Chapter | 01

+

+

Athena, Yunani

Dalam hidupnya Lily tidak pernah sekalipun membayangkan akan menginjakkan kakinya di negara antah berantah ini.

Barang-barang pemberian nenek itu sangatlah lengkap dari kartu identitas hingga paspor ada didalamnya, hal itulah yang membuat Lily bingung bagaimana bisa dia tahu semua tentangnya, bukankah untuk membuat semua itu harus dilakukan Lily secara langsung.

Setelah melakukan penerbangan belasan jam Lily bisa sampai di ibu kota negara ini dan dia ingin segera mengistirahatkan badannya. Lily tidak khawatir lagi dengan perutnya karena di pesawat tadi disediakan makan beberapa kali.

Lily berdiri didepan bandara mengunggu orang yang akan menjemputnya sesuai dengan catatan yang diberikan nenek jembatan.

"Miss Jillian?" Seorang pria berusia 30 han berdiri didepannya.

"Ah, yes." Lily segera mengikuti kemana pria itu melangkah dengan menyampirkan kembali ransel di bahunya yang sebelumnya dia letakkan di lantai.

*note: Mulai dari sini anggap semua percakapan menggunakan bahasa Inggris.

Lily tidak bertanya kemana dia akan dibawa pergi karena dari awal dia memutuskan, semua yang diperintahkan padanya akan dia ikuti. Meskipun dia sedikit ragu dengan janjinya sendiri.

Mobil yang dikendarai pria itu berhenti di sebuah rumah sederhana membuat Lily mengikuti pria itu yang sudah lebih dulu keluar.

"Ini tempat tinggal nona Jillian sementara." Pria itu menyerahkan sebuah kunci pada Lily.

"Terima kasih paman?"

"Nona Jillian bisa memanggil saya Aebi."

"Kalau begitu paman Aebi bisa panggil saya Lily."

"Baik Lily, kalau butuh sesuatu kamu bisa hubungi nomor paling atas yang sudah saya simpan." Aebi menyerahkan sebuah ponsel pada Lily.

"Sekali lagi terima kasih paman."

Lily masuk kedalam rumah setelah Aebi pergi kembali. Lily melihat ke seluruh rumah yang menurutnya sangat nyaman, entah sampai kapan dia akan tinggal disini.

Melihat pantulan dirinya di cermin yang berada di kamar mandi membuat Lily meringis melihatnya apalagi setelah dia membuka masker dan juga kacamata hitam yang dipakainya. Bekas pukulan di wajahnya berubah menjadi biru dan juga bengkak membuat Lily hampir tidak mengenali wajahnya sendiri. Bahkan lehernya pun memar karena cekikan yang didapatkannya.

Setelah membersihkan dirinya Lily segera membaringkan badannya di kasur lalu memejamkan matanya hingga terlelap.

Entah berapa jam Lily tertidur yang pasti ketika dia membuka matanya matahari sudah tenggelam digantikan oleh bulan. Ketika meregangkan badannya perut Lily berbunyi membuat dia beranjak menuju dapur karena tadi dia melihat ada satu keranjang yang berisi buah-buahan.

Tiba di dapur Lily segera mengambil satu buah apel dan segera memakannya setelah dia mencucinya terlebih dahulu. Lily dengan ragu membuka kulkas yang membuatnya tercengang ketika melihat isinya yang sangat lengkap dan ketika dia akan mengambil sebuah susu kotak bunyi telpon membuat Lily mengurungkan niatnya.

Dengan sedikit berlari Lily berjalan menuju kamar tempat ponsel pemberian Aebi dia simpan dan segera menerima panggilan yang ternyata dari Aebi.

"Halo paman?"

"Saya lupa bilang semua yang ada di kulkas bisa kau makan."

"Ah, iya paman."

"Itu saja yang ingin saya katakan."

"Terima kasih paman." Sambungan telpon dimatikan Aebi.

Lily menyimpan kembali ponsel dan keluar kembali menuju dapur. Hanya satu buah apel ternyata tidak membuat perutnya kenyang.

Tadinya Lily berharap ada beras tapi sepertinya makanan pokok di negaranya tidak ada disini jadi dia memutuskan untuk membuat sandwich dengan sebisanya.

Setelah selesai dengan urusan makan Lily juga sudah membereskan kekacauan yang telah dibuatnya. Dia memutuskan untuk keluar dan duduk di ayunan didepan rumah yang dia tempati sambil menikmati angin malam dan juga bintang yang bersinar di langit.

"Langitnya sangat indah."

Lily memikirkan semua hal yang sudah dia lalui dua hari ini dan bagaimana dia bisa sampai ditempat ini.

Di sekolahnya Lily adalah siswi yang pintar dan dia juga sudah menguasai bahasa Inggris itu adalah salah satu hal yang membuatnya mantap untuk pergi.

Awalnya Lily mendapatkan beasiswa hingga keuangan sekolahnya sedikit ringan. Tapi ada orang yang melaporkan Lily bahwa dia adalah perempuan tidak benar hingga menyebabkan beasiswanya dicabut. Memikirkan itu membuat Lily kesal rasanya. Andai saja dia, ah sudahlah lebih baik Lily berhenti berandai-andai toh semuanya juga sudah terjadi.

Malam semakin beranjak dan juga udara malam semakin menusuk badan Lily yang tidak memakai jaket membuatnya segera masuk kedalam rumah karena kedinginan.

Lily pun memutuskan untuk tidur kembali bingung mau melakukan hal apa lagi. Karena Lily terbiasa berkerja tadinya dia ingin bersih-bersih rumah, tapi melihat sekitarnya yang sudah rapi membuat Lily mengurungkan niatnya. Apa juga yang harus dirapikan.

..........

Sudah seminggu Lily berada di tempat ini dan selama itu pula dia hanya berdiam di rumah tanpa melakukan apa pun selain makan dan tidur, keluar dari rumah pun Lily tidak berani. Bahkan Aebi pun tidak ada menghubunginya sejak malam itu.

Luka diwajahnya sudah sedikit memudar meskipun masih terlihat jelas tapi tidak semenyeramkan waktu pertama Lily datang kesini.

Ketika sedang asik melamun di kamar, Lily mendengar suara pintu rumah diketuk membuatnya segera beranjak untuk melihat siapa yang datang. Membuka pintu dengan perlahan Lily bernafas lega ketika yang datang adalah Aebi.

"Nona segera berkemas kita akan pergi."

"Em, baik." Sebenarnya Lily ingin bertanya kemana dia akan dibawa pergi tetapi dia memilih untuk mengikuti Aebi tanpa bantahan.

Satu jam lebih mobil melaju sepanjang jalan Lily hanya terdiam seraya melihat pemandangan yang indah dari balik jendela mobil. Tidak lama kemudian mobil berhenti di depan sebuah bangunan yang sudah terlihat tua. Lily tidak bisa menebak tempat apakah ini.

"Tunggu disini sebentar jangan kemana-mana." Lily hanya mengangguk ketika Aebi bicara lalu keluar dan memasuki gedung tua itu mana berani dia keluar dari mobil.

Lily melihat banyaknya orang-orang yang sedang beraktivitas diluar mobil. Pandangannya berhenti pada sekumpulan remaja yang sepertinya pulang sekolah membuat Lily iri karena dia belum pernah merasakan hal itu karena dia tidak memiliki satu teman pun di sekolahnya dulu.

Andai saja pamannya tidak meminjam uang pasti nasib Lily tidak akan seperti ini, terdampar di negeri asing dimana dia tidak pernah berkhayal sekalipun akan berada disini.

Tidak lama kemudian Aebi kembali masuk kedalam mobil diikuti seorang wanita yang terlihat seumuran dengan Aebi lalu duduk disampingnya.

Lily hanya diam ketika mereka berbicara dengan bahasa yang tidak dia mengerti.

Kemudian wanita itu berbalik kearah Lily dan tersenyum kepadanya.

"Halo nona Jillian senang bertemu dengan anda," wanita itu menyebutkan nama depan Jillian membuatnya tersenyum ramah.

"Hai." Mobil pun kembali melaju meninggalkan gedung tua itu.

Lily kira Aebi adalah sosok pendiam karena wajahnya yang terkesan dingin tetapi ternyata tidak juga karena saat wanita itu datang Aebi menjadi banyak bicara.

Tanpa sadar Lily tertidur di mobil membuat Aebi meliriknya dari center mirror.

"Apakah kita akan membawanya langsung?" Tanya wanita itu pada Aebi.

"Secepatnya."

"Semoga gadis itu beruntung."

Aebi melajukan mobil dengan kecepatan diatas rata-rata karena seseorang sudah menunggu kedatangan Lily.

Ketika terbangun lily mendapati dirinya disebuah kamar yang asing, mengedarkan pandangan Lily tidak melihat siapapun di kamar ini. Ketika turun dari ranjang Lily merasakan dinginnya lantai yang menusuk hingga ke tulang membuatnya kembali menarik kakinya.

Lily merangkak ke sisi lainnya dan dia menemukan sepasang sandal membuatnya segera memakainya dan berjalan mendekat pada pintu yang dia tebak itu pintu keluar.

Membuka pintu secara perlahan Lily melihat bahwa dia ada dikamar yang berada disebuah lorong yang terlihat cukup menyeramkan.

Melangkahkan kakinya secara perlahan Lily menelusuri lorong itu hingga terlihat ujungnya adalah sebuah tangga. Ketika akan menginjakkan kakinya di anak tangga Lily mendengar suara langkah kaki menaiki tangga membuatnya berlari kembali menuju kamar tadi.

Selang beberapa waktu pintu terbuka dan Lily mendapati wanita yang tadi bersama Aebi tapi kali ini memakai pakaian pengawal.

"Anda sudah sadar nona Jilian."

"Ya."Jawab Lily seraya menganggukan kepalanya.

"Segera siap-siap dan turuti semuanya."

"Baiklah."

+

+

Terpopuler

Comments

Bzaa

Bzaa

awalnya sudah menguras emosi...
sukses otor, dan semangat 💪😘

2023-09-26

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!