"Kapan sekolah punya lift?" Ujar Damar
"Lah kenapa lo? Udah jadi remaja jompo?" Sambung temannya–Langit
"Pegel coy, tiap hari naik turun tangga, lama-lama berotot juga gue"
"Ya bagus dong, jangan sampai lo kayak si Don Don tuh" Langit menunjuk temannya yang lain yang memang memiliki tubuh agak gempal
"Gue gampar lo ye"
"Ampun bos"
"Tumben si Vino sama si Asep belum keluar kelas"
"Ngebo kali"jawab Don don asal
"What? Ngebo? Kalo si Vino kagak kaget gue, si Asep? Kiamat sampe begitu"
'Geng tanpa nama' kira-kira begitulah panggilan mereka kalau di sekolah, perkumpulan asal-asalan tanpa ketua, suka ngelawak dan pantang nyari ribut kecuali ada yang mulai duluan anggotanya ngumpul ada lima orang
Yang pertama ada Damar, si paling tua diantara lima yang lain, kelas 11 IPS 1 sekalas sama Don Don, suka ngelawak nggak mau kalah, suka cewek yang namanya Mentari
Paling tua kedua namanya Don Don, manusia blasteran Jawa, nama aslinya Brandon tapi sering dipanggil Don Don, kata Damar nama Brandon itu ke bagusan nggak cocok sama pemilik nama yang badannya segede gaban, padahal nggak gede-gede amat badannya, sekelas sama Damar kutukupret
Ketiga ada Vino, sang ketua OSIS hasil paksaan yang jadi idaman kaum hawa, tinggi keker tapi suka kentut sembarangan, suka pargoy kalo di tempat sepi, penghuni 11 IPA 1 sekelas sama Iqbal alias si Asep tamvan, saingannya Damar kalau rebutan Mentari
Keempat ada Langit, mimpi setinggi namanya tapi hobi rebahan, suka makan banyak tapi gak gendut-gendut juga, paling tinggi dan sok cakep diantara semua, kelasnya mencar sendiri di 11 IPS 2, cari jati diri katanya
Si paling bontot sekaligus yang paling waras namanya Iqbal, di panggil Asep karena sopir pribadi keluarganya namanya Asep, sekelas sama Vino, sang waketos terbaik saat sang ketua sibuk push rank dan kegiatan membagongkan lainnya, dinginnya ngalahin kulkas 4 pintu, banyak fans yang suka dicuekin, punya mata tajam, sekali marah mode senggol bacok
"Abis boker lo?" Langit nyaut saat berpapasan dengan Vino dan Iqbal di pertigaan koridor
"Ulangan gila, sakit banget kepala gue" jawab Vino setengah merintih
"Sok sokan lo paling juga dikasih 'inpo inpo' sama Asep, iya Sep?"
"Hm." singkat Iqbal sambil memasukan tangannya ke saku celana
"Si bontot rese, untung pinter"
"Woy ngantin yok" Don Don mengalungkan tangannya di leher Vino
"Ya udah yok, pengen makan soto gue, kayaknya nih otak butuh nutrisi" ujar Vino
"Situ kayak punya otak aja" sahut Langit yang setelahnya mendapat cubitan kecil dari Vino
--
Iqbal berjalan terlebih dahulu meninggalkan sahabatnya tangan kanannya merogoh saku celana mengecek isi pesan masuk dari seseorang
"Ck, masa harus bikin proposal lagi sih?"tanya nya pada diri sendiri
Duk!
"Eh, sori nggak sengaja"
"It's oke"
Wanita berambut sebahu itu langsung melangkah meninggalkan Iqbal, sudah dari awal pertemuannya dengan Iva dia sudah jatuh hati dengan cewek agak bawel itu, entah apa alasannya
"Oh iya IPA 2 hari ini olahraga" Iqbal bergumam
Iqbal membuka room chat, nama Ivana sudah terketik jelas di sana tapi ia tidak berani untuk memulai obrolan dengan gadis itu
Iqbal tak pernah menjalin kasih dengan siapapun, jadi maafkan dirinya yang memang masih dungu dalam hal percintaan
Iqbal berkedip sekali lalu kembali mengayunkan kakinya menuju kantin, ia butuh protein sekarang.
Iqbal selalu seperti ini, mencintai seorang gadis tapi tak tahu harus memulai dari mana, kalau memang dia harus mengirimi pesan padanya terlebih dahulu, lalu dengan kata apa dia memulai percakapannya
Dia pernah sekali meminta tolong pada duta playboy sekolah alias Vino tapi yang ia dapat malah kata-kata menjengkelkan dan berakhir dirinya yang menjadi bahan guyonan satu tongkrongan
Entahlah, lain kali akan Iqbal coba lagi
--
"Makasih, Mbak"
Dua cup pop mie baru saja dihantarkan, satu untuknya satu lagi buat Iva nanti
Tari mengeluarkan ponsel dari saku roknya sekedar menyibukkan diri, para siswa siswi sudah banyak datang dan mengisi bangku bangku yang kosong, suara ribut sudah mendominasi
"Iqbal!"
Wajah Tari sedikit menekuk ketika seorang gadis dengan cemprengnya meneriakkan nama waketos kutub utara itu tepat di samping telinganya
Tari mendesis pelan, telunjuknya memijit pelan bagian sekitar telinga, ia membuka mata rupanya benar Iqbal datang dengan santainya menuju bangku kosong di pojok kantin, matanya tak berkedip dari layar ponsel, Tari melirik sejenak sebelum pandangannya beralih kembali pada layar ponselnya sendiri
Ivana
Gue udah sampe kantin nih, cari bangku samping kiosnya mbak Ratih ya, udah rame
Send
"Eh!"
Saat akan meletakan ponselnya di saku entah kenapa tangannya tiba-tiba terasa licin, ponselnya jatuh mengenaskan di samping kursi rodanya
Agak susah baginya mengambil itu, kursi rodanya terlalu tinggi dibanding tangannya
Satu detik..
Dua detik..
"Nih, lain kali hati-hati ya" Tari mendongak dan mendapati Vino si ketos tengah memandangnya teduh, Tari mengulurkan tangannya menerima bantuan Vino
"Thanks ya" ucap Tari berterima kasih, sementara Vino tersenyum manis sambil mengacak pelan rambut Tari, dia sendiri agak terkejut dengan perlakuan spontan itu sementara penghuni kantin sudah memakinya dari kejauhan
Cowok itu sudah kembali ke tempat duduknya, "beruntung banget lo Tar, nggak sempurna tapi disukai sama cowok sesempurna Vino," sengaja atau tidak suara itu terdengar begitu jelas dari mulut seorang perempuan, nada tidak suka
Tari tak pernah memaksakan seseorang untuk suka dengan dirinya, dirinya risi dengan beragam komentar seperti itu, ia tahu dirinya tak sempurna makanya setiap ada cacian dia selalu diam, apalagi disaat sendirian seperti ini, biasanya garda terdepan pembela Tari adalah Iva, namun jika sendiri?...
"Monyet Lo!" Maki Damar pada Vino yang baru saja mendudukkan bokongnya pada kursi kantin
"Gercep Bang," balasnya santai
Percayalah, Damar dan Vino tak pernah akur kalau rebutan soal Tari, ada saja yang dipermasalahkan
"Kalian nih pada mau makan apa berantem, jangan cuma karena cewek kalian jadi sering berantem kayak gini ya" ucap Langit
"Kagak, bercanda aja ya Dam, kita kan bersaing sehat, ye nggak bre?" Vino menepuk pundak Damar dua kali
"Ape kata lo dah" balas Damar singkat
Berlima sudah kumpul, milih mau makan apa dan biasanya yang ngalah adalah Don Don, embel-embel mau ditraktir Vino yang kaya raya katanya
Kantin lenggang karena hari ini kelas 12 ada kunjungan kampus, biasanya para adek kelas akan minggir jika sudah berhadapan sama kelas 12, bocil ngalah...
Tapi tak berlaku bagi Vino and the geng, selain karena jabatan ketos dan anggota tim basket, mereka juga cukup akrab dengan kakel, kalau ketemu ramenya udah ngalahin pasar mau pindahan
"Lama, Tar?" Iva datang dengan cepat menghampiri Tari
"Nggak kok, yuk makan udah gue pesenin pop mie kesukaan lo"
"Thanks, Tar."
Mereka makan dengan lahap, pelajaran olahraga sangat menguras tenaga, tak ada yang bisa mengalahkan kekejaman pak Adit soal tugas olahraga
Sudah, tak ada yang spesial lagi tentang hari ini, hari hari layaknya hari biasa bagi Iqbal, kecuali jika harinya dapat diisi dengan kehadiran Iva walau dari kejauhan, Iqbal menarik sudut bibirnya tipis, membayangkan peristiwa 15 menit lalu.
--
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments