BAB 2

Jam istirahat sudah tiba, semua murid pasti berhambur menuju kantin untuk mengisi perut mereka. Ada juga yang memilih ke perpustakaan dan ada juga yang berdiam di kelas dengan memakan bekal yang di bawa dari rumah.

Seperti halnya dengan Bulan, Manda dan Mutia ketiga cewek itu sedang berjalan menuju kantin. Tadinya malas ke kantin, tetapi Bulan emaksa keduanya. Karena solidaritas mereka, akhirnya mereka ikut bersama Bulan.

"Lo pada mau pesen apa?" tanya Bulan pada kedua temennya.

Manda menggeleng, "Gue gak deh, masih kenyang." ujar Manda.

"Gue mau beli lemon tea aja deh." ujar Mutia lalu berjalan ke kedai penjual lemon tea.

Sedangkan Bulan menuju kedai mie ayam untuk memesan makanan untuknya. Setelah selesai memesan Bulan kembali ke meja yang sedang Manda dudukin.

"Lo beneran gak mau makan Man?" tanya Bulan.

Manda menggeleng, "Gue bener masih kenyang Lan," balas Manda sambil tangannya sibuk dengan ponsel.

Tak lama Mutia datang dengan lemon tea di tangannya, "Lo berdua mau ikut nonton konser gak?" tanya Mutia yang sudah duduk di samping Manda.

Belum menjawab pertanyaan Mutia, pesanan Bulan datang. "Konser apaan?" tanya Manda sambil menatap Mutia.

"Itu pensi di sekolah SMA Bakti, kayanya bakalan rame deh tuh acara." ujar Mutia.

"Gue mau ikut dong," ujar Bulan.

Manda mengangguk, "Boleh juga, beli tiketnya di mana?" tanya Manda.

"Di Arkana, biarin ntr gue yang beli ke dia." ujar Mutia dan membuat kedua sahabatnya mengangguk.

Manda menoleh ke arah Bulan yang sedang asik makan, "Lan, gue denger dari kelas sebelah katanya tadi pagi lo nyamperin si Bintang?" tanya Manda.

Bulan mengangguk lalu melanjutkan makannya.

"Trus kali ini apa yang di lakuin ke lo?" tanya Mutia kali ini.

Bulan menatap Manda dan Mutia bergantian, lalu menyengir kuda andalannya, "Biasa lah, gausah di jelasin lo berdua tau." ujarnya santai.

Manda dan Mutia menarik napasnya dalam, tidak habis pikir dengan Bulan yang selalu saja begitu. Tidak pernah lelah mengejar seorang Bintang yang jelas-jelas selalu menolak Bulan.

Manda dan Mutia sebenernya sudah kesal dengan tingkah Bulan yang selalu saja mengejar tuh manusia es. Bayangkan saja, sejak kelas 10 Bulan selalu berusaha mendapatkan Bintang, tetapi tidak pernah sedikitpun Bulan di notice oleh cowok itu. Yang ada malah sebuah penolakan yang di terima oleh Bulan.

Beberapa kali Bulan menjalani hubungan dengan teman seangkatan atau kakak kelasnya atau juga cowok dari luar sekolah, tetapi selalu saja Bulan yang memutuskan mereka karena alasannya tidak cocok. Padahal ia masih ingin terus mengejar cinta seorang Bintang.

"Lo gak capek Lan begini terus?" tanya Manda entah yang ke berapa kalinya.

Bulan menggeleng cepat, "Gak, eh lebih tepatnya belom sih." ujar Bulan.

"Mau sampai kapan?" kali ini Mutia yang bertanya.

Bulan mengangkat bahunya, "Udah sih santai, bukannya cinta butuh pengorbanan?" selalu saja jawaban ini yang Bulan berikan kepada Manda dan Mutia.

Kedua sahabatnya itu hanya diam tidak menjawab, keduanya saja sudah lelah melihat kelakukan Bulan, malah kadang keduanya ikut sakit hati kala melihat Marsha yang selalu di tolak oleh Bintang dengan kata-kata menyakitkan.

"Balik ke kelas yuk." ajak Mutia setelah melihat Bulan sudah selesai dengan makanannya.

"Lo berdua duluan deh, gue mau ke toilet dulu." ujar Bulan dan membuat keduanya mengangguk.

"Lo jangan lama-lama, langsung balik kelas." seru Manda dan mendapat acungan jempol dari Bulan.

Berjalan menuju toilet dengan bersenandung kecil membuat siapa saja yang melihat ikut tersenyum. Wajah Bulan itu teduh, siapa saja yang melihatnya akan adem. Belum lagi senyuman cantiknya yang selalu ia tebarkan ke siapa saja.

"Bulan, mau kemana?" tanya Alex anak kelas 12 IPS 1 itu. Alex termasuk cowok ganteng di sekolah ini, dan Alex juga sempat beberapa kali mendekati Bulan tetapi sayang lagi-lagi Bulan menolak.

Bulan tersenyum, "Mau ke toilet nih, lo sendiri mau kemana?" tanya Bulan saat mereka sedang melangkah bersama.

"Sama mau ke toilet juga, mau bareng?" ujar Alex.

"Karena kita satu jurusan, jadi bareng aja deh." kekeh Bulan lalu mereka melangkah bersama.

Alex selalu gugup kalau berdekatan dengan Bulan, "Lo udah punya cowok?" tanya Alex gugup.

Bulan menggeleng, "Kenapa? Lo mau daftar lagi jadi cowok gue?" ujar Bulan sedikit keras membuat seseorang yang berada di depannya dengan berlawanan arah mendengar ucapan itu.

"Emang murahan." batin Bintang.

Yap, orang di depan Bulan dan Alex itu adalah Bintang yang baru saja dari toilet. Mendengar perkataan itu membuat Bintang semakin yakin kalau Bulan itu hanya iseng saja mengejar dirinya.

Loh apa Bintang tidak berpikir, kalau apa yang di lakukan Bulan itu sebuah pengorbanan atau perjuangan untuk mendapatkan hatinya dengan cara mempertaruhkan harga dirinya. Tidak sedikit yang mencibir Bulan tidak tahu malu karena mengejar seorang lelaki yang jelas-jelas selalu menolak. Tetapi balik lagi ke Bulan, ia selalu tidak mempedulikan semua omongan itu. Tujuannya cuma satu, mendapatkan hati seorang Bintang.

Bulan kaget bukan main saat melihat Bintang ada di hadapannya. Dengan segera ia menjauhin Alex lalu menggelengkan kepala. Seakan ia sedang ketahuan selingkuh oleh pacarnya.

"Lo jangan salah paham ya Bintang, gue sama Alex tadi gak sengaja ketemu kok. Iya kan Lex?" ujar Bulan seakan memberi penjelasan pada Bintang.

"Minggir." satu kata itu yang keluar dari mulut Bintang.

Bulan tidak bergerak sama sekali dari tempatnya dan masih terus menatap Bintang dengan tatapan memelas.

"Bintang, please percaya sama gue. Gue gak ada apa-apa sama Alex."

"Minggir!" tegas Bintang dan membuat Bulan menepi sedikit untuk memberi jalan pada Bintang.

Tanpa menoleh dan mengatakan apapun lagi pada Bulan, Bintang berjalan menuju ke kelas. Tetapi ada yang aneh di hatinya, seperti tidak suka melihat dan mendengar ucapan Bulan tadi pada Alex.

Bintang menggelengkan kepalanya, tidak mau memikirkan perempuan apalagi Bulan. Yang jelas-jelas tidak memiliki malu karena selalu saja mengejar dirinya. Ah kadang Bintang merasa risih jika Bulan mendekatinya tetapi terkadang ada rasa kasihan pada cewek itu karena selalu di tolak olehnya.

Bulan berbalik arah untuk mengejar Bintang, ia harus menjelaskan pada Bintang bahwa ia tidak memiliki hubungan apapun pada Alex. Bulan takut Bintang tak mau di gangguinnya lagi, loh bukankan selama ini seperti itu. Bintang selalu menolaknya, bukankah sama saja tidak mau di ganggu oleh dirinya. Ah Bulan bagaimana sih..

"Lan, lo mau kemana, gak jadi ke toilet?" teriak Alex karena Bulan sudah mulai menjauh dari sana.

Bulan menoleh sebentar ke arah Alex sambil telunjuknya di taruh di bibir berisyarat agar Alex diam tidak bersuara. Sedangkan Alex sendiri hanya bisa menggeleng lalu kembali melangkahkan kakinya menuju toilet.

"Bulan, Bulan udah selalu di tolak kaya gitu, tetep aja berjuang buat ngejar tuh cowok aneh. Mending sama gue yang jelas-jelas bisa bikin lo bahagia." gumam Alex sambil masuk ke dalam toilet laki-laki.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!