3-Kilas Balik

Dulu, Tari sempat membayangkan dapat berkeliling dunia bersama keluarganya karena memang itulah impiannya

Membuat boneka salju besar bahkan membuat istana pasir yang bisa ia masuki kapan saja tanpa berfikir bahwa istana pasir itu akan roboh terkena ombak, pikirannya waktu kecil

Waktu ia kelas 5 SD tepatnya, peristiwa yang menimpanya bersama keluarga kecilnya kala itu

"Masih jauh Pa?" Tanya Tari kecil

"Sebentar, Tari tidur aja dulu, nanti kalau udah sampai papa bangunin, ya?" Ucap ayah tenang

Dan benar saja, Tari tak memikirkan apapun lagi kecuali ia yang sudah berlari-lari kecil di bibir pantai, sambil memejamkan mata ia membayangkan betapa serunya bermain ombak nanti, dan yang terakhir dari yang Tari ingat adalah gelap, alam mimpi menyelimuti

Papa bohong! Nyatanya ia tidak dibangunkan dengan sambutan senyum sumringah bahwa mereka telah sampai di tempat tujuan melainkan sambutan tangis dari mama, sementara papa? dimana dirinya yang berkata akan membangunkan Tari tadi

"Ada yang sakit, Nak?" Suara pertama yang Tari dengar, ia ingin berbicara panjang lebar sekarang, dimana ia sekarang? Kenapa mama sedih? Kenapa badan Tari sakit semua? Dimana papa?, Suara-suara itu hanya sampai di hatinya tak bisa keluar

Rupanya Tari sudah mengalami koma selama 2 hari karena kecelakaan besar itu, mobil mereka mengalami rem blong sehingga papa tidak bisa mengendalikan mobil, papa sendiri mengalami koma selama 4 hari, beruntungnya mama tak mengalami luka berat

Kaki Tari mengalami kelumpuhan, itu sukses membuat papa dan mama menangis, Tari sendiri belum bisa mempercayainya, harus bersahabat dengan kursi roda bukanlah cita-citanya

Tak terhitung sudah berapa tetes air mata yang keluar dari maniknya, keadaan masih tak berubah, hanya bisa pasrah dan mengucapkan selamat tinggal pada bayangan yang indah itu

Tak luput dari dorongan semangat dari papa dan mama berikan, dan sekarang ia mempunyai sosok Iva yang menjadi sahabat karibnya, yang kedua setelah kursi roda

Ting!

Tari mengambil ponsel dari atas nakas lalu memajukan pelan kursi rodanya menuju depan jendela, ketika daun jendela itu terbuka lebar, suara-suara binatang malam mulai masuk di indera pendengarannya

Angin sepoi menyapu kulit Tari yang kuning langsat, ada pesan dari grup alumni SMP-nya

Alumni SMP Lentera

Dion

Pada sombong ya sekarang, kumpul napa woy, sepi amat nih grup

Fella

Bakar rumah biar rame!

+6254×××

Rumah Lo gue bakar

Dita

Bau bau kangen nih

+6231×××

Sekolah udah ngadain reuni tilil! Dari mana aja lu pada

Amel

Iya tuh, baru aja disampein sama pak Budi lusa katanya

+6254×××

Siap, awas aja ya pade jual mahal, kagak mau Dateng

Amel

Ini acara resmi dari sekolah sape'i!!nggak dateng nggak dapet snack lo

Dita

Lah emang iya?

Amel

Iya, baru aja pak Budi nge chat gue suruh ngumumin katanya, satu angkatan pada Dateng, grup masih lengkap kan?

+6231×××

Kebetulan sekali kawan

Dion

Lah? Masih chatan sama pak Budi Lo?

Fella

Hiyak ketahuan nih@Amel

...Amel keluar dari grup...

Tari menyunggingkan senyum melihat chat singkat itu, tak salah juga dirinya gak keluar grup alumni, ternyata ada gunanya juga, memori semasa SMP berputar ria di kepala Tari, ia harus ikut reuni itu!

...🌷...

Tari

Gimana  Va ikut gak?ikut lahh ya, gak kangen lo sama temen temen?

^^^Anda^^^

^^^Terserah kalau gue^^^

^^^Ya udah deh ikut, gue nyetir ya, pantengin grup terus siapa tau jadwal berubah^^^

Tari

Oke

Iva menggulingkan badannya ke kanan di kasur empuknya, baru saja ada pemberitahuan bahwa akan ada acara reuni SMP kira-kira lusa mendatang

Dia mengambil sebuah boneka panda berukuran sedang di kepala tempat tidurnya, boneka yang diberikan seseorang kepadanya 3 tahun lalu

"Keadaan lo sekarang gimana? Masih sama kayak dulu nggak ya?"

Iva menatap langit langit kamarnya, mengingat kembali kisah cinta monyetnya dengan seorang gendut tetangga kelasnya

Bukan, nyatanya Iva risi dengan perlakuan cowok itu padanya, Iva sangat ingin terlepas dari belenggu gangguan cowok itu, tapi dirinya terlalu sungkan

Dan berakhir kepura-puraan seakan cinta cowok itu terbalas, Iva benar benar tak menyukainya

Tetapi saat Iva memberanikan diri untuk mengatakan yang sejujurnya pada cowok itu, dengan hati-hati, manusia itu malah menyumpah serapahinya dengan kata-kata yang Iva sendiripun terdiam habis habisan mendengarnya

Dan berakhirkan cowok itu yang menghilang misterius dengan meninggalkan kotak makan tupperware di laci mejanya, berisikan roti bakar selai strawberry kesukaannya

Sudahlah, buat apa juga dia mengingat kejadian kampret itu, lebih baik ia tidur cantik agar besok tidak tertidur di pelajaran bu Vika

...🌷...

"Yah, lo jadi pergi emang?" Ujar Danang sendu

"Jadi, kan gue juga udah tanda tangan di berkasnya kan?" Jawab Athaya

"Di sini aja kenapa sih, pertukaran pelajarnya ganti si Agung aja tuh, di kan juga pinter" Danang menimpali

"Kenapa sih?heran gue sama lo, biasanya aja suka diajak berantem giliran mau ditinggal aja, ngerengek"

"Enak aja, aku ndak ngerengek lho ya"

"Terserah lah"

Athaya menutup resleting tasnya, sore ini ia sudah harus pindah ke Jakarta karena dia adalah siswa yang terpilih untuk menjadi duta pertukaran pelajar dari SMA nya

Dan kebetulan sekali, mamanya juga harus dipindahkan ke Jakarta untuk urusan dinas, jadi mereka bisa langsung pindahan

"Jangan lupain aku ya, Thay" ujar Danang

"Tai lo! Yang niat napa"

"Oke oke, sukses buat sampean ya Ath, kalau ada waktu sering sering mampir yo?"

"Siap siap"

Danang adalah teman dekat Athaya selama di Semarang, tinggal sekelas juga, kalau kemana mana suka bareng, tapi bukan berarti mereka belok ya

Selain suka mentraktir Danang di angkringan mbak Puji, Athaya adalah temannya curhat kalau Danang tengah mabuk kasmaran dengan anak Mbak Sri–dek Dian

"Gue berangkat ya, Nang?" Ucap Athaya sambil memeluk Danang, pelukan lelaki.

"Iyo, hati-hati yo?"

Cowok berkulit sawo matang itu tak henti-hentinya mengucapkan kata 'hati-hati', Danang tahu betul masalah dan masa lalu yang dialami teman dekatnya itu, dirinya pun sangat khawatir pada Athaya

"Mas Danang? Kita pamit dulu ya?" Ucap Tante Zahra–mama Athaya

"Iya, Tan, hati-hati"

Pertemuan mereka sampai disini, mobil Athaya melaju meninggalkan rumah modern bernuansa cokelat yang sudah menjadi saksi bisu perjuangan Athaya disini

"KAPAN KAPAN MAMPIR, ATHAYA!!" teriak Danang dari kejauhan sore itu

Kendaraan berlalu lalang membaur jadi satu, kenangan di kota ini sangat banyak bagi Athaya, saat 3 tahun lalu mama membawanya pindah untuk tugas dinas

Menjadi single parent bukanlah hal yang mudah, ayahnya meninggal saat Athaya masih bayi, bahkan sampai saat ini Athaya masih belum tahu penyebab kematian ayahnya, kata mama terkena serangan jantung, tapi entah kenapa seperti ada hal yang disembunyikan, entahlah...

Sekali saja ayahnya pernah menemuinya di alam mimpi, dikarenakan waktu SD dia sempat diremehkan karena tak memiliki seorang ayah, Athaya menangis hebat kala itu, ia tertidur memeluk foto ayahnya hingga bermimpi melihat wajah ayahnya untuk pertama kali

"Papa tau kamu hebat nak, kamu pasti bisa melewati semua ini, jagain mama kamu ya, jadi laki laki itu harus kuat, oke?, Papa selalu ngawasin kamu dari jauh, papa selalu ada di belakang kamu buat menopang kamu kalau kamu akan jatuh nak, papa selalu ada, selalu..."

"Nak, gimana urusan pertukaran kamu?" Ujar mama tiba-tiba

"Udah kok mah, udah Athaya urus semua"

Mama mengangguk, kemudian membuang arah kembali ke luar jendela

"Pak Budi?, Ntar mampir beli makanan dulu ya?" Athaya berujar

"Loh kok tiba-tiba" mama kembali menatap Athaya

"Athaya tau mama belum makan tadi" ujar Athaya tersenyum

"Hmm..mama belum laper"

"Jangan mah, nggak boleh gitu, ntar maag mama kambuh lagi"

"Makasih ya" ujar mama lembut

Athaya akan selalu menjaga mama, Athaya tau ada yang nggak beres disini,  mama selalu sedih dibelakang Athaya, tapi kembali tersenyum hangat ketika berhadapan dengan Athaya, semoga saja

"Jagain mama kamu ya, jadi laki-laki itu harus kuat oke?"

--

Episodes
1 1- MEMULAI DARI SEKARANG
2 2.Iva dan Tari
3 3-Kilas Balik
4 4-Satu per Satu
5 5-Tak Ada yang Kebetulan
6 6-"Hai, Athaya"
7 7-Minus 1
8 8-Dia Wakil OSIS
9 9-Jadi Teman Sekelas
10 10-"Athaya Richard"
11 11-Sedikit Saja
12 12-Halo Kedua
13 13-Kejadian Pagi Itu
14 14-"Cukup jadi diri sendiri, Vin"
15 15-Awal Yang Baik
16 16-Mencari Hati Baru
17 17-Pagi dan Basket
18 18-Obrolan di Kantin dan Mata Coklat Athaya
19 19-Efemeral
20 20-Terlalu Untukku yang Pemilih
21 21-Fakta Mencengangkan dari Asep
22 22-"Iya!"
23 23-Disaat Dia Mengetahui
24 24-Tentang Mentari
25 25-Langit dan Kisahnya
26 26-Keterpurukan
27 27-Double 'I'
28 28-Ivana Sakit
29 29-Foto
30 30-Asumsi yang Berlebihan
31 31-Ivana dan Hatinya
32 32-Kemarin
33 33-Permintaan Maaf
34 34-Rencana Langit
35 35-Terlalu Hancur
36 36-Rahasia di Gudang Lama Sekolah
37 37-Satu Waktu
38 38-Bingung
39 39- Keputusan Kepsek
40 40-Memberi Tahu
41 41-Ketidakjelasan
42 42-Setelah Peristiwa
43 43-Memulai Kembali
44 44-Athaya dan Langit
45 45-Kejutan Buat Mentari
46 46-Sapu Kenangan
47 47- Janji?
48 48- Pergi
49 49- Bukan untuk Masing-Masing
50 50- Babak 1 END
51 51- BABAK 2
52 52- Gadis Berambut Pendek
53 53- Bertemu
54 54- Gue Langit
55 55- Ivana? Iqbal Rindu
56 56- Mulai Mencari
57 57- Info Penting
58 58- Keberangkatan Mereka 1
59 59- Keberangkatan Mereka 2
60 60- Kebaya untuk Sefi
61 61. -"Bos."
62 62- Bertemu Kembali
63 63- Abraham
64 64- Uang untuk Kekuasaan
65 65- Arini Anastasia Abraham
66 66- Raungan Batin
67 67- Segalanya tentang Athaya Langit
68 68- Selesai Berharap
69 69- Kembali Pada Halo Kedua
70 70- Satu Hari Terakhir?
71 71- Keputusan Akhir Aliansi
72 72- Deklarasi Langit
73 73- Pada Hari Ini
74 74- Ini Adalah Akhir
75 75- SELESAI
Episodes

Updated 75 Episodes

1
1- MEMULAI DARI SEKARANG
2
2.Iva dan Tari
3
3-Kilas Balik
4
4-Satu per Satu
5
5-Tak Ada yang Kebetulan
6
6-"Hai, Athaya"
7
7-Minus 1
8
8-Dia Wakil OSIS
9
9-Jadi Teman Sekelas
10
10-"Athaya Richard"
11
11-Sedikit Saja
12
12-Halo Kedua
13
13-Kejadian Pagi Itu
14
14-"Cukup jadi diri sendiri, Vin"
15
15-Awal Yang Baik
16
16-Mencari Hati Baru
17
17-Pagi dan Basket
18
18-Obrolan di Kantin dan Mata Coklat Athaya
19
19-Efemeral
20
20-Terlalu Untukku yang Pemilih
21
21-Fakta Mencengangkan dari Asep
22
22-"Iya!"
23
23-Disaat Dia Mengetahui
24
24-Tentang Mentari
25
25-Langit dan Kisahnya
26
26-Keterpurukan
27
27-Double 'I'
28
28-Ivana Sakit
29
29-Foto
30
30-Asumsi yang Berlebihan
31
31-Ivana dan Hatinya
32
32-Kemarin
33
33-Permintaan Maaf
34
34-Rencana Langit
35
35-Terlalu Hancur
36
36-Rahasia di Gudang Lama Sekolah
37
37-Satu Waktu
38
38-Bingung
39
39- Keputusan Kepsek
40
40-Memberi Tahu
41
41-Ketidakjelasan
42
42-Setelah Peristiwa
43
43-Memulai Kembali
44
44-Athaya dan Langit
45
45-Kejutan Buat Mentari
46
46-Sapu Kenangan
47
47- Janji?
48
48- Pergi
49
49- Bukan untuk Masing-Masing
50
50- Babak 1 END
51
51- BABAK 2
52
52- Gadis Berambut Pendek
53
53- Bertemu
54
54- Gue Langit
55
55- Ivana? Iqbal Rindu
56
56- Mulai Mencari
57
57- Info Penting
58
58- Keberangkatan Mereka 1
59
59- Keberangkatan Mereka 2
60
60- Kebaya untuk Sefi
61
61. -"Bos."
62
62- Bertemu Kembali
63
63- Abraham
64
64- Uang untuk Kekuasaan
65
65- Arini Anastasia Abraham
66
66- Raungan Batin
67
67- Segalanya tentang Athaya Langit
68
68- Selesai Berharap
69
69- Kembali Pada Halo Kedua
70
70- Satu Hari Terakhir?
71
71- Keputusan Akhir Aliansi
72
72- Deklarasi Langit
73
73- Pada Hari Ini
74
74- Ini Adalah Akhir
75
75- SELESAI

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!