+6209×××
Iya, baru aja pak Budi nge chat gue suruh ngumumin katanya, satu angkatan pada dateng ya, grup masih lengkap kan?
+6231×××
Kebetulan sekali kawan
+6273×××
Lah? Masih chatan sama pak Budi Lo?
+6233×××
Hiyak ketahuan nih@Amel
...+6209×××keluar dari grup...
"Kebetulan banget ya?"
Baru saja Athaya tiba di bandara Jakarta, pesan masuk sudah ter-spam manis di layar ponselnya, mengapa bisa kebetulan sekali?
"Ikut kali ya? Siapa tau ada yang kenal gue" Athaya menyunggingkan senyum
--
"Bego!"
Satu buah pulpen melayang sempurna di kepala Langit, Damar sampai gemas sendiri dibuatnya, sudah berkali-kali di jelaskan tapi masuk kuping kiri, keluar kuping kanan
"Linguistik pelajaran apa mpret!"
"BAHASA INDONESIA!!"
"Baru tau gue ada yang namanya begituan" Langit berujar pelan mukanya letoy sekali
"Biasanya ada di kelas dua belas" Iqbal menjelaskan santai, matanya tak lepas dari buku pelajaran di genggamannya
"Gue masih kelas sebelas!" Langit menggebrak meja kencang yang dihadiahi tatapan psikopat milik Iqbal
"Biar lo gak kaget ntar" Vino datang sambil membawa 5 gelas jus buah naga
Saat ini mereka tengah berkumpul di rumah Vino untuk belajar bersama karena ulah Damar kutukupret yang tadi pagi kalah LCC dadakan sama anak 10 IPS 2
"Kalian tau gak? Kita ditantang main basket sama SMA Nusantara?" Tanya Vino
"Iya tau, masih seminggu lebih kan tandingnya, santai aja dulu" respon Damar santai
"Eh jangan gitu bro, kalian tau kan kita udah jarang latihan lagi" Langit menimpali
"Tapi masalahnya nggak itu doang, anggota kita masih kurang satu, kakel sekarang pada gak mau gabung sama kita kita, mereka lebih milih bikin grup basket sendiri yang anggotanya seangkatan sama mereka" ujar Vino
"Don Don aja tuh ikut" respon Langit
"Kagak, malu-maluin gue ntar, kagak bisa main begituan gue" Don Don kembali menyeruput jusnya hingga tandas
"Ntar cari lagi aja, kan ada OSIS" Damar mengerlingkan matanya pada Vino-sang ketos
Vino yang merasa pun langsung membuang wajah pada Iqbal yang masih fokus dengan buku
"Sep..." Sapa Langit dengan muka yang ngeselin abis!
---
"Barang-barangnya udah semua kan Ath?"
"Kayaknya udah deh ma, Athaya taruh dulu di kamar ya?"
"Langsung tidur ya nak, besok kita ke rumah tante Anggun, udah lama kita nggak kesana"
Athaya menutup pintu rumah sebelum berjalan mendekati ibunya, akhirnya ia kembali ke rumah ini lagi setelah tiga tahun lamanya dia pergi untuk menenangkan diri
"Mama istirahat dulu aja ya, biar Athaya yang beresin ini"
"Ngapain? Beresin besok aja, kamu pasti juga capek kan? Tidur gih besok aja dilanjut"
Athaya menangguk tanda setuju, ibunya pergi menaiki tangga menuju lantai dua, sedangkan dirinya sendiri seperti tertarik untuk menduduki sofa ruang tamunya yang ternyata masih sama seperti dulu
--
Pagi menjelang siang Athaya dan ibunya-Zahra mendatangi rumah Anggi, beliau adalah sahabat baik Ratna dari dulu, dan kemarin sengaja Ratna tak memberitahu Anggi perihal kedatangannya ke Jakarta, katanya sih buat kejutan
"Memang bener-bener ya Anggi, dari dulu pengagum sesuatu yang berbau klasik, mama kira bakal berubah eh taunya sama aja" celetuk Zahra sebentar
"Namanya udah suka ma, sulit berpaling" sahut Athaya sedikit terkekeh
"Bisa aja kamu"
Rumah bernuansa coklat klasik itu semakin bagus saja kelihatannya, coraknya yang menarik walau terlihat agak jadul, namun bagi pemilik rumah, itu malah menjadi daya tarik tersendiri
Pintu besar itu terbuka setelah diketuk Zahra 3 kali, sesaat setelahnya seorang wanita paruh baya muncul dari balik pintu dengan mimik wajah yang kaget, seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang
"Ya ampun! Zahra"
Sebuah pelukan rindu menyelimuti tubuh Zahra sepenuhnya, kedua sahabat itu saling menepuk punggung satu sama lain, sembari melontarkan sepatah duapatah kata perjumpaan yang tak terlalu jelas di dengar Athaya
"Zahraaa, kemana aja kamu tiba-tiba ngilang gak ada kabar, aku kangen banget tau sama kamu" ucap Anggi dengan haru
"Bisa aja kamu, aku juga kangen banget nih udah lama gak ketemu, sorry ya, kerjaan di Semarang banyak banget, nih anakku Athaya, nak? Salim dulu sama Tante Anggi" ucap Zahra sambil menepuk pundak Athaya
"Apa kabar Tante?"
"Baik, Athaya? Tante pangling banget sama kamu, udah tinggi aja gini"
"Eh ngomong-ngomong Iqbal mana ya? Kok gak kelihatan?" Ujar Zahra
"Yah, kalian datangnya di saat yang kurang tepat, Iqbal nya lagi sekolah, kita ngobrolnya di dalam aja yuk, gak enak kalau gini" ajak Anggi
"Kamu bisa aja, yaudah yuk," sambung Zahra
...--...
"Enaknya besok pakai baju apa ya?"
"Apa aja boleh"
"Ck! Va! gue serius"
"Ya gue juga serius nih ada muka bercanda" Ivana melotot mendekatkan wajahnya ke Tari sebelum berakhir tampolan mengenai jidatnya yang kebetulan hari ini ada jerawatnya
"Au! Taaar! Sakit!"
"Hahaha, maaf lagian lo ngeselin diajak diskusi malah ngelawak terus, lagian lo gak mikirin apa yang lo pake besok?"
"Gak terlalu juga sih, kan cuma perkumpulan alumni biasa kan? Yang penting kita bisa ketemu temen-temen kita lagi setelah sekian lama berpisah"
"Ada tugas guysss!"
Suara dari pintu masuk merebut atensi seisi kelas, rupanya Arini yang datang tergopoh gopoh sambil membawa secarik kertas penuh soal"
"Lo demen banget sih bilang sama guru kalau kita jamkos" Gina menyaut dari pojok kelas
"Woy! Kalian jangan pada bodoh ya! Kita disini bayar gurunya supaya pinter, bukannya tambah bodoh gara-gara sering jamkos" sahut Arini membara
"Emang caper lo ya? sengaja kan lo? mentang-mentang pinter!" Saga menyahut tak kalah semangat
"Jaga ya lo kalo ngomong"
"Iya tuh Saga, dengerin kata ayang Arini, kita disini tuh supaya pinter bukannya malah tambah goblok! Iya kan yang?"
Arini hanya membuang muka melihat tingkah Joko—teman sekelasnya yang mencintai Arini dengan sepenuh hati tapi nggak pernah diladeni
"Bayu! Mana nih ketua kelas?!" pekik Arini keras
Yang dipanggil sepertinya tengah bermimpi ketemu Selena Gomez di California, Bayu dengan antengnya tidur di lantai kelas yang memang enak sekali di buat tidur, tak jarang suara dengkuran agak keras terdengar dari mulutnya membuat para anggota kelas ingin sekali menyumbatnya dengan kaos kaki milik Joko yang seminggu nggak ganti itu
"Woi Bayu! koordinir kelasnya dong, lo itu ketua kelas anjir"
Bayu menggeliat sebentar sebelum kembali mendengkur, sepertinya dia sudah tak bertemu Selena Gomez lagi melainkan bertemu dengan presiden Amerika Serikat supaya cocok jabatannya, bedanya presiden memimpin negara, dia memimpin sekumpulan orang penanti jamkos
"Suruh wakilnya tuh, dandan mulu" Gina merebut pelan kertas dari tangan Arini lalu di taruh ke tempat duduk Amanda-sang wakil ketua kelas paling tak berguna sejagat raya
"Lah kok gue" ucap Manda tak terima
"Lo wakilnya, ketua Lo udah gak tertolong"
"Guys kerjain tugasnya, jangan pada ribut ya, kerjain yang bener kalo gak mau ya udah terserah," ucapnya setelah membuang nafas panjang
"Nih anak setan sama aja kelakuannya!"
Dan sudah seperti di yang diramalkan Iva dan Tari sebelumnya, kegiatan ini akan terus berlanjut sampai jam istirahat berbunyi.
...--...
"Biarin dia ikut Iqbal sekolahnya besok" Anggi memberi ide
Athaya menyunggingkan senyum tipis, setidaknya besok ia ada teman untuk sekedar memasuki sekolah, dan juga supaya dia tidak canggung karena datang sendirian
"Ide yang sangat bagus, gimana Ath? Kamu mau kan"
"Mau, Saya malah seneng karena ada temennya"
"Oke lah kalau gitu, nanti tante kasih tau Iqbal biar sekalian di urus kebetulan anak tante wakil ketua OSIS di sana"
"Bagus lah kalau gitu" Zahra menyahut
...--...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments