah ke arah kelasnya.
Sampai di kelasnya, semua mata tertuju padanya dan membuat Bulan bingung dengan tatapan mereka semua padanya.
"Kalian ngapain lihatin gue kaya gitu?" ujar Bulan saat masih berdiri di depan papan tulis.
"Cieeeeeeee." sorak ramai langsung terdengar dari mereka dan membuat Bulan semakin bingung.
"Kenapa sih elah, gak jelas banget pada!" kesal Bulan karena hanya ia sendiri yang tidak tau.
"Yang habis pegangan sama ayang Bintang, gue yakin tuh tangan gak bakal dia cuci sampe kapanpun!" seru Hendra sang ketua kelas.
Bulan langsung teringat kejadian tadi dan langsung senyum sumringah, sambil loncat-loncat tak jelas dan mengangkat tangannya yang tadi di genggam Bintang ke udara.
"Yess, istirahat kedua di traktir Bulan karena dia lagi bahagia!" teriak Hendra lagi membuat semuanya bersorak bahagia.
Bulan yang mendengar itu langsung diam dan menggeleng cepat, enak saja tuh ketu ngomongnya asal aja.
"Eh engga, engga! Apaan traktiran, jadian aja belom." sahut Bulan tidak terima.
"Yahhhhh." seru semuanya lagi.
"Kan ini sebagai perayaan atas kemajuan dari sikap Bintang buat lo, siapa tau gak lama lagi lo jadian." ujar Hendra keras.
"Betul!" seru semuanya lagi.
Kurang kompak apalagi nih kelas.
"Iya deh iya, budget satu orang 15ribu gak boleh lebih! Ntr gue bangkrut!" balas Bulan dengan nada kesal.
"Horee!" seru semuanya lagi.
Bulan hanya menggeleng dan melangkah menuju tempat duduknya. Dasar emang kaum laknat batin Bulan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments