+
+
Ketika wanita tadi keluar tak lama kemudian masuk lah dua orang wanita berbeda, tapi kali ini menggunakan pakaian seperti pelayan dan membawa sebuah gaun berwarna hitam yang terbungkus sebuah plastik bening.
Lily digiring keduanya menuju kamar mandi dan ketika keduanya akan membantu Lily membuka baju dia segera menolaknya.
“Saya bisa sendiri,” tolak Lily karena dia tidak mungkin membiarkan orang lain untuk melihat tubuh polosnya.
“Kami tunggu diluar.”
Dengan cepat Lily mandi dan setelahnya keluar lalu mendapati dua orang itu yang sedang mempersiapkan barang-barang yang akan mereka terapkan pada badan Lily.
Memerlukan waktu yang lama untuk memakai gaun yang menurut Lily sangat kekurangan bahan ditambah dengan anting dan juga kalung berlian terpasang di badannya membuat tangan Lily gatal ingin sekali melepaskannya karena tidak terbiasa memakai barang-barang seperti ini.
Melihat pantulan badannya di cermin membuat Lily menganga dia seperti melihat sosok lain didepannya. Bahkan bekas luka diwajahnya pun bisa terlihat samar.
“Tidak ada sandal biasa?” Tanya Lily ketika mereka memakaikan kakinya dengan heels.
“Tuan yang meminta.”
Lily bertanya-tanya dalam hatinya siapa sebenarnya orang yang mereka panggil tuan. Apakah dia orang yang telah membantu Lily atau jangan-jangan orang itu akan menjual Lily lagi, kenapa hal itu baru terpikirkan olehnya. Memikirkan itu membuat tubuh Lily tanpa sadar gemetar.
“Apakah nona baik-baik saja?” Tanya salah satunya pada Lily.
“Y-ya.”
Lily kembali digiring menuju luar meskipun sedikit susah karena jalan Lily yang beberapa kali hampir terjatuh.
Ketika menuruni tangga tanpa kedua orang itu tahu Lily diam-diam membuka sepatunya dan meninggalkannya di tangga paling atas. Untung saja gaun yang dikenakannya cukup panjang jadi kaki telanjang Lily tidak terlihat meskipun dia harus memegang erat bagian sampingnya yang terbuka.
Tiba disebuah ruang makan Lily melihat ada seorang pria yang berdiri membelakanginya didepan jendela membuat gadis itu meneguk ludahnya kasar.
Apalagi ketika dua orang itu meninggalkan Lily bersama pria itu bertambah rasa panik yang dia rasakan tetapi dia tetap berusaha tenang.
Ketika pria itu membalikkan badannya Lily sontak menahan nafas ketika melihat wajah itu yang tampan, ah tidak sangat-sangat tampan. Baru kali ini dia melihat wajah serupawan itu. Matanya yang tajam, rahangnya yang tegas, dan bibirnya yang tebal adalah hal yang pertama menarik perhatiannya.
“Tidurmu nyenyak?” Apalagi mendengar suaranya yang berat membuat lulut Lily lemas jika saja tidak ada kursi didepannya dia tidak yakin bisa berdiri tegap.
“Jilian.”
“Y-ya?” Lily berusaha bersikap normal lalu melihat pria itu duduk di kursi yang berada di paling ujung.
“Tunggu apalagi.”
“Hah?”
“Makan.”
“Ba-baiklah.” Lily pun duduk di kursi yang ada dihadapannya hingga posisi mereka berhadapan.
Lily mengambil salah satu piring karena hanya makanan itu yang dia tahu sedangkan yang lainnya asing dimatanya.
“Apakah itu kenyang?” pria didepan Lily mengernyit ketika melihat gadis itu hanya memakan beberapa potong churros.
“Ya, ini cukup.”
“Pantas saja badanmu kecil.” Mendengar perkataan itu membuat Lily menatap pria itu tapi tidak berlangsung lama karena gadis itu menundukkan kembali kepalanya.
Mendengar suara kursi yang ditarik membuat Lily mendongak dan melihat ternyata pria itu telah selesai makan dan berjalan menghampiri Lily membuat gadis itu bergerak gusar.
“Ayo,”
“Kemana?”
Melihat Lily yang hanya diam membuat pria itu segera menarik tangannya untuk mengikuti langkahnya.
“Awss tunggu tuan, ini sakit,” Lily meringis ketika tangannya ditarik tapi sepertinya pria itu tidak peduli dengan Lily yang terus meronta.
Akhirnya Lily pasrah saja mengikuti kemana pria itu akan membawanya, toh menolak pun tidak ada gunanya. Lily dibawa kesebuah lorong yang terlihat sepi hingga mereka berdua berhenti dihadapan sebuah pintu yang menjulang tinggi.
Pria itu membuka pintu dengan kunci yang dia bawa. Hal pertama yang Lily lihat ketika pintu itu terbuka adalah sebuah lapangan luas. Pria itu kembali menarik Lily hingga berada di depan sebuah kandang? Lilly tidak melihat apapun didalamnya.
Pria disampingnya bersiul hingga seekor harimau datang dari balik pohon kearah mereka. Jantung Lily seakan copot ketika harimau itu mengaum didepannya.
“Tu-tuan mau apa?” Lily menarik tangannya yang digenggam pria itu ketika akan membuka kandang didepannya.
Gila saja Lily belum mau mati saat ini. Jangan-jangan dia akan menjadi santapan harimau yang ada didepannya lagi. Memikirkan itu membuat Lily menarik kembali tangannya yang dicekal tetapi kalah cepat karena pria itu terlebih dahulu mencengkeramnya.
“Sa-saya masih mau hi-hidup tuan ampun,” Lily bahkan menangis karena begitu ketakutan.
Melihat Lily yang ketakutan membuat pria itu menyeringai dan memanggil harimau itu keluar hingga berada didepan keduanya. Harimau itu malah mendekat kearah Lily dan membuatnya berteriak ketakutan bahkan pria disampingnya ini sengaja melepaskan tangannya.
“TUAAN TOLONG! AAAAA” Harimau itu meloncat kearah Lily lalu menerjang badannya hingga Lily jatuh terlentang di rerumputan dengan badannya yang tertutupi harimau dan di detik itu juga Lily tidak sadarkan diri.
Tidak melihat pergerakan dari Lily membuat pria itu berjalan mendekatinya dan memanggil harimaunya yang sedang menjilati wajah Lily untuk berhenti dan kembali ke kandangnya.
Harimau itu menuruti perintah tuannya dengan kecewa karena tidak bermain lama dengan mainan barunya.
“Nanti lagi mainnya,” pria itu mengelus kepala harimaunya kemudian segera menggendong tubuh Lily yang masih belum sadar menuju kamarnya kembali.
Membaringkan tubuh Lily secara perlahan pria itu terdiam cukup lama memandang wajah gadis itu kemudian mendengus ketika melihat badannya yang terdapat banyak luka meskipun terlihat samar lalu keluar dari kamar itu.
Cukup lama Lily pingsan dan ketika sadar dia mendapati dirinya berada dikamar awal tempatnya berada disini. Kejadian yang dialami Lily tadi seperti mimpi tapi ketika dia mencubit pipinya dia sadar bahwa tadi adalah kenyataan.
“Om-om gila!” Maki Lily seraya melepaskan kalung dan juga anting yang masih terpasang di tubuhnya.
“Kalau aku di hap harimau kan gak lucu mendingan mati disiksa aja aku, eh ngga ah belum mau mati dulu.” Lily masih menggerutu dengan perasaan kesal.
Lily membuka gaun yang dikenakannya langsung didepan cermin tanpa sadar bahwa seseorang masuk kedalam kamar dan melihatnya yang sedang berceloteh seorang diri.
Ketika akan menuju sebuah lemari Lily terkejut dan spontan berteriak ketika pria tadi berada disini, apalagi lily tidak memakai baju. Ingat tidak memakai baju hanya sebuah bra dan juga celana dalam berwarna hitam.
“Aku suka hitam.”
“KELUAR!”
“Keluar? Untuk apa ini rumahku.” Pria itu berjalan menuju Lily. Menyadari itu Lily berlari menuju kasur dan segera membungkus dirinya dengan selimut.
“Tuan tidak sopan, masuk sembarangan.”
“Apa ada aturan yang menyebutkan kalau tuan rumah harus meminta izin untuk masuk kedalam rumahnya sendiri?” Mendengar itu membuat Lily terdiam.
“Tidak ada kan.”
“Tuan-“
“Stop panggil tuan panggil aku Kay.” Pria itu menyentuh dagu Lily hingga membuatnya mendongak.
“Tapi tuan itu tidak-“
“Kay.”
“K-kay?”
“Ya seperti itu.”
+
+
..."welcome to my world baby"...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Alexia
semangatt kakkk up nya... ceritaanyaaa seruuuu
2023-07-01
1